Guest Post in da house… Guest Post pertama tahun ini adalah dari seorang sahabat baru yang suka mendorong saya. Dia ternyata penggemar berat seri Supernova, terutama buku Partikel Dewi Lestari. Saya pun menodongnya dan dia mau membuat no so called Review Buku Partikel Dewi Lestari ini. 😀 Dan hari ini, bertepatan dengan ulang tahunnya, tulisan ini dimuat. Happy birthday Nik, wishing all the best for you.
***
Inteligensi Embun Pagi, sebuah judul buku yang menggoda saya. Entah kenapa, jika ada kalimat yang cantum kata “embun”, saya langsung suka. Karenanya, ketika seorang kawan memposting judul ini di path, saya komen bahwa tidak sabar menunggu buku karya Dewi Lestari ini terbit.
Balasan komen kawan itu kalau mau baca itu WAJIB hukumnya membaca seri Supernova sebelumnya, sebelum menjamah (tsah) buku yang itu. Alhasil kawan itu pun memberikan pinjaman 5 (lima) buku Supernova sebelumnya: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh; Akar; Petir; Partikel dan Gelombang.
Sekilas Tentang Seri Supernova Karya Dewi Lestari
Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh buat saya cerita sederhana Roman yang ringan dibaca – seperti kebanyakan novel lainnya. Tapi ketika seorang Diva muncul, saya langsung jatuh hati. Wanita yang sangat cerdas namun memiliki hati yang sangat perduli dengan orang lain terutama orang yang kesulitan.
Buku kedua, Akar. Buku ini mengajarkan tentang perjalanan sesungguhnya.
Petir, buku ketiga, membawa saya berpikir bahwa: kadang kita tidak mengerti diri kita seperti apa jika tidak “disentuh” orang lain, sebagaimana si tokoh utama.
Buku ke-4 Supernova: Partikel, inilah seri Supernova yang membuat saya menangis. Tidak perduli di manapun saya membaca. Bagi saya pribadi, ceritanya begitu “hidup”.
Dari buku terakhir terbit, Gelombang, yang paling saya ingat di seri ini adalah kekurangan itu bisa menjadi “Kekuatan”.
Tentang Partikel – Bukan Sebuah Review Buku
Di antara semua seri buku Supernova tersebut, seperti yang saya sampaikan secara tersirat, yang menjadi favorit saya adalah Partikel. Karenanya, saat ini saya ingin berbagi lebih detail apa yang saya dapat dari seorang “Zarah” tokoh utama di Partikel.
Saya mulai masuk ke dunia “Zarah” ketika dia tinggal bersama seorang ayah yang membesarkan dan mendidik dia “seutuhnya”. Zarah begitu dekat dan dibesarkan secara tidak konvensional oleh sang ayah, seorang dosen sekaligus ahli mikologi yang bernama Firas.
Firas begitu menyayangi Zarah begitu juga sebaliknya Zarah sangat mengagumi sang ayah. Walaupun Zarah tidak sekolah pada umumnya, Zarah tetap menjadi anak yang cerdas
Semua hal yang dilakukan sang ayah pada akhirnya tertuju pada “Zarah”. Sang ayah memperkenalkan banyak hal. Yang saya terkesan adalah bagaimana sang ayah mengajarkan harus menyayangi alam termasuk ketika sang ayah menguji Zarah di Bukit Jambul. Sebuah bukit di mana sang ayah menyimpan banyak rahasia.
Sang ayah berkata “Alam dan kita adalah satu. Ketika percaya pada alam, maka alam akan melindungi kita”.
Supernova Series – Partikel karya Dee Lestari
Kedekatan Firas Dan Zarah, membuat Firas mengetahui bakat Zarah di bidang fotografi.
Hal ini diutarakan Firas saat melihat hasil foto dan berkata: “Kamu punya mata yang baik, Zarah. Mata yang tidak sombong.” Dan dia pun berkata kalau ayah janji suatu saat akan membelikan kamera “sungguhan”.
Di sinilah kunci seorang Zarah akan mengenal banyak hal.
Cerita pun berlanjut bagaimana Keluarga Zarah menjadi dua kutub, Ayah Zarah di satu kutub sedangkan Ibu dan Hara, sang adik, di kutub lainnya. Dan pada akhirnya Firas, sang ayah tiba-tiba menghilang.
