Belakangan ini, sepertinya ada 3 kata yang menjadi kata yang jarang diucapkan dalam kondisi seharusnya.
pikiranrandom.com
Sejak lahir hingga saat ini, sudah berapa banyak kata yang kamu pelajari? Ratusan? Ribuan? Jutaan? Saya sih gak pernah hitungin berapa pastinya. Tapi di antara semua kata, sejak kecil, saya (dan mungkin kalian juga) diajari untuk 3 kata paling penting dalam hidup, yaitu maaf tolong terimakasih.
Mungkin sayanya aja yang terlalu banyak berpikir yang gak penting.
Saya ingat dulu itu ada sitkom Indonesia di salah satu TV Swasta yang saya suka banget – Bajaj Bajuri. Salah satu tokohnya itu Mpok Minah.
Nah kebiasaan Mpok Minah ini adalah mengucapkan “Maaf” di setiap kali dia bicara. Dan karena itu, justru dia agak ‘diremehkan’ menurut saya pribadi.
Tentang 3 Kata yang Paling Jarang Diucapkan Sekarang Ini
Mpok Minah, yang sering mengucapkan kata maaf, menjadi “aneh” ketika dia benar-benar melakukan kesalahan dan meminta maaf. Di sisi lain, orang yang benar-benar salah, malah enggan mengucapkan kata ini.
Padahal, apa susahnya mengucapkan sebuah kata?
Tidak butuh waktu yang banyak kan ya? Bahkan tidak sampai 1 menit.
Kemudian, ketika sudah dibantu, bahkan “terima kasih” pun tidak terdengar. Seakan bantuan itu adalah hal normal dan wajib dilakukan oleh orang lain.
Bukan… bukan ingin mendapatkan penghargaan. Namun, ini masalah attitude. Sikap kita yang akan mempengaruhi sikap orang ke kita sendiri.
Demikian juga dengan kata TOLONG. Ibaratnya, mengucapkan kata ini seakan mengakui kalau diri kita itu tidak mampu. Padahal… Ah baca langsung aja #PikiranRandom saya di bawah ya untuk kata maaf tolong terimakasih ini.
Kata Maaf Dalam Keseharian
Nah seperti dalam tokoh di serial SitKom itu, sepertinya kata Maaf dalam kehidupan sehari-hari ini dah jarang digunakan sebagaimana mestinya, imho ya.
Setiap saat, orang dengan mudahnya mengatakan maaf, tapi tak lama kemudian mengulangi apa yang telah dilakukan sebelumnya yang membuat dia mengatakan maaf.
Sepertinya lirik lagu jadul “Sorry seems to be the hardest word to say” oleh Elton John itu dah gak lagi berlaku.
Baca juga:Maaf dan Fiksi: Maaf
Seharusnya kata Maaf ini adalah kata yang sangat berharga dalam hidup. Di mana setiap orang yang melakukan salah menyadari kesalahannya dan meminta maaf dengan tulus dan tidak mengulangi lagi kesalahannya itu.
Tapi sekarang, kata maaf ini sendiri bahkan sering digunakan dengan teriakan kepada pihak yang terluka, kesannya jadi gimana kan?
Value yang terkandung dalam sebuah kata Maaf jadi hilang, karena memang sepertinya mudah aja mengatakan maaf dan kemudian lenggang kangkung melakukannya kembali.
Kata Tolong Yang Semakin Menghilang
Selain kata Maaf, ada satu kata lagi yang sepertinya benar-benar menjadi kata yang jarang digunakan, bukan hanya dalam keadaan yang tepat, tapi dalam setiap kondisi juga sepertinya sudah jarang.
Saya ingat salah satu reality show di TV Swasta dengan judul ini. Di mana seseorang menjadi sosok yang mengalami kesusahan dalam hidupnya, bertemu dengan seseorang dan meminta TOLONG.
