Spirit di sini bukanlah arwah ya… Tapi saya bicara tentang semangat. Semangat dalam hidup untuk melakukan sesuatu.
Hidup pasti seperti roller coaster. Kadang naik kadang turun. Dan di saat-saat tertentu, semangat kita pun seperti itu. Naik – turun.
Sehingga membuat kita seringkali kehilangan spirit untuk melakukan aktivitas-aktivitas (baca: rutinitas) kita sehari-hari, seperti bekerja.
Tapi.. Kalau sedang jatuh cinta, semangat sepertinya tak pernah padam. Kita lakukan segala cara agar orang yang kita suka menyadari keberadaan kita dan suka juga ke kita.
Jadi kenapa bisa seperti itu?
Spirit (Semangat) dalam Hidup itu Ada karena CINTA
Yang membedakan kegiatan biasanya dengan jatuh cinta adalah 5 huruf tadi Ce I eN Te A. Kalau orang sedang jatuh cinta, semangatnya hadir dari CINTA itu. Mereka akan semangat sekali mengetahui apa saja yang perlu mereka ketahui tentang orang itu.
Cinta memang memiliki kekuatan besar yang sampai sekarang sulit sekali diukur sampai mana batasnya. Kekuatan inilah yang harus kita miliki dalam kehidupan kita sehari-hari.
Cinta menjadi sumber energi dalam setiap aktivitas kita. Mulai dari bangun hingga nanti kita istirahat, jadikan cinta sebagai sumber kekuatannya.
Kalau kata Robbie Williams, ‘Let love be your energy‘.
Lalu, Bagaimana Cara Menjaga Spirit (Semangat) dalam Hidup?
Ada pepatah yang mengatakan: ‘Do what you love and love what you do‘.
Lakukan yang kau cintai dalam hidupmu, termasuk dalam bekerja. Dalam buku-bukunya (Young On Top, Top Words ataupun Hidupkan Suksesmu) Billy Boen selalu mengatakan, lakukan PASSIONmu. Kerja sesuai dengan passion itu.
Baca juga: Belajar Social Media untuk UKM Bersama Billy Boen
Jadi temukan apa yang menjadi passion kamu dan lakukanlah. Sehingga pekerjaan menjadi bagian yang kau cintai dalam hidup. Seperti yang dilakukannya dalam hidupnya.
Untuk beberapa orang, menemukan apa yang menjadi passion mereka bukanlah hal mudah. Apalagi pekerjaan yang sesuai dengan passion (gimana bisa ketemu kalau dirinya sendiri tidak tahu passionnya?).
Kalau ditanya bagaimana caranya tahu passion? Billy Boen menulis: ‘apa yang kamu suka untuk lakukan? Dan kaitkanlah kesukaanmu itu dengan pekerjaan.’ Susah-susah gampang.
Baca juga: Berkorban demi Passion
Jika Bekerja Tidak Sesuai Passion – Pertimbangkan yang Berikut Ini
Tapi… Bagaimana kalau sudah tahu passion, tapi pekerjaan yang didapat tidak sesuai passion. Yah.. Ada beberapa cara sih untuk itu (ini menurut saya):
1. Keluarlah dari pekerjaan
Kalau kita termasuk orang yang ‘nekat’ dan berani ambil resiko untuk keluar dari comfort zone, keluarlah dari pekerjaan yang bukan passionmu. Take the risk. Lalu cari pekerjaan yang sesuai passionmu itu.
Tapi… Harus diingat. Bukan hal yang mudah loh. Pertimbangkan masak-masak segala hal terkait dengan keluar pekerjaan atau tidak.
Segala plus dan minusnya, seperti kalau berhenti, kita bisa mencari pekerjaan baru sesuai dengan passion. Di sisi lain, mencari pekerjaan baru juga tidaklah mudah.
2. Lakukan yang menjadi passion
Hal lain yang bisa dilakukan adalah melakukan yang menjadi passionmu di waktu luangmu. Pekerjaanmu tetap di genggaman, di sisi lain, kamu bisa kejar passionmu itu. Ini lebih sulit lagi. Karena kamu harus pintar mengatur waktu agar tidak terjadi tumpang tindih.
Karena harus tetap diingat, kita harus profesional dalam bekerja.
Jadi… Kalau kau memilih melakukan ini, lakukan managing time yang baik dan jangan campur adukkan pekerjaanmu dan passionmu itu. Seperti yang saya lakukan saat ini. Saya suka sekali menulis. Dan untuk itu, saya melakukannya di jam-jam di luar jam kantor, pagi-pagi, jam istirahat ataupun dalam perjalanan pulang.
3. Love what you do
Kalau kedua hal di atas tak mungkin dilakukan juga, just love what you do now. Tak pernah ada kata terlambat untuk menyukai sesuatu/seseorang. Cobalah menyukainya. Jadi mulailah menyukai pekerjaanmu sekarang, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Jika ketiga cara di atas masih susah dilakukan… We can always remember how blessed we are now. Dan selalu memotivasi diri kita sendiri sebisa mungkin.
