Tips Menjual Cepat – Kemarin, saya membaca postingan dari Pak Aryo Diponegoro, seseorang yang ahli dalam bidang penjualan Properti dan sudah menelurkan buku berjudul RAJA BISNIS PROPERTI MEGAPROFIT (RAJA means RAHASIA JALANI). Untuk lebih mengenal dia, coba klik profile Beliau di sini.
Dalam tulisannya yang berjudul Gimana Cara Jualan Cepet (pasti banyak yang maunya seperti ini kan?) di blognya, Beliau menuliskan bahwa, sekali lagi, yang penting itu bukan jualan cepatnya melainkan
Memberikan solusi kepada konsumen atas permasalahan mereka
Saya suka banget kata-katanya itu. Karena belakangan ini, saya sering kali melihat salesman/woman yang gencar menawarkan produknya, tapi tidak terlalu memahami secara detail produknya itu sendiri. Tentunya wajar ya kalau mereka gencar menawarkan produk, kan mereka dikejar target penjualan oleh kantor. Ya sayangnya itu tadi, tidak disertai pemahaman produk yang memadai.
Kalau mereka, ujung tombak perusahaan, tidak memahami produk itu, bagaimana kita sebagai konsumen tertarik membeli. Kalau kita hubungkan dengan tulisan Pak Aryo mengenai memberi solusi pada konsumen, bagaimana caranya penjual bisa memberi tahu calon konsumen mengenai manfaat yang akan didapatkannya jika dia tak memahami produk yang dijualnya dengan baik (ini nih tips menjual yang baik).
Tips Menjual Cepat – Kuncinya Adalah
Fokus pada konsumen – Focus on Customer
Seperti yang sudah dituliskan sebelumnya, menjual sebenarnya tentang konsumen. Merekalah orang yang harus didekati dengan baik agar penjualan terjadi, akan lebih baik kalau mereka jadi konsumen tetap. Artinya:
Sebagai penjual hendaknya tidak lagi berfokus pada diri sendiri dan target yang diberikan.
Konsumenlah yang penting, semua keputusan penjualan ada di tangan mereka. Apakah mereka memutuskan membeli atau tidak dan juga apakah membeli sekali saja (bisa karena merasa terpaksa) atau membeli rutin.
Inilah yang saya rasakan sudah mulai dilupakan dan seringkali diabaikan dalam hal penjualan. Entah karena training yang kurang memadai, ataupun karena motivasi tenaga penjual itu sendiri yang fokus pada keuntungan dirinya sendiri.
Adalah hal yang baik untuk Fokus pada pelanggan, seperti yang disebutkan oleh Pak Aryo. Janganlah mengutamakan apa yang diinginkan penjual. Coba ya baca contoh kejadian berikut ini.
Contoh Kasus Menjual
Anggap saja Yudi, seorang tenaga penjual di salah satu toko layan sendiri yang menyediakan semua alat rumah tangga. Di sebelah toko ini, ada juga sebuah toko yang hampir serupa. Nah, datanglah seorang anak muda. Dia datang menggunakan motor dengan jeans belel dan berlubang sana sini. Dia masuk ke toko tempat Yudi bekerja, berjalan lurus ke arah berbagai lantai kayu siap pakai.
Satu per satu motif dan warna lantai kayu itu dia cek dan kemudian dia memanggil Yudi, yang kebetulan saat itu berada di sekitar situ. Pria itu bertanya mengenai lantai yang cocok untuk rumahnya. Yudi, yang melihat penampilannya.
Jangan menilai orang dari penampakannya – baca deh: Percuma Ganteng
Yudi pun akhirnya menanggapi dengan biasa. Setiap pertanyaan dia jawab dengan singkat dan bahkan cenderung tidak sopan karena dalam pikirannya terlintas seperti ini: “Buat apa gw layanin baik-baik, gak akan beli juga. Capek-capekin gw aja.”
Mendapat pelayanan seperti itu, rupanya membuat pria muda itu jengah dan akhirnya pindah ke toko sebelah, di mana dia dilayani dengan baik. Dan setelah pria muda itu keluar, Yudi mengobrol dengan Iman, temannya yang kerja di sebelah. Dari Iman, Yudi tahu akhirnya kalau pria muda itu menghabiskan sekitar Rp 10 juta dan masih akan kembali lagi jika ada yang diperlukan.
Bagaimana menurut kalian kejadian di atas? Seberapa sering kita bersikap seperti Yudi (walaupun kita tidak bergerak dalam bidang penjualan, kita kan juga penjual, dengan diri sendiri produknya), dan berakhir dengan kehilangan kesempatan mendapatkan penjualan besar.