Dalam acara itu kita bisa lihat ada beberapa yang menanggapi dengan baik dan menolong ada juga yang cuek bebek. Itu memang hak masing-masing orang lagi, bukan hak saya juga untuk menghakimi yang tidak memberikan pertolongan pada seseorang yang membutuhkannya.
Padahal terkadang, yang dibutuhkan orang itu hanyalah senyuman dan didengarkan saja. Setuju?Mengucap kata tolong mungkin akan mengarah pada ketidakmampuan – itu mungkin yang dirasakan sehingga orang enggap meminta tolong.
Tapi kita ini bukanlah makhluk sempurna, jadi kenapa harus malu jika kita membutuhkan bantuan orang lain?
Dan kenapa kita jadi menutup diri dalam memberikan pertolongan? Apakah karena trauma telah dikecewakan saat memberi pertolongan sebelumnya?
Kata Terima Kasih Yang…
Tak ada kata yang tepat lagi saat saya menuliskan ini. Bingung. Pernah seseorang bercerita pada saya tentang bagaimana dia memberikan kursi yang didudukinya – setelah berlarian mengejar bus – ke seorang wanita.
Dia memberikan kursinya itu karena orang itu seorang wanita, dia menghargainya dan memberikannya. What did he get from that? Nadda. Gak ada sama sekali ucapan atau bahkan senyuman dari si wanita.
Maaf, saya bukannya mencoba mengangkat isu gender di sini, baik wanita pun pria melakukan yang sama kok. Tapi kebetulan kisah teman saya ini berkaitan dengan wanita.
Teman saya ini bukannya gila akan penghormatan sehingga meminta sesuatu imbalan dari tindakannya memberikan kursinya di bus itu.
Tapi dia merasa sakit hati banget karena kok kesannya apa yang dilakukannya itu bukanlah sesuatu yang baik.
Melainkan memang sudah seharusnya – jadi gak perlu diucapkan terima kasih atas sesuatu yang seharusnya dilakukan.
Saya sendiri mendengarnya pun sedih kok dan pernah mengalaminya. Yang ada sekarang ini malah terkesan:
“Memang udah seharusnya lo bangun dan kasih kursi lo ke dia… gak usah harepin apa-apa yeeee”.
Padahal, kalau belajar dari sosok yang sukses, mereka semua berhasil karena memang menolong orang di sekitarnya melalui tindakan mereka.
3 Kata Yang Jarang Diucapkan Pada Waktunya: Maaf Tolong Terimakasih
Sepertinya saya pun tak sendiri, Mbak Bel juga menuliskannya dalam blognya, di mana kata-kata ini seakan menjadi simbol belaka. Apakah memang sudah demikan adanya bahwa tiga kata yang jarang diucapkan pada tempat dan situasi yang seharusnya ini hanyalah simbol belaka?
Mungkin akan ada yang berkata – apalah arti sebuah kata? Buat apa sih dipermasalahkan?
Hmmm… apa memang sudah tidak pantas dipermasalahkan lagi ya? To be honest, I don’t know. Mungkin memang ketiga kata ini akan semakin jarang digunakan, semakin kehilangan makna. I really don’t know.
Tapi mungkin juga kata-kata ini akan kembali pada makna sebenarnya dan dipergunakanan sebagaimana mestinya.
Tulisan ini ya hanya sebatas tulisan saya aja tentang kata yang jarang diucapkan pada tempatnya yang mungkin hanya simbol belaka – hanya sebuah basa basi busuk yang perlu dihindari – *angkat bahu tinggi saya*
aku juga mulai membiasakan diri bilang terima kasih ke semua orang Ryan,,, nggak diam aja waktu selsai isi bbm, atau terima kembalin tol misalnya..musti belajar terus
Iya mbak. Memang harus banyak dilatih ya.
