Mungkin akan banyak yang merasakan apa yang saya pernah alami. Memilih sebuah kantor ternama di bilangan ternama juga untuk pekerjaan ataukah kantor kecil/sedang saja. Memilih gaji yang besar atau gaji biasa saja tapi nyaman. Itulah dilema umum untuk para pekerja, di manapun juga.
Satu hal yang saya dapat petik dari pengalaman memilih pekerjaan ini adalah bahwa gaji bukanlah yang terpenting. Memang kita membutuhkan gaji itu untuk hidup kita – tapi ada yang jauh lebih penting dari hal itu. Kenyamanan dalam bekerja jauh lebih berharga daripada gaji itu sendiri.
Kenyamanan dapat diperoleh dari suasana kantor (baca: rekan kerja) dan juga budaya kantor. Jika kita sudah tidak merasakan kenyamanan di perusahaan itu, apa yang dapat kita berikan kepada perusahaan? Ibaratnya adalah melakukan hal-hal yang tidak kita sukai. Akan tidak maksimal jadinya. Itulah kenyataan yang harusnya dipikirkan oleh setiap pencari kerja.
Mengenai gaji – percaya deh, akan mengikuti kok dengan sendirinya jika kita berprestasi di tempat kerja kita. Dan untuk bisa berprestasi maksimal di tempat kerja, kenyamanan itulah yang penting. Kita bisa memberikan yang jauh lebih baik, bagi diri kita dan akhirnya memberikan yang jauh lebih baik lagi bagi perusahaan.
Kenyamanan ini bukanlah hal yang mudah ditemukan. Karena apa? Sudah pasti tidak ada satu perusahaan pun yang benar-benar sesuai dengan keinginan kita. Karena itu, dalam mempertimbangkan faktor kenyamanan ini, ada beberapa faktor yang pada akhirnya kita ‘harus’ korbankan. Tapi pengorbanan ini tentunya haruslah yang tidak mempengaruhi kepuasan kita dalam hal kenyamanan itu sendiri. Bingung? Sama… saya juga agak bingung.
Pengalaman pribadi saya mengajarkan saya bahwa saya ingin bekerja di perusahaan yang mampu membuat saya berkembang. Jika perusahaan dirasakan tidak menyediakan hal ini, saya akan mulai mempertimbangkan ulang keputusan saya. Tapi selama keputusan baru belum dibuat, saya akan terus bertanggung jawab penuh atas kinerja saya di perusahaan saat itu.
Nama perusahaan yang terkenal ataupun lokasi perusahaan yang berada di lokasi ternama, memang sebuah nilai plus. Namun tak selamanya menjamin bahwa perusahaan itulah yang merupakan pilihan cocok kita. Seorang rekan kerja saya mengatakan, selama masa percobaan, bukan hanya perusahaan yang menilai, sebenarnya kita sendiri sebagai karyawan pun hendaknya menilai, apakah perusahana ini adalah perusahaan di mana kita akan menghabiskan waktu kita (bahkan bagi sebagian besar orang, waktu di perusahaan lebih banyak daripada waktu pribadi lainnya – jadi sudah barang tentu, hal ini penting untuk dipertimbangkan).
Bagaimana dengan kalian?
Pilih yang sesuai kata hatii!!
Untuk apa banyak uang kalau stress? Yang penting kan menjalani hidup dengan bahagia 😀
setujuh… (setuju tujuh kali). hehehe
jadi inget iklan K*nidin.. pilih aku atu diaaa.. hihihi
hahahahaha. mang ada ya?
ikuti kata hati sambil tentunya memohon segala petunjuk-Nya.. 🙂
Pada tanggal 02/04/13, Coretan Hidup Seorang Ryan
amin…
kalau mas sendiri milih mana?
pingin like this tapi sayang Andika ga make WP lagi. pokoknya postingan ini keren banget lah sob 😀
wah… makasih ya.
dah gak pakai WP lagi ya? kenapa?
makanya aku agak segan melepas kerjaan sekarang walaupun salary bisa dibilang rendah.