Kehilangan Dan Kehilangan – Atau Jalan Dari Semesta?
Apa yang terjadi pada seorang anak yang sangat dekat ayah dan tiba tiba menghilang. Zarah kehilangan arah. Dia merasa sendiri, walaupun dia punya adik, ibu, abah dan umi. Dia tetap merasa sendiri, karena sang ayah yang dia puja itu orang yang paling ditentang di keluarga.
Kekuatan Zarah adalah barang milik dan sang ayah, yaitu jurnal dan berkas penelitian. Karena itulah akhirnya dia mau sekolah. Banyak kendala yang dia temukan di sekolah, karena Zarah seorang sangat kritis dan kecerdasannya melebihi anak anak lain.
Di sekolah dia menemukan seorang sahabat, Koso namanya. Dia sangat sayang dengan Koso, seseorang yang mempunyai kelemahan dalam belajar. Karena sayangnya Zarah pada Koso, akhirnya dia menemukan metode belajar yang baik sehingga Koso bisa mendapatkan nilai yang baik. Persahabatan mereka sangat baik, timbal balik. Karena Kosolah membuat Bahasa Inggris Zarah lebih baik.
Bukankah persahabatan seharusnya seperti itu? Saling memberikan yang baik.
Hidup Zarah lebih berwarna saat seorang Koso masuk dalam hari-harinya, walaupun pada akhirnya masa itu berlalu begitu cepat. Koso harus pergi ikut papanya. Kepergian Koso membuat Zarah sangat sedih.
Dan kesedihannya pun menjadi lengkap ketika jurnal, satu-satunya harapan dia menemukan sang ayah, dibakar oleh ibunya. Zarah sangat terluka, marah. Kemarahannya membuat dia meninggalkan rumah. Belum genap 17 tahun, pergi dari rumah dan hidup sendiri menggelandang, tidur di saung.
Namun buat dia itu adalah hidup yang damai, tenang dan bebas. Hari hari Zarah diisi dengan menjadi guru dan melanjutkan jejak sang ayah. Mencari tahu tentang Bukit Jambul.
Dan pada saat genap umurnya 17 tahun, adik dan ibunya datang menjemput. Mengajak pulang karena ada kiriman untuk Zarah. Ternyata Zarah mendapatkan sebuah kamera merk Nikon yang bertuliskan FM2/T.
Saat sang ayah menemukan bakat anaknya itulah, saya bilang itu kunci dan ketika janji itu ditepati maka pertualangan hidup seorang Zarah dimulai. Buat Zarah kamera ini adalah petunjuk untuk menemukan sang ayah. Tapi buat saya, kamera inilah awal dari kisah ini dimulai.
Menemukan Tujuan Kembali (Walau Dengan Teguran Keras)
“Tujuan“ untuk mengetahui sang ayah adalah “nyawa “ Zarah, dan dengan itu dia akan menemukan banyak hal. Kisah yang dia tidak diduganya. Mulai dari dia belajar mengoperasikan kamera itu, dia harus mencari guru. Ketekunan dia belajar dan pada akhirnya peran orang lain yang membuat dia melangkah keluar dari tempat tinggalnya.
Bakat memotretnya membawa dia memenangkan hadiah untuk berangkat ke Tanjung Puting. Diajak mengenal lebih dekat kehidupan alam yang lebih luas. Zarah, gadis yang dari kecil begitu dekat dengan alam, saat bertemu hutan di Kalimantan dia merasakan itu “rumah“.
Hal itulah akhirnya dia memutuskan tidak kembali ke Bogor. Keputusan yang bukan tanpa rintangan. Ibu Inga, penanggung jawab di tempat itu, menolak dia untuk tinggal. Walaupun rela tidak digaji, asalkan diberi tempat tinggal. Tetapi semesta mendukung Zarah dengan hadirnya bayi orang utan memilih dia sebagai ibu. Bayi orang utan itu dinamai Sarah.
Kemandirian Zarah, kegigihan dan ketulusan membuat alam menyambutnya. Hari-hari Zarah diwarnai dengan mengurus Sarah, bergaul dengan alam dan memotret. Itu membuat dia menjadi “hidup”.