Perasaan tadi saya sudah komen disini, kok gak ada ya 🙁
masa sih? tadi dah balas kok
Ah rasanya juga mau ikutan nulis tentang these three magical words…
Saya berasal dari Jawa, yang mana “seharusnya” tiga kata tersebut masih melekat dalam kehidupan sehari hari, namun pada kenyataannya tidak. Hmmmm… thank anyway sudah nulis ini, dan link link diatas.
sudah gak adakah sama sekali Asmie?
Sama-sama ya
So, mari kita hidupkan lagi. karena itu bentuk penghargaan kita terhadap diri kita sendiri dan orang lain. Kita menghargai orang lain maka kita akan diharagi pula. Begitu khan mas Ryan?
Iya mas. Sepakat. Mari galangkan
Bener itu.. Maaf, terima kasih dan permintaan tolong itu udah jarang di dengar… kata2 permisi juga… Sering orang main nabrak aja tanpa bilang permisi kek atau bagaimana… Makin males atau gimana lah
Iya mbak sering banget tuh kayak gitu. Sibuk kali ya mereka.
Nah ini yang barusan dialamin, gak diucapin terima kasih >.<
tapi emang harus diakui, tiga kata ini udah mulai pudar. Entah ya saya juga bingung, padahal 3 kata ini sangaaat amat penting loh!
Jujur, saya menanamkan tiga kata ini sama anak saya sejak dini, harapan kelak ini akan tersimpan di memori otaknya dan akan terus diamalkan.
Kadang kita juga orang besar suka lupa sama tiga kata ini apalagi sama maaf ketika berbuat salah, gak mau akuin. 🙁
Bagus tulisannya mas, buat bahan introspeksi diri.
Ini tulisan krn saya jg merasa suka lupa mbak. ? gak melakukan yang hrsnya dilakukan. Hiksss. Moga kita makin ingat ya mbak.
Mbak Ranny, sbrp penting pendidikan keluarga mnrt mbak
kata terimakasih dan kata maaf yang sering aku lakukan mas mau terimakasih karena apa minta maaf karena apa itu yang sering di ucapkan saya hehehe yang jarang poin ke dua mas
Wahhh. Stdknya Mbak dah membiasakan untuk mengucapkan 2 di antara 3 mbak.
jadi keinget lagi ngajarin si K dengan 3 kata itu, kalau terima kasih udah lumayan bagus pas dikasih apa baik itu barang atau tindakan udah bisa spontan sendiri bilang makasih, kalau tolong udah beberapa kali seh tapi masih jarang, maaf yang belum sepertinya.. udah diajarin seh..
dan emang kalau mau ngajarin anak harus dari orang tuanya yang mulai ya 😀
Wahhh. K dah dibiasakan sejak kecil ya mbak.
Katanya anak mencontoh orang tua ya mbak jd yang mbak blg hrs dimulai dari org tuanya kayaknya harus ya
jadi inget bajaj bajuri ya salah satu tokohnya paling sering minta maaf
Hahaha.
Setuju sekali dengan tulisannya mas Ryan.. 3 kata tadi harusnya jadi kata-kata paling “sakti” untuk menghadapi banyak keadaan tapi sekarang semakin jarang di ucapkan, terutama kata Terimakasih. Bukan ingin mendapat penghargaan atau imbalan cuman kadang jadi agak mikir kok ya ada orang mau bilang Terimakasih aja susah banget padahal ngomongnya nggak pake bayar. Dengan baca tulisan ini sekaligus bisa mengingatkan diri sendiri untuk tetap mengaplikasikan 3 kata tadi dalam kehidupan sehari-hari. Terimakasih sharingnya mas 🙂
Sama2 mbak Sashy (ahhh aku malu dikunjungi Mbak Sashy).
Memang sudah mulai susah ya mbak. Mendptkan kata2 itu di saat yang tepat itu… Rasanya wowww. Ini jg renungan buat saya mbak.
