“Mas, tanggal 21 Agustus 2015, technical meeting-nya diganti jadi jam 19:00 WIB – dinner time”, kira-kira begitu isi email dari Mas Arie, perwakilan dari David Roy Indonesia mengenai Technical Meeting Dilmah Real High Tea
Challenge 2015. Jujur sih saya sendiri agak bingung, ini apaan sih? Sampai harus ada technical meeting segala – bahkan sampai saya tanya ke Mas Arie loh, memangnya harus ya ikutan – apalagi jadwal sebelumnya adalah jam kerja. Ternyata pas di sana, gak nyesel deh ikutan TMnya, membnuka wawasan saya soal teh. Benar-benar David Roy Indonesia sebagai distributor tunggal Dilmah Tea untuk Indonesia ingin menggebrak paradigma minum teh yang selama ini ada.
Lah emangnya minum teh selama ini salah? Sebenarnya sih gak juga, hanya saja Dilmah ingin mengangkat teh sebagai salah satu minuman yang umum dinikmati di mana saja. Gak hanya kalau pagi pas sarapan (breakfast tea) atau es teh manis pas makan siang ataupun Ice Lychee Tea pas makan malam saja. Kebiasaan minum teh di sore hari ditemani oleh penganan cantik yang sering dikenal dengan Afternoon Tea, ataupun minum teh dengan makan malam yang biasa kita santap atau bahkan menikmati makanan (baik dessert ataupun main course meal) yang terinspirasi oleh teh (tea inspired).
Sekilas tentang Dilmah Tea
Dilmah Tea sendiri berasal dari Srilanka, tepatnya daerah Ceylon – sebagaimana tercantum di kemasan Dilmah Tea. Dilmah Tea adalah sebuah perusahaan keluarga yang didirikan karena passion sang pendiri, Merril J. Fernando pada tahun 1950-an, sudah lebih 60 tahun ya. Kemudian sekitar tahun 1990-an, kedua anaknya – Dilhan dan Malik (dari gabungan kedua nama anaknya inilah merk Dilmah tercipta), ikut bergabung dengannya. Keluarga ini mengatakan: “Kami sangat peduli akan teh yang Anda minum, sejak dari bibit hingga sampai ke gelas Anda.” (sumber: website Dilmah Tea Indonesia).
Kualitas teh yang diprosuksi oleh Dilmah sudah pasti menjadi salah satu fokus utama dalam prosesnya, karena itulah setidaknya 3 aspek penting yang pertama kali dicetuskan oleh Merril pada tahun 1988 menjadi prinsip yang masih dipegang teguh dalam setiap prosesnya. Yaitu Traditional Tea, Single Origin dan Garden Fresh, yang artinya setiap pak kemasan teh Dilmah itu dipetik sendiri (yang mana saya baru tahu kalau teh terbaik adalah dua pucuk teratas dan satu bunga teh), diproses dengan metode orthodox yang disempurnakan, tanpa campuran apapun (original) dan dikirim langsung untuk menjaga kesegaran teh.
Dilmah Real High Tea Challenge 2015
Sebenarnya challenge ini bukanlah challenge baru, secara global, challenge tahun lalu saja diikuti oleh 14 negara dengan total 21 tim, termasuk Indonesia. Nah untuk Indonesia sendiri, di tahun 2015 ini, Dilmah Indonesia kembali mengadakan Dilmah Real High Tea Challenge 2015 di Jakarta dengan total peserta 10 restoran dan cafe dari tanggal 31 Agustus 2015 – 2 September 2015 lalu. Sedangkan untuk Bandung dengan total peserta 8 restoran dan cafe dari tangal 7 