Selain tanggung jawab moral, aku juga merasa nyaman dengan budaya di kantorku.
Yaaa..setiap kelebihan tentu punya kekurangan kan. 🙂
Betul sih. 🙂
Bagi Utie kenyamanan juga utama ya?
heeh. soalnya aku tuh sensitif, ngga bisa diomelin, dijutekin, bisa nangis bombay tiap saat kalau di kantor harus ngalamin kayak gitu. -_-“
sering nangiskah di kantor atau karena kantor?
waaahh postingan ini mengena sekali buat asmie saat ini, ini yang sedang saya rasakan, budaya kantor dan orang-orangnya sangat tidak cocok buat asmie… aarrgghh klo gak ingat TiniPos sudah resign dari dulu mas,
Memang tidak hanya perusahaan yang menilai karyawan seharusnyalah karyawan juga menilai perusahaan, jadi bisa saling mengimbangi biar maksimal. 😀
Wahhh. Lagi mengalami ya?
Apa aja yg Asmie sudah lakukan?
maksud pertanyaan nya?
klo asmie sudah melakukan dan sedang serta akan terus melakukan yang terbaik buat TiniPos itu saja, perkara yang lain biar mengalir apa adanya saja… 😀
mantap… 🙂
untuk berkembang dan meningkatkan kemampuan serta potensi diri, terkadang kita perlu bergerak dan berpindah dari zona nyaman dan menceburkan diri pada ketidaknyamanan.
Setuju mas.
Namun kalau ketidaknyamanan karena pertentangan nilai2 yang dianut/prinsip hidup, menurut mas gmn?
setuju bangets ama semua kata2 ryan di post ini……..
toss ah kalau gitu
Aku juga dulu gitu di kantor lama. Gajinya kecil tp temen2nya seru
terus akhirnya gimana? kok resign?
Karena mau nikah n harus pindah ke medan sementara kantor di medan lg gak ada loker huhu
Oooo gitu.
Merasa ‘sesalkah’ dengan keputusannya?
Wah, diriku ndak pernah kerja kantoran e Yan. Kerja rumahan aja 😉
enak dong mba…
Yah, begitulah. Enak ndak enak harus disyukuri 🙂
Setuju mba. 🙂
Masih bingung:p
kok bingung?
Bingung mau kemana, mau ngapain, mau apa. Hahahahah!:p
waduh…
perlu dikasih tiang gak buat pegangan?
Jangan, nanti jadinya nari-nari ala indian movie:p
“Hasil dari kerja yang kita lakukan bukan dari apa yang kita dapatkan (bayaran) tapi jadi apa kita dengan semua yang kita lakukan” versi Indonesia dari ungkapan yang kuambil dari Paulo Cuelho
ungkapan yang bagus mas. setuju banget tuh.
jadi apa kita dengan semua yang kita lakukan. makasih mas kutipannya.
Menurutku, jangan keluar kerja hanya karena tawaran gaji yang lebih besar. Keluar kerja dan membangun bisnisnya sendiri adalah sebaik baik keputusan.
memang sih mas. kalau bisa bangun bisnis sendiri.
tapi banyak yang ‘takut’ melompat ke zona itu. bagi resepnya dong mas.
kalau mau melompat, ya melompat aja. Hehehe….
Semakin ditunda, semakin berat bebannya.
Tapi biasanya akan ada aja kan mas yg jd ‘penunda’ 🙂
Gimana ngakalinya?
Tetap fokus pada tujuan.
Banyak yang sama dalam kasus ini…akupun kadang merasa begitu.
terus akhirnya apa yang mas pilih?
Aku jalani aja
tak mengganggukah?
Untuk saat ini belum
yang penting itu sih… 😀
saya sudah pindah kerja lebih dari 5 kali 🙁