Tips Menjual Yang Baik
Yap… jika penjual berfokus yang salah, pada akhirnya akan kehilangan penjualan (pengaruh deh ke bonus). Jadi yang akan dirugikan ya penjual itu sendiri.
Kalau berfokus pada Konsumen, penjual akan berusaha sebisa mungkin menempatkan diri dan mencari tahu apa yang diperlukan konsumen dan mempersiapkan diri menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang kira-kira akan muncul.
Jika kamu bekerja di bidang penjualan, berikut ada beberapa tips menjual yang bisa digunakan untuk meningkatkan diri dalam bekerja:
1. Fokus pada konsumen, membuat kita ingin lebih mengutamakan pembeli dan kebutuhannya. Itulah sebenarnya kunci penjualan yang sukses. Membuat konsumen merasa diperhatikan kebutuhannya dan dia akan puas, hingga mungkin nanti akan kembali lagi berikutnya.
2. Untuk bisa mengetahui kebutuhan konsumen, kita harus mampu mencari tahu apa sebenarnya yang dibutuhkan. Untuk itu kita harus meningkatkan kemampuan kita berkomunikasi dengan baik dan efektif. Tak perlu bahasa panjang lebar. Tapi yang penting sasaran yang diinginkan dari komunikasi itu tercapai.
Baca juga: Komunikasi
3. Jangan… sekali lagi jangan sekali-sekali memandang rendah calon konsumen dari tampilan luar. Ingat kisah Alm. Bob Sadino? Dia berpenampilan biasa – tidak seperti orang kaya. Ingat ini. Seringkali saya melihat di mall, jika ada orang yang berpakaian biasa masuk ke tempat butik terkenal, dia akan dicuekin sama sekali.
4. Perdalam pengetahuanmu tentang apa yang kamu jual. Kuasai kelebihan dan kekurangannya sebanyak mungkin. Sehingga kamu tahu dan bisa menghubungkan apa yang dibutuhkan konsumen dengan barang yang kita punya.
5. Perbanyak training, baik formal maupun informal. Entah diadakan perusahaan ataupun yang kamu ikuti secara personal. Jika perusahaan tidak menyelenggarakan training, cari tahu apakah ada acara training di luaran yang kira-kira bisa meningkatkan prestasimu. Ingat… mengeluarkan biaya untuk training itu tak pernah rugi kok, hasilnya kamu yang akan rasakan.
Baca juga: Tips Lolos Masa Percobaan Kerja
Okay… itu sih mungkin tips yang saya bisa kasih untuk penjual. Jadi sekali lagi, janganlah berpikir serba instant. Nikmati proses yang ada, walau perlahan. Dan rubah mindsetmu, bahwa kamu menjual ini untuk memenuhi kebutuhan konsumen, bukan hanya untuk mencapai target kita saja.
bagus nih artikelnya. mudah-mudahan para penjual baca ini. 😀
Amin. Mudah2an Grant.
jadi makelar nih. kita cari tahu apa yang dibutuhin konsumen dulu baru kita cari produk yang sesuai dengan maunya dia. kalo kita punya kita jual ke dia kalo gak punya kita carikan ke orang lain. betul gitu?
Betul…. begitulah kira2. Konsep sama bisa kita terapkan dalam blog kita. Seperti apa sih yang kira2 dicari orang dari blog kita? Walau blog sifatnya personal, tapi orang akan mencari juga untuk inspirasi loh. Seperti blogmu. Keren. Dalam hal menginspirasi bahwa menulis yang umum bisa jadi cerpen.
makasih. 🙂
Sama-sama
Woooooo mantap postingannya! Lagi mikir gimana cara terapinnya di blog. Btw aku paling bete tuh kalo dilayanin asal-asalan karena penampilan. Biarpun aku jatuh cinta setengah mati ama barangnya kalo salesnya begitu aku tinggalin dan biarin deh ambil dari toko lain karena menurutku that’s totally against customer service.
Hahaha. Sama Mba. Pernah. Karena yang di belakang counter jutek and cuek. Aku jalan aja.
Ayoo. Terapin di blog mba. Aku aja diajarin mba bbrp kali kok.
Untung di sini sih ga gitu. Orang aware banget sama sisi jualan yang ini, klo kebetulan nemu yang jutek itu sih orangnya aja hahaha…iyaaa nih Yan…banyak yang harus dipelajari. Aku ngajarin kamu apa ya?
Cek ricek ricek sblm posting. Hahahaha. Nah pas itu br deh smbil mikir soal. Kl dibaca orang enak gak ya.
Harus memang mulai fokus ke customer sih ya.
Aiiisssh itu sih teknik nulis yan…
Hahaha. Kan sebenernya sama juga Mbak. Fokus pada konsumen (pembaca). Karena yang dijual kan tulisan. *sok tahu ya saya
Gpp aku juga suka sotoy huahahahaha
wkwkwkwkwk mari kita sotoy bareng2 mba. Sotoy Betawi atau Sotoy Madura enaknya?