Karena sekarang sudah mulai begini berarti sudah waktunya berintrospeksi diri. Dimulai dengan diri sendiri yg jangan sampe lupa dengan pengaplikasian 3 kata itu di kehidupan sehari-hari. Terlepas dari akan bagaimana respon orang yg kita ajak bicara. Yg udah punya anak juga mesti menanamkan ini sama anak-anak, biar mereka tumbuh menjadi orang yg peka sosial dan santun.
Iya Nad. Selalu mulai dari diri sendiri ya.
Wah iya betul, 3 mantra ajaib nih. Masih sering sih ngucap terima kasih sama bapak becak, bapak penjual sayur dan bapak penjual roti. Kita sama2 bilang terima kasih.
Tapi kadang ada yg cuek2 aja lho, misalnya pas ngasih uang ke pengemis ato tukang parkir, sudah dikasih ya mereka cuek2 aja langsung pergi gitu aja.
Iya ci. Banyak yang merasa dah gak perlu mengatakannya lagi. Padahal…
Benar bangad, tiga kata ini memang jarang dan susah sekali di ucapkan.
Tapi ada juga yang mengumbarnya mas. Jadi gak pas aja dan gak ada artinya lagi
terima kasih sudah kembali diingatkan.. MAAF, TOLONG dan TERIMA KASIH
sama-sama mas. saling mengingatkan
sepertinya saya jarang juga mengucapkannya.
sama mas. 🙁
Sudah dibiasakan di keluarga, tapi dukungan lingkungan juga penting.
Kadang bawa anak2 beli sesuatu ke ****mart, selesai bayar dan terima belanjaan, anak2 mengucapkan terimakasih. Bila si mbak kasir kasih senyum setelah anak2 mengucap terimakasih, anak-anak merasa senang. Tapi kadang juga si mbak nya cuek aja, anak2 jadi protes ke saya, kenapa mbaknya dibilangin terimakasih kok diem aja, nggak jawab sama-sama atau kasih senyum.
Ah mbakk. Ituuu ???bikin miris rasanya. Mereka yang “wajib” malah gak melakukannya. Sedih mbak bacanya.
Hahahaha iya bener banget.
Dan abang gue mendidik anaknya untuk selalu bilang “terima kasih” sekecil apapun pemberian dan pertolongan orang. Dan saat denger keponakan gue blg terima kasih, rasanya dihargaaiii banget gitu ya even anak kecil yang ngomong. Cuman kalau maaf dan tolong emang rada jarang dipake sih ya.
Jadi self reminder nih buat gue kalau udah punya anak juga 😀
Seneng banget ya mbak kalau ada yang menyampaikan terima kasih gt. Simple yet powerful.
Ini self reminder buat saya jg
Aku sering self reminding gitu tentag 3 kata tadi, kalau orang lain aku ga ambil pusing deh. Syukur2 dapat tanggapan yang berupa 3 ucapan itu. Kalau enggak yaudah positif thinking aja ^^
Mang hrs dr diri sendiri ya Nia. Kontrol yang bisa kita lakukan ya.
Dan orang masih berlomba-lomba menyekolahkan anaknya secepat mungkin dan harus jadi juara satu. Pendidikan moral dan etika dianggap gak penting. Miris banget ah.
gak ngikut gitu kan Dan buat A?
Pendidikan moral dan etika… bahasan berat sih tapi setuju semua bermuara di sana.
Aaku baca ini sambil ngilu-ngilu miris gimana gitu, walaupun pada pokoknya, aku sepenuhnya setuju sama tulisan ini. Tapi, aku mendapati beberapa hal belakangan ini yang membuat orang jadi enggan mengucap “maaf”, sekalipun diucapkan dengan penekanan kalau dia (yang meminta maaf ini) mengucapkan dengan niat tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Ialah sikap orang yang dimintakan maafnya, yang sering merasa tidak sepenuhnya memberi maaf. Alih-alih langsung menerima, beberapa lebih memilih bilang, “halah, sekarang bilang maaf, nanti juga dilakuin lagi.” Nah, kan kesannya jadi doa terselubung, soalnya berharap ada kesalahan kedua kalinya?