Suatu ketika, Ibu Inga kedatangan rombongan dari lnggris. Dari stasiun tv untuk membuat film dokumenter. Akhirnya, dengan rombongan inilah Zarah terbang ke London.
Siapa yang mengetahui rahasia waktu. Gadis yang tidak banyak bergaul, hanya punya bakat motret dan menjalankan semua titah ayahnya. Jangan sombong jadi manusia. Kerendahan hatinya, mau belajar, tekun, gigih mengejar tujuan, akan menggoreskan kisahnya di kota besar London.
Waktu dan semesta mencatat semuanya
Tujuan utama dia mau berangkat ke London adalah mencari jejak sang ayah melalui kamera. Karena info yang dia dapat, kamera itu diciptakan hanya 300 unit di dunia. Semua pemiliknya tercatat. Dan buat Zarah, mengetahui siapa pemilik kamera itu, akan membawanya lebih dekat dengan sang ayah. Yang dia yakini, pemilik kamera itu ada hubungan dengan sang ayah .
London menerima Zarah sebagai wild photography, dan keindahan London membiusnya. Sehingga sedikit lupa akan tujuan awal. Tergoda dengan kenikmatan rasa cinta, yang ditawarkan seorang pria tampan, bernama Strom. Hari hari Zarah bagaikan pelangi yang begitu indah. Punya pekerjaan yang membuat dia bisa kemana saja di dunia ini disertai pasangan yang tampan.
Semesta pun mengingatkan. Kenikmatan yang dia rasakan akhirnya direnggut oleh seorang sahabat yang menghianati dia. Koso sahabatnya saat SMA dipertemukan oleh Paul, seorang lelaki yang selalu ada buat Zarah.
Koso dan Zarah begitu bahagia bertemu dan akhirnya memutuskan tinggal bersama. Namun entah apa yang membuat Koso akhirnya menghianati Zarah dengan mengambil Strom dari kehidupan Zarah.
Badai itu datang menghapus pelangi Zarah. Zarah kembali terluka. Namun lukanya kali ini mengingatkan dia akan tujuan kenapa dia hadir di London. Luka inilah yang membuat mata Zarah terbuka, bahwa ada seorang lelaki yang selalu ada. Dia yang memperkenalkan London, mendidiknya dan pada akhirnya diapun yang mencarikan informasi pemilik kamera dan pada akhirnya berhasil menemukannya.
Saya dan Zarah
Zarah tokoh partikel ini mengajarkan saya, melangkahlah, maka engkau akan mengerti. Setiap lembar buku ini saya merasakan hadir. Bagaimana saya teringat hadir di kota Jakarta seorang diri. Hanya mengenal satu nama. Meninggalkan keluarga yang tidak pernah setuju akan kepergian saya. Umur Zarah dicatat Dee sama persis ketika saya melangkah keluar dari Pulau Bali.
Ketekunan belajar banyak hal dan gigih memperjuangkan tujuan itu memaksa saya untuk melangkah. Mencari tahu apa yang akan diberikan sang waktu. Hal ini sama yang dilakukan oleh Zarah, bagaimana dia begitu gigih berjuang untuk tinggal di Kalimantan yang dia sebut “Rumah”.
Dia tidak pernah berpikir untuk bisa terbang lebih jauh. Yang dia lakukan hanya menikmati rumah itu, sama seperti saya. Saya tidak pernah berpikir untuk bisa menjelajah banyak pulau di Indonesia, yang saya lakukan hanya belajar untuk mengisi waktu dengan hal hal yang baik.
Pelajaran Hidup Dari Partikel Dewi Lestari
Melalui kisah Partikel Dewi Lestari ini, mengingatkan saya dengan beberapa inspirasi atau pelajaran hidup, yang mana sudah saya alami setelah meninggalkan rumah:
Pelajaran Hidup #1 Dari Partikel Dewi Lestari Bagi Saya – Kedekatan
Kedekatan kita pada seseorang semestinya kita mengerti kelebihan yang di miliki orang itu dan dukung mewujudkan menjadi “sesuatu”. Hal ini saya dapat dari bagaimana Firas dekat sama Zarah. Mungkin bukan hanya kedekatan orang tua ke anak tapi bisa juga kedekatan kita pada sahabat ataupun pasangan. Sesuatu yang sampai saat ini saya masih berusaha untuk terus menjalaninya.