Betawi Yan!
Santan banyak? Atau dikurangi?
Daging kan? Saya pesen ayam aja Mbak. Makasih *ehh
Dagiiing doong…tapi bening aja deh
Duh. Kan cirinya sotoy betawi santannya Mbak. Haha
Biarin, anti mainstream.
hahahaha…. duh. jadi lapar. masih bicarakan makanan.
Ngopi yan
Kopiku udah segelas. Coffemix eh jd sebut merk. Eh kayaknya sih diminum separuh sama mama deh td. Lg nulis postingan. Pas balik dah separuh.
Dah liat Wa kan? kok terus ini
Tega. Sungguh tega.
Mantap nih.
Kadang saya jengkel lho ama sales yang terus bicara tanpa memberi kesempatan pada saya untuk bertanya. Apalagi kalau bicaranya itu kayak ujian menghapal, cepet banget tanpa peduli saya ini ngerti atau nggak. Kadang malah tanpa melihat ke arah saya, untuk yang gini langsung deh saya tinggal
Hahaha. kok kayaknya itu ciri yang menawarkan investasi ya mba. Hehehehe.
Memang mba. Kan mereka jualan. Harusnya ya fokusnya ke kita ya. Gak melihat kita kan bagian dari komunikasi juga yang tandanya takut atau memang gak respect ke kita kan?
langsung terlempar balik ke tahun 2008. Customer Focus dan sebagainya. Huahahaha..
Ada apakah di 2008? Hmmmm *usap jenggot – nulis usap gara2 bos di depan gw usap jenggot*
Jaman di cabang. Customer focus. Pasarkan manfaat bukan produk. Lalalala
Nah… ayo dong Dan. Sharing pengalaman dulu itu…. posting deh. linkback ya 😛
X))
iya itu sayang disayangkan kalo salesman ga ngerti produknya asal jual aja dikejar target, kalo dia ngerti apa produknya pasti ngerti juga sasaran konsumennya.. kaya jual sendok cantik ke bapakbapak ato kakekkakek, tapi ga ngerti fungsi sendok cantiknya..
Hahahaha.. bener banget Mba. bapakkakek kan lebih ke fungsional *ini umumnya, walau sekarang banyak priacantik #ehhh*
Ada pengalaman Mba? Mungkin pengalaman ketemu penjual yang gitu atau malah menjual sendiri. 😀
jual diri sih pernah kan kalo lamaran ku juga jual diri bisa apa aja.. kalo ketemu penjual diri sering deh yang lamar ke kantor tapi ga ngerti dia bisa apa aja jelasinnya gitu.. bikin greget..
kalo yang jual produk panci itu ga ngerti cara masaknya gimana dan pancinya butuh berapa watt juga bisa masak pake apa aja, malah tanyatanya ke temennya.. iihh gemes, kudu ditraining dulu gitu ya kalo salesman pancinya.. itu yang rekrut pijimane?
Hahahaha. ujung2nya salah rekrutmen ya… *ada yang di bag ini gak? hehehehe…*
Tapi memang mba, banyak perusahaan yang punya ujung tombak salesman kok kayaknya gak perhatian ya. sampai training aja gak dapat. Setidaknya seharusnya ya training produk kan ya?
Pernah ditawarin produk alat kesehatan dari China2 gtw mas, sayangnya salesnya kurang memiliki “Product Knowledge” ngejelasin ampe belepotan, yaudah saya sebagai customer ga beli deh. Tapi karena sekarang sya juga jualan, bisa ambil pelajaran dari kejadian tersebut apalagi dari postingan ini. Thanks for sharing mas.
Nah bener kan ya. Gak paham produk malah membuat kita sebagai calon pembeli malas ya. 😀
Eh kamu jualan toh. Bagi tips dong…
Huaah Da saya mah apa atuh mas, dimintain tips sama mas Ryan huhuhu. Ga jauh beda mas. Tips nya sih sebelum terjun lapangan Yang pertama emang kita harus tau dengan jelas produk yang kita jual, contoh: saya jual baju berbahan sifon. Customer yang bawel itu bakal nanya seditail2nya tentang bahan sifon, menerawang ga? berat ga bahannya? mencucinya gimana? Nah looh kalo ga tau masalah “per-bahan-an” bisa keki kita. Gtw mas. Intinya fokus kepada customer, apa yang mereka suka (trend) dan mereka butuhkan. Dulu saya jual celana, yang saya jual celana aja tok! padahal customer ga semuanya butuh celana. Makanya, setelah beberapa bulan saya tambahkan koleksi yang lain biar lebih variatif dan customer banyak pilihan. #edisicurhat.
