220212 -Artikel – Menikmati Hidup
Banyak yang ingin bahagia dalam hidup. Dan kebanyakan berpikir kebahagiaan akan diperoleh setelah mereka dapat memperoleh ‘sesuatu’, seperti jabatan tertentu, kekayaan tertentu, dan lainnya.
Karena itulah mereka berusaha mengumpulkan sebanyak-banyaknya atau secepat-cepatnya. Dari hari ke hari. Kalau perlu sepanjang hari. Bahkan kalau bisa sehari ditambah. Tidak hanya 24 jam saja. Karena mereka ingin bahagia dan menikmati yang mereka raih itu.
WAKTU
Hidup ini penuh dengan ketidakpastian memang. Tapi ada satu hal yang pasti, yaitu waktu takkan pernah bisa diputar balik.
Jadi… Seberapapun kita punya sesuatu, waktu tak dapat diputar kembali ke saat-saat tertentu yang kita inginkan. Sebuah perkataan mama saya sangat menyentuh hati saya beberapa hari yang lalu.
‘Dulu… Kita punya banyak coklat dan gigi mama masih lengkap. Tapi gak bisa makan. Buat jualan. Sekarang, coklat ada. Gigi gak ada. Gak bisa menikmatinya.’
Mama mengatakannya saat saya memberikannya sebatang coklat chunky bar, yang saya dapat dari seseorang pula. Dia mengatakannya via sms. Saat membacanya hati saya terasa sedih.
Memang… Kini beliau sudah berumur sehingga giginya sudah banyak yang tanggal. Yang bisa dilakukannya sekarang adalah menghisap coklatnya hingga melumer di mulutnya. I wish I can turn back time and gave her chocolate back then.
Tapi saya sadar…. We CAN’T TURN BACK the TIME. Saat itu juga saya menyadari sesuatu, bahwa kita, manusia, cenderung untuk mengejar sesuatu dalam hidup kita sehingga kita sibuk dari hari ke hari. Dan mungkin, salah satunya adalah rekan-rekan yang sedang membaca ini.
Apakah kita bahagia dengan melakukannya? Mengejar sesuatu dari waktu ke waktu. Sekali lagi, tidak salah kok. Mengejar impian, itu juga yang saya lakukan. Membuat mimpi saya menjadi nyata.
Tapi…. Still… Kita harus mulai MENIKMATI HIDUP kita ini.
Menikmati Hidup
Bagaimana cara menikmati hidup kalau begitu banyak yang harus kita lakukan? Kalau begitu banyak mimpi yang harus kita raih? Kalau kita menikmati hidup dan leyeh-leyeh, mana mungkin semua itu tercapai?
Memang benar kalau kita leyeh-leyeh, mimpi kita takkan tercapai. Tapi…. Bukan itu maksud saya dengan menikmati hidup. Menikmati hidup adalah menjalani hidup dari hari ke hari dengan penuh syukur.
Perlahan tapi pasti, umur kita bertambah. Dan saat semua mimpi kita tercapai, untuk siapakah semua itu? Pastinya yang utama adalah untuk keluarga kan?
Tapi, apakah keluarga akan bahagia kalau Anda tak pernah bisa diajak bercanda? Selalu serius tiap waktu? Anda tak pernah bisa diajak kumpul dan sharing?
Nikmatilah perjalanan hidup Anda saat meraih mimpi-mimpi Anda itu dengan sebaik-baiknya. Dengan penuh syukur. Dengan yang dicinta. Dengan tanpa rasa sesal di hati kita.
SYUKUR
Be grateful… Itu yang selalu saya coba katakan lewat #TGFTD harian saya. Bersyukurlah atas hidup yang diberikan kepada kita sekarang dengan segala isinya.
Masalah dan bahagia adalah bagian dalam hidup yang patut disyukuri karena membentuk karakter kita sebenarnya.
Teman dan keluarga juga bagian dalam hidup yang patut disyukuri karena merekalah yang ada di sisi kita untuk menikmati hidup bersama.
Mensyukuri hidup adalah cara menikmati hidup. Itulah pandangan saya. Kita mensyukuri apa saja yang hadir dalam hidup kita. Dari waktu ke waktu dan dengan demikian, kita akan merasa lebih lega. Lebih ringan dalam menjalani hidup. Dan itulah menikmati dunia.
Seperti saat kita pergi ke taman hiburan seperti Dufan dan memutuskan untuk mencoba main wahana yang ada. Tapi bukannya menikmati wahana tersebut, kita malah ketakutan dan akhirnya batal memainkan wahana demi wahana yang ada. Dan saat kita pulang, di saat semua berkata betapa menyenangkannya hari itu, kita hanya bisa: ‘coba tadi saya main a, b, c, d, dan seterusnya’.
Jangan biarkan sesal hadir dalam hidup karena kita tak menikmatinya. Karena, menurut Paulo Coelho, hidup hanya terjadi sekali. So… Live it!
‘Once more… I feel like to enjoy the ride of life.. Even though it’s like a roller coaster ride. There’s up and down. But hey… That’s life.’
Ryan
280212 0500
Best Regards,
Febriyan Lukito