Pelajaran Hidup #2 Dari Partikel Dewi Lestari – Ingat Kembali Tujuan
Saat semuanya tidak berpihak, ingat atau cari “tujuan” supaya tetap bertahan menjalani dan melangkahlah. Seperti Zarah kehilangan Ayahnya, satu-satunya orang yang mengerti dia. Pada akhirnya dia mau sekolah karena mau mengerti lebih banyak tentang jurnal ayahnya dia menemukan sahabat, yang membuat dia lebih baik dalam bahasa. Dengan itupun dia punya banyak kesempatan.
Saya sendiri sering mengalaminya. Merasa semua akan kiamat di sekeliling saya. Namun, di saat itulah, saya kembali teringat akan “TUJUAN” saya dilahirkan dan kenapa saya di Jakarta. Itu membuat saya bertahan dari waktu ke waktu.
Pelajaran Hidup #3 – Kebaikan Untuk Sahabat
Bantulah sahabat sebaik mungkin untuk mendapatkan yang terbaik, itulah inspirasi pembelajaran hidup berikutnya dari Partikel ini. Seperti Zarah yang tekun membimbing Koso untuk lulus tanpa harus bayar. Saya berusaha untuk menyebarkan kebaikan dan membantu sahabat saya sebisa saya.
*Febriyan: Saya kenal dengan Nik justru melalui sahabatnya, Adelina – yang saya yakin akan sukarela menceritakan seberapa hebatnya Seorang Sahabat bernama Nik ini.
Pelajaran Hidup #4 – Kata Hati
Perjuanglah apa yang dari hati, karena kata hati mendekati kebenaran. Sebagaimana Zarah gigih memperjuangkan untuk bisa tinggal di Tanjung Puting. Saya ingat saat saya memutuskan untuk pergi meninggalkan Bali. Semua orang tidak mendukung saya, tapi saya mengikuti kata hati saya, pergi meninggalkan Bali. And here I am now.
Pelajaran Hidup #5 – Luka Adalah Bagian Hidup
Jangan takut terluka, karena semuanya punya pelajaran. Seperti Zarah yang begitu terluka saat pelanginya diambil. Tapi dengan itu dia mengerti dan sadar ada seorang yang jauh lebih baik yang setia menunggu dia.
Di tahun pertama saya di Jakarta, entah sudah berapa kali saya dikecewakan. Tapi, seperti Zarah, akhirnya saya mengerti. Beberapa tahun belakangan ini, semua terjawab satu per satu dengan manis.
Pelajaran Hidup #6 Dari Partikel Dewi Lestari – Berbuat Baiklah
Tekunlah berbuat baik. Kesempatan-kesempatan akan kau dapatkan semua berasal dari itu. Seperti Zarah yang rela mengasuh bayi orang hutan dengan tulus. Tanpa keluarga dan pendidikan yang memadai, itu yang terjadi dalam hidup saya di Jakarta.
Tapi seperti Zarah, terus berbuat baik, menjadi kunci dalam hidup saya. Dan dari sanalah saya belajar menikmati hidup dalam berbagai hal, termasuk keliling Indonesia.
***
Terima kasih banyak Nik, sudah sharing tentang makna buku Partikel Dewi Lestari ini di sini. Saya ingat sekali ketika Nik ini berkisah tentang seri Supernova di salah satu pertemuan. She was really into it, I can tell (and I am sure that I am not the only one). Bukan review buku Partikel Dewi Lestari ini luar biasa Nik. Hope other can see and feel it too.
Sampaikan ke Nik, walaupun hidupnya seperti Zarah, jangan minggat dan tidur di saung. Saya sedang stand by di Kota Tegal. Barangkali dari kalian ada yang terdampar di kota yang panas kusam ini, saya siap menyambut para petualang.
Sudah disampaikan mbak.