Haha nah bnr kan aku nanya. Jd dpt tips n sharing.
Jadi dah hafal soal perbahanan dong.
Kalau kita ikut tren ya, gak otomatis laku juga kan? Gmn ngakalinya?
Sedikit banyak paham masalah tekstil :)) Karna aku jual baju ya mas, kalo lagi trend satu model pasti (almost) semua toko punya apalagi jual online. Perhatiin deh kalo mas ke Moll/pasar baju yang dijual sebenernya ga jauh beda juga modelnya dengan toko sebelah. Cara akalin nya sih aku lebih mengedepankan kualitas barang dan harga yg sesuai. Tapi ya, rejeki mah ga kemana ya mas, ga akan ketuker. :))
ah bener banget. Memang sekarang semua juga sudah mirip-mirip kok. Gak cuma baju, gadget juga gitu kan? Hahaha.
Jadi inget pengalaman jualan online shop dulu. Diomelin sama seseorang gara2 saya jual yang KW2. Padahal dah bilang dari sebelumnya. Harga asli di luaran dua kali dr yang saya jual.
iyaa bener bgt, hampir semu mirip2 untung muka kita ga mirip ya mas wkwkwkwk. Oooh pernah jual online juga toh mas, lebih banyak pengalaman dong ma Ryan masalah penjualan #sungkemsamasensei
Hahaha. Cuma grup BBM kok Egi. Itu di post ada linknya saya masukkan. Tips Marketing via BBM. hahahaha. Itu pun cuma sebentar. Henti tengah jalan.
Sama kayak Mbak Puji, aku salut sama Marketing. Tahan banting banget! 🙂
Dirimu juga tahan banting kok Dev. Salut euy…. palagi pas soal gathering BEC *TTU*
TTU apaan, Ryan?
Two Thumbs Up. Kalau FTU gak sopan. 😀
Hahahaha kirain. Iya sama-sama Ryan, we work as a team 😀
Kirain apa Dev?
Utk meet up gak banyak bantu Dev. :'(
*Whatsapp aja kalo bahas ini* 😀
kalau menjual atau jadi sales, sepertinya saya nggak bisa. saya nggak bisa banyak ngomong apalagi merayu 😀
Hahahaa. Ayo mas. Menjual bukumu.
kan udah pasang widget di blog. cara saya menjual baru itu
Kurang Mas… hehehe. Saya aja promoin lagi baca buku mas di WA group BEC *oooops*
Bikin GA mas. 😀 Kayak Raditya Dika tuh. Foto dengan buku Jejak. :d
terima kasih sudah bantu promo 😀
kepengen bikin GA cuma belum PD.
Kok blm PD? Ayo mas. Bikin *kompor*
Sama2 mas. Wong bukunya menarik dibaca kok. Walau msh lama ini aku selesai bacanya.
Setuju, bisa diterapkan juga di dunia tulis-menulis. Yang penting bukan apa tulisan kita dapat banyak pengunjung, followers, atau kalau buat novel, apa penggemar banyak dan royalti besar, tapi apa tulisan kita bisa menghibur, memberi jalan keluar, atau paling tidak jadi cermin supaya pembaca bisa melihat dirinya dari tokoh-tokoh yang bermain dalam cerita :))
*toss*
Sayangnya ini yang sekarang tidak ada dalam Sinetron kita. Bener-bener cuma menjual mimpi geje. IMHO. Menurutmu gimana?
Mungkin kalau sinetron itu karena terlalu komersial dan mengikuti pasar serta persaingan di dunia media ya, Mas.
Jadi boro-boro mau mikirin alur cerita, yang ada di otak cuma rating dan pemasukan dari pariwara :hehe
Iya sih… ujung2nya kalau bikin non commercial, siap2 merugi dan PH-nya bangkrut ya.. 😀
Masing-masing dari kita adalah penjual. Penjual keahlian, penjual visi, penjual mimpi dan motivasi, hingga penjual dalam arti harfiah menjual barang atau jasa.
Itu…
Nah itu Mbah maksud ane… Kita ini penjual. Penjual dirilah minimal 😀
Jujur, aku salut sama pekerjaan para sales karena mereka tahan banting. Ditolak berulang kali juga tetep maju terus pantang mundur 😀
Sama…. Apalagi yang telemarkerter dan asuransi itu. Ditolak berkali-kali maju terus.
Ada temen yang bilang sih. Kalau gak kayak gitu, mereka gak dapat apa2.
Iya, memang itu tuntutan pekerjaan mereka haha.. 😀
Nah itu… dari sana kan jadi kayak terlihat motivasi utama mereka juga sebenarnya lebih ke target itu. Apakah fokus ke konsumen atau tidak.