Selain bilang “halah…” tadi, ada lagi sikap yang nggak juga ada habisnya menyalahkan orang, sekalipun orang itu sudah minta maaf (bahkan bertobat). Mau contoh? Itu lagi rame di media sosial soal artis yang “terpeleset” dan “menyalahkan” paham soal Al Fatihah. Memang bukan pernyataan langsung, tapi via twitter, si artis udah bilang maaf. Apa yang dia dapat? Hujatan belum juga habis dari arah mana pun. (catatan: aku nggak bahas perihal pernyataan kontroversialnya)
Contoh lain? Maling/pembunuh yang pernah dipenjara, dibebaskan, mengaku tobat, minta maaf, tapi apa dia pasti akan mudah diterima di masyarakat? Belum tentu. dan apa akhirnya yang terjadi? Kebanyakan akhirnya memilih berbuat jahat lagi, karena walaupun sudah meminta maaf dan berniat menjadi baik, jarang ada yang mau terima maafnya.
Jadi panjang amat, Nda… Hahahaha, maafkan daku, mas Ryan. Tapi intinya gini, sebelum kita menekankan orang lain untuk mengucap maaf (untuk hal sekecil apapun), pastikan dulu, apa kita sudah termasuk orang-orang yang menghargai arti kata maaf.
Sekian.
Baru kali ini dikomenin Vanda. Panjang pula. Hahaha.
Memang skrg orang banyak jg yang cenderung pesimis dalam menerima permintaan maaf. Apa itu karena mereka terbiasa dg “maaf” kali ya. Maaf yang hanya sebatas kata aja. Perilaku gak diikuti.
Terus gmn dong Van baiknya?
yang penting 3 kata itu tetep kita junjung tinggi di kehidupan sehari2 mas, biar ga bener2 ilang..
Setuju mbak Orin. Harus dipelihara ya.
Kalau gak dibiasain bisa2 ilang itu 3 kata ya
Iya mbak. Dibiasakan digunakan pada waktu yang tepat.
banyak yang udah lupa soalnya ya
3 kata yg paling mujarab.. 3 kata yg bisa bikin org marah klo ga digunakan dgn tepat yah 🙂
Gw pernah KZL sm seseorang yg mnurut gw ga ada sopan2nya. Dikasih sesuatu ga pernah ngucapin terima kasih. Lama2 bosen ngasih deh behehehehe
Orgnya kebal ya Ye? Hehehe.
KZL BGT pasti kalau mang gak pas makenya.
Tiga kata itu, kata yang wajib diucapkan di Rumah teteh, bukan karena tinggal di Jerman, tp ya karena satu keharusan bilang 3 kata itu, belajar sopan santun dari kecil gituuu.
Jadi kalau ada minta sesuatu dan lupa bilang please/bitte.. Kita suka bilang “kata ajaibnya apaa..?” hehe
Harus dibiasakan dr kecil sih ya..
Kebiasaan ya teh. Harus ditanamkan sejak kecil biar gak lupa ya
Kalau di jerman 3 kata tersebut diobral hehe sering bangett diucapkan. Contohnya aja suami dan aku, klo aku masak sering tuh dia bilang terima sdh masak, klo enak banget makanannya diulang2 tuh terima kasih bilangnya hehe.
Menurutku 3 kata tersebut dimulai dari rumah, ortu ke anak, anak ke ortu dan dimulai sejak anak masih kecil, klo dalam keluarga tidak menggunakan 3 kata tersebut, pas anak2 besar ortu dan anak canggung ngucapinnya.
Nah itu mbak. Mau bawa soal keluarga gak enak. Hahaha. Blm pengalaman sih.
Di sini banyak tp dlm konteks biasa banget bukan pada hal yang tepat.
Pasti seneng ya mbak dibilang makasih dah masak