Eh yang punya blog boleh jg dong ikut stand by di sana. Hihi
Hii Mba Nila,
Salam Kenal, tidak minggat tidur disaung kok, tapi minggatnya ke Jakarta dan ditampung banyak sahabat hehehe, Wuaaaa mauu ke Tegal.. selalu ingin jelajah Indonesia .. semoga bisa saatnya bisa kesana dan bersua dengan Mba Nila.
aaaaaa sebagai pecinta novel2 Dewi Lestari (semua bukunya wajib punya!) sekuel terakhir Supernova inilah yg paling ditunggu.
penasaran gimana mereka semua bakal ketemu, ga sabar, tapi juga sedih kalo udah kudu kelar hwaaaaa.
tapi ntah kenapa, dari awal ketemu mba Nik emang keingetnya ama si Dee. nampaknya saya baru sadar dari mana pikiran tsb berasal.
saya tunggu review2 selanjutnya yaa, kita bahas nanti soal intelegensi embun pagi.
btw, once again, happy birthday mba Nikkk!
semoga semangat yg ditularkan bisa menjadi inspirasi buat semua orang.
Dah pesen mbak Della yang terbarunya? 😀
Saya pun menunggu review versi Nik lagi nih. hahahaha
Wow keren kak nik hahaha poin 5 itu powerfull banget.. Seringkali jadi titik balik, bakal terpuruk ato bakal terbang…
Happy bday kak nik! God bless u abundantly
Salam kenal kak febryan… Hehehe
Titik balik itu memang agak berat ya. Bisa naik atau jatuhh…. Salam kenal juga ya
Nik…
Well, pertama ketemu dia kata2 yg paling gw inget cuma “gw lbh butuh uang 100rb daripada satu juta buat travelling” dan apa sih Nik hahaha ya itulah the very first impressions buat Nik.
Nik sosok seorang teman, sahabat, kakak, ibu, eyang hahaha.. Dia baik bgt, dan kita baru pernah bertemu dua kali dan dekat karena satu dan hanya satu hal saja hahahaha
Happy belated birthday Nik.
Buat Febriyan, gw ga banyak ngerti ttg tulisan haha tp ini ttg Nik ya dan gw suka bgt.
Salam kenal Mas David. Ini tulisannya Nik. Saya nodong dia nulis di sini mas. Hihi.
Dekat karena apa nihg
Anyway mari kita lupakan dekat karena apa hahhaa..
Tulisannya Nik toh ternyata pantes familiar dengan kata2nya. Dan mas Febri, saya juga ditodong sm Nik ini buat baca dan tulis komennya. Selalu tertarik untuk baca ttg dia sih actually.
Semoga Nik buat blog untuk dia sendiri yang bisa inspired kita semua untuk menghargai kehidupan rohani jasmani. The best lah lo Nik.
Hahaha. Nah yang itu yang susah mas David. Dah ditodong berkali2 dia blg nantiii. Entah kapan nantinya.
Oh My God. Jujur aku merinding bacanya. Menulis dengan hati memang selalu beda rasanya.
Iya mas. Ini hatinya Nik di sini semua.
Mas Iyos, nanti balik lagi yuuk , Ngopi Ngeteh bareng disana tapi sesuaikan jadwal hehehehe ..
ngopi aja. jangan ngeteh.
Makasih buat tulisan (bukan) ulasannya, Mas Feb dan Mba Nik. Jadi tertarik untuk baca bukunya. Coba aja kalo saya udah baca buku ini sebelum ke TNTP, mungkin imajinasi soal Zarah akan terus kebayang ya di sana.
Huahaha… seperti yang saya alami sekarang mas… terbayang2 oh… hiks…
Makasih mas sudah baca.
Hehe. Semoga lekas bisa ke sana, Mas! Sama2 🙂
Hii Febri , Baca deh,,, saya sendiri baru baca Desember 2015 karena memang awalnya tidak terlalu suka dengan bahasa Dee “Sastranya bikin mikir ” ha ha ha tapi hanya karena tergoda kata “embun” aja jadi terpaksa Baca eh ternyata malah “Jatuh Hati ” sama Supernova … setiap Buku itu punya sentuhan yg berbeda …
Kata orang-orang novel seri supernovanya Dee Lestari itu bikin pusing ._. jadi aku masih belum brani baca ._. besok semoga tergerak buat baca deh :p
Ayo baca Feb. harus baca. Awalnya jg mikir gt kok gw. Tp akhirnya baca
Wahahah semoga tergerak buat baca nih bang 🙂
Segerakan
Ye : Salam Kenal yaa dan Terima kasih buat ucapannya.
