210212 – Artikel – PD
PD adalah Percaya Dukun, eh salah Percaya Diri. Masalah PD ini pasti banyak yang sering alami, termasuk saya.
Gak PD di sekolahan, di kampus, di kantor, dan lainnya. Gak PD bisa menjangkiti siapa saja dan di mana saja (kayak iklan penyakit yang sering didengar dulu:p).
KENAPA??
Kenapa sampai bisa muncul ‘penyakit’ gak PD ini – kalau boleh disebut penyakit. Saya sih sebut penyakit karena bisa diatasi (baca: disembuhkan).
Banyak alasannya dan saya yakin semua yang mengalami akan melontarkan beragam alasan. Tapi dari semua alasan yang dilontarkan, kita bisa menarik sebuah benang merah, yaitu: takut.
Sebagai contoh, seorang adik kelas (yang meminta saya menuliskan ini), gak PD kalau mau menjawab pertanyaan di kelas. Dia sebenarnya memiliki jawaban yang benar. Tapi… Dia takut. Kalau nanti dia salah gimana? Kalau nanti teman-temannya mentertawakannya gimana? Kalau nanti ‘ditusuk’ oleh temannya (dengan kata-kata manis namun tajam) gimana?
Sepertinya kita semua pasti pernah mengalaminya. Mungkin dalam situasi berbeda. Misalnya di kantor. Kita tidak berani mengungkapkan ide kita karena ketakutan-ketakutan kita itu.
WAJAR?
Kalau ditanya, wajar gak sih kalau gak PD? Alias wajar gak sih kalau takut? Saya akan jawab. Yep. Wajar! Namanya juga manusia.
Ketakutan itu ada di dalam setiap manusia kok, apalagi untuk hal-hal baru yang kita tak pernah lakukan atau alami. Jadi, takut itu… Okay! Asal jangan jadi ketakutan berlebih. Itu baru gak wajar.
Coba deh ingat-ingat atau tanya orang tua kita. Waktu dulu kecil, belajar berdiri, berjalan, sebenarnya gimana prosesnya?
Kalau dipikir-pikir sekarang, kita tuh dari bayi yang gak bisa apa-apa kan? Tau-tau merangkak. Berdiri (walau masih pegangan) sampai berjalan. Berani ya kita?
Tapi kalau kita bawa pikiran kita sekarang ke dalam bayi itu, apa kira-kira yang akan terjadi? Saya rasa bayi itu tidak akan merangkak ataupun berjalan.
Jadi.. Apa yang membedakannya?
PIKIRAN
Bayi itu tidak memiliki pikiran yang serumit kita sekarang. Mereka hanya merasa, secara insting, bahwa mereka harus mulai merangkak, mulai berdiri dan berjalan.
Wah… Bahaya dong pikiran kita?
Yah… Tergantung bagaimana kita melihatnya. Pikiran kita itu ada dalam genggaman kita. Jadi, baik atau buruk, ya ada di tangan kita.
Semua ‘gak PD’, takut salah, takut diledekin, dimarahin, dll, berawal dari pikiran kita sendiri. Kenapa kita tak bisa seperti bayi itu yang berani melakukannya?
PD yuk!
Terus gimana biar kita bisa PD? Ya kendalikan pikiran kita tadi, hapus ketakutan-ketakutan kita saat ketidakPDan datang menghampiri.
Saat gak PD, coba deh lakukan ini:
1. Kenapa saya gak PD? Apakah karena saya takut akan sesuatu? 2. Apa sih ketakutan saya itu?
3. Apa benar ketakutan saya akan menjadi kenyataan?
4. Terus…. Kalau saya tak lakukan, hanya karena takut (baca: gak PD), siapa yang rugi? Saya atau orang lain?
Perlahan-lahan deh dicoba menjawab satu per satu pertanyaan tadi. Dan ujung-ujungnya, kita akan menemukan bahwa yang rugi adalah diri kita sendiri.
Dalam kasus adik kelas saya itu, mungkin kalau dicoba dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas akan seperti ini.
1. Gak PD menjawab pertanyaan karena takut salah dan diledek oleh teman sekelas.
2. Ya itu tadi, ujung-ujungnya saya akan diledek terus-terusan bahkan mungkin dikucilkan (dicap sebagai orang yang salah).
3. Kemungkinan besar sih iya. Nah untuk yang ini, selama kita masih menjawab: kemungkinan besar, harus kita ingat ini – MASIH ADA KEMUNGKINAN bahwa semua tak terjadi.
4. Yang rugi? Ya sayalah. Kan pelajaran dinilai dari keaktifan di kelas. Kalau begini terus, nilai saya jelek. Target IP tidak tercapai. Dan akhirnya – target gaji yang diharapkan tidak tercapai.
Jadi… Kenapa kita mau ‘gak PD’ kalau sebenarnya merugikan kita? Saya ingat sebuah pepatah (walau lupa tepatnya seperti apa) yang mengatakan: ‘those who succeed are those who dare to conquer themselves’.
Kalau memang ingin maju/sukses (baca: menggapai mimpi/target), jangan takut untuk bertindak!
END
Apakah penyakit PD akan hilang dengan sendirinya? Tidak! Tapi siapa yang dapat menyembuhkannya? Kita sendiri!
Sebagai penutup, saya berikan lagi satu quote
‘It’s better to do one mistake and learn than do nothing’.
Walaupun kita akhirnya salah dalam menjawab pertanyaan atau memberikan ide atau apapun itu, satu KESALAHAN yang membuat kita belajar, jauh lebih baik daripada mereka yang hanya DIAM dan tak melakukan apa-apa.
Ryan
200212 2012
Best Regards,
Febriyan Lukito