Memotivasi Diri untuk Meningkatkan Spirit (Semangat) dalam Hidup
Kalau bicara soal spirit, tak lepas dari apa motivasi kita melakukannya?
Seorang adik kelas yang baru masuk dalam program beasiswa yang saya ikuti beberapa tahun silam lalu, meminta saya menuliskan tentang motivasi belajar selama di program yang berjalan 30 bulan itu.
Memang program itu bukanlah program yang mudah diikuti. Karena dari hari ke hari, kami diminta belajar seharian penuh, dari Senin sampai Jumat dan terkadang masih ada Saturday Class. Bosan? Yep.. Kadang bosan.
Dalam tulisan spirit ini, saya akan coba menuliskan beberapa hal yang memotivasi saya dalam melewati program itu, dan bisa juga digunakan untuk hal-hal lainnya.
1. Kenapa Memilih Melakukan Itu Dari Awal?
Pertanyaan dasar ini selalu saya gunakan. Kenapa memilihnya. Di antara program-program pendidikan yang ada di luar sana, kenapa kita memilihnya? Itu yang perlu kita ketahui terlebih dahulu. Apakah terpaksa? Ataukah karena ada sesuatu hal?
Jika terpaksa, let it go. Kamu ga akan maksimal kalau mengerjakan sesuatu dengan paksaan. Tapi ingat… Kamu yang memilih masuk program ini, jadi apakah ada alasan lainnya?
Tapi kalau karena sesuatu, do it well. Dan setiap spirit kita hilang (down), ingatlah kenapa kita memilihnya. Apakah masih menjadi alasan utama kita? Kalau masih, saya yakin, kamu akan menemukan spirit itu lagi.
Kalau saya ditanya kenapa memilih program itu, karena saya mau dan saya bisa kuliah tanpa keluar biaya (yang tentunya memberatkan orang tua saya).
Sama halnya dalam bekerja – kenapa kamu menerima pekerjaan itu di awal? Apa masih relevan? Jadikan itu motivasi untuk mengembalikan semangat dalam bekerja. Jadi blogger pun demikian.
2. Apa yang Ingin Dicapai?
Apa sih yang ingin dicapai? Pada prinsipnya sama dengan pertanyaan pertama tadi. Kenapa? Tapi pertanyaan kedua ini lebih menegaskan lagi dan merinci tentang tujuan kamu mengikuti program ini.
Detailkan alasanmu mengikutinya. Lebih dalam lagi, coba tanyakan alasan kamu memilih program ini. Apakah ada alasan lain, tuliskan sebanyak-banyaknya.
Saya pribadi memilihnya karena alasan keuangan tadi, dan juga adanya kesempatan bekerja di bank yang sudah punya nama di Indonesia. Bahkan di saat saudara saya ‘membujuk’ untuk keluar, saya bisa menolaknya.
Kata orang… tempatkan target atau tujuan kamu 5cm di depanmu… agar kamu terus bersemangat.
3. Bagaimana Kalau Misalnya, Semua itu Gagal?
Nah… Bagaimanakah proses kamu hingga bisa masuk program ini? Saya tahu, prosesnya tidak mudah. Tiap tahunnya ribuan aplikasi dari anak-anak SMA dan sederajat seluruh Indonesia yang berprestasi diterima bank ini. Hanya untuk dipilih 30an anak. So? Tidak mudah kan untuk bisa masuk?
Dan… Bagaimana kalau gagal? Masa sih kamu mau menyia-nyiakan kesempatan ini? 1 dari ribuan aplikasi yang masuk itu adalah kesempatanmu. Kesempatan yang diberikan. Apakah akan ada kesempatan lain sebaik ini di luar sana?
Pertanyaan-pertanyaan di atas dengan contoh spesifik untuk menjawab permintaan adik kelas saya yang ada di Program Pendidikan Akuntansi – sebuah program beasiswa yang diselenggarakan oleh sebuah bank swasta nomor 1 di Indonesia.Yang menurut saya sangat baik untuk masa depan anak-anak SMA yang cemerlang.
Tapi… Pertanyaan-pertanyaan di atas juga dapat digunakan untuk segala hal yang ada dalam hidup kita di kala kita merasa kehilangan spirit kita. Motivasilah diri sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan itu.
Motivasi internal jauh lebih baik untuk mengangkat spirit diri kita.
Up Your Spirit…
Sebagai penutup, saya berdoa semoga tulisan di atas bermanfaat untuk kawan-kawan semua dan bisa membangkitkan SPIRIT kawan-kawan sekalian. Sekali lagi, ini hanyalah tulisan dari orang biasa yang juga belajar dari kehidupan yang diberikan.
Berikut saya cantumkan apa yang dikatakan oleh seorang motivator handal yang SDTT – SD Tidak Tamat, Andrie Wongso, untuk perenungan:
Layaknya seorang Michael Angelo melukis, seperti itulah seorang penyapu jalan mengerjakan tugasnya.
Apa yang dapat dipetik dari artikel dan quote di atas, saya kembalikan kembali kepada masing-masing pribadi.
200212 0830 – Edited 05 Juli 2018
Best Regards,
Febriyan Lukito