Bart : Setiap hari nulis kok dari SMP tapi di sembunyiin ha ha ha semoga saatnya bisa berbagi …
Kalau boleh saya saran, yg baca Supernova, jangan cuma satu buku tapi WAJIB semua buku .*ini saran teman juga dan memang kebukti … “rasa” nya beda… kalau udah komplit …
Menanti tulisan dr SMP nya ahh
Akhirnya ditulis juga ya apa yang dishare kemarin. Gak aneh deh kalau kemarin pas ceritanya kak Nik sampai berkaca-kaca gitu, rupanya memang membekas banget episode yang satu ini. Aku gak sabar untuk baca sendiri, tapi pastinya harus baca lagi dari yang seri-seri sebelumnya ya.
Setuju sama mas Dani dan mas Ryan. Kenapa kak Nik gak lebih rajin nulis sih? 😉 #kompor
Huahahahaha… pertanyaan terakhir biarkan Nik sendiri yang menjawab ah…
Iya om Bart. Masih ingat aja tuh saya pas dia bercerita dan pas lirik Nik ternyata….
ah, baru baca Ksatria putri dan bintang jatuh 🙁
ayo baca yang lainnya Na.
Tossss , kecoanya kita bekalin cctv yaa biar bisa rekam bentuknya IEP sblm di launching, *makin ngayal :p
Aduhhh…
Jangan golok mbak/bu, jaman sekarang orang lebih takut sama kecoak terbang daripada senjata tajam! Jadi kumpulin aja kecoak terbang buat bajak buku yang kita impikan karya Dee! Tosssss!!
Huahahhaa. Dean ??? lo tuh yeee.
Eh tp maulah dpt
Aq setuju banget dengan usul Dean , *siap2 bantu siapin golok :p
Waduhhh. Waduhh. ?
Blm.. *brb,ke tokbuk dlu* hehehe
Baca dari yang pertama Ye
Happy Bday, Nik.. Salam kenal yah 🙂
Makasih udah menuliskan tntg Partikel, jadi pengen punya buku nya 🙂
Lah dirimu blm punya Ye??? Harus punya itu….
Hello All, saya numpang saran dimari. Bisakah kita bajak buku Dee yang IEP sebelum terbit? Caranya kita tongkrongin rumahnya Dee di BSD catat dimana dia akan cetak buku IEP, lalu kalau perlu saya mandaftar kerja disana biar bisa baca duluan, atau pas selesai cetak dan akan didistribusikan ke toko- toko, mobil boxnya kita bajak ramai- ramai, bagaimana? Setuju kan semua? ?
Huahahaha. Deannnn. ??
Supernova – Dewi Lestari…hhmmm dag lama ga bertemu dengan Dewi Lestari..jadi ingat masa masa promo buku Supernova versi awal..keliling ke kampus2 naik mobil panther biru…dag lama banget.
Thanks ya kang..dag mengingatkan pada masa, dimana jadi diluar sistem itu sulit namun membuat kuat dan tegar..dan akhirnya memetik buahnya.
Ahhh. Kata2nya bener2 bikin merinding. Makasih juga ya dah kasih konklusinya.
Moga segera keluar IEP nya.
Nah ini aku terlewatkan aku tulis, Karena Partikel ini aku nambah list Tripku,, pokoknya wajib ke Tanjung Puting hahahaha , Salam Kenal Den..semoga kita berjodoh bertemu yaa..
Meskipun baca ini sambil kriyip2 sambil mengumpulkan kesadaran karena masih jam 5 pagi, tapi begitu baca Dee Lestari dan serial Supernova langsung jadi melek dikit2 hehe.
Hai Nik, salam kenal ya, dan happy birthday buatmu. Wish you all the best. Aku penggemar Supernova, ehhmm musti kuralat dikit, aku penggemar berat Dee Lestari lebih tepatnya, karenanya, aku pasti mengamini kalau setiap tulisannya adalah karya yang jenius. Aku mengoleksi semua buku Dee. Dan aku sepakat denganmu, Partikel adalah yang terbaik so far diantara serial Supernova yg lain. Aku sampai pengen ke Tanjung Puting gara2 Partikel dan disambut baik suami yg memang terobsesi dengan OU (mudah2an kesampaian kalo balik Indonesia). Aku kalo lagi down belajar, selalu ingat2 perjuangan Zarah, keuletanya dan keyakinannya. Partikel memang luar biasa memotivasi yg baca. Dua buku yg aku bawa ketika pindah adalah Partikel dan Gelombang, dan dua2nya dittd sama Dee serta aku berkesempatan ngobrol dan berfoto dengan Dee. Waktu itu aku bertanya bagaimana dia menciptakan tokoh Zarah, dan Dee menjelaskan. Aku pernah tulis ttg ini dan ada videonya diblog (hahaha ryan maaf bukan bermaksud promosi blog:)))). Thanks Nik sudah menuliskan tentang Partikel. I love it. Ryan, sory komentarnya panjang aja haha. Aku bablass kalo tentang Dee dan buku2nya :)))
Linknya dong Den. Linknya yang soal Dee menjelaskan. Hehehe.
Gpp kok Den panjang. Gw malah senang bacainnya. Hehehe. Seru kadang2.
Tempo hari aku menulis buat Mamarantau tentang Frankfurt Book Fair 2015. Dibagian paling bawah tulisanku ada link ke youtube(ku) bagaimana Dee menjelaskan proses menciptakan Partikel dan proses menulisnya dia. http://mamarantau.com/2015/12/29/frankfurt-book-fair-2015-bagian-3/
Oalah. Di youtubenya yak. Yang tulisannya dah baca tp gak buka youtubenya. Hihi.
Hiii Joey, Salam Kenal,, wuaaa senang dikau suka Partikel juga,, semua Seri Supernova tuh aku sukaa dan sebenarnya aku suka tokoh Diva, malah berimajinasi Zarah menjelma jadi Diva ha ha ha ga banget yaa
Ryan boleh dong meet up bareng sama Joey hehehhe..
Thank Lina,, Thank Dani,,, pada waktunya gue pasti nulis dan mengabadikan kisah hidup gue yg lebih komplit dan siap taruh ember ya ha ha hah karena ini hanya selangkah dari hidup gue
Ryan makasi banyak yaa,, maaf komennya panjang lebar hihihi
Huaaa. Gw juga blm pernah ketemu sama Jo. Hiksss. Gagal mulu meet up nya.
Luka adalah pembelajaran hidup… Sedih sih mengetahui fakta ini,,,
Si Partikel buku supernova yg akhirnya bikin aku pengen koleksi dr awal, 3 buku sblmnya cm minjem 😀
Another partikel fans nih. Ayo koleksi Nit. Gak rugilah. Menurutku ya.
Gw malah kayak ngebaca kisah hidup lu Nik. Suka ama tulisannya Nik di sini. Kenapa gak lebih banyak nulis sih? 😀
Same here Dan…. Napa gak banyak nulis. Hehe. Kayakne karena lbh fokus membahagiakan sahabat itu.
Happy Birthday Nik. Semoga makin bersinar dan bahagia selalu yach. Terima kasih yach Ryan buat tulisan ini, saya terharu. Apaan coba.
Aku belum baca buku supernova semuanya nich, masih buku kedua. Semoga bulan ini bisa kelarin semuanya, Aminnn..
Amin. Ayooo selesaikan semuaaaa segera. Hehehe.
Hi Ryan..Dah lama gue kaga komen dimari yak. sejak elu berdotocom ria hahahaha. Hello Nik, salam kenal ya, toss dulu donk kita sebagai sesame penggemar Supernova, dan khususnya PARTIKEL. Yes setuju banget sama semua pelajaran hidup yang didapat setelah membaca Partikel. So far, PARTIKEL IS DA BESTTTTT banget deh. Meski tetap ya gue belum move on dari Gelombang (hahaha you know what I mean kan ya yan). So, Happy birthday ya Nik, semoga entah kapan kita bertemu untuk ngobrolin Partikel. Abis baca partikel, kayak ada sisa2 diri “ZARAH” yang menempel pada diri gue. hahahah pembaca telalu baper ya bok!
Joooooo… dah lama banget gak dikunjungin sama Ibu guru cantik ini…. ah senangnya. Eh dirimu juga penggemar yang Partikel yak? Gw kirain mah yang Gelombang karena the reason itu. Hahaha.
Kalau Nik baca bisa dijitak nih gw gara-gara gw sendiri yang beda. Sukaan Akar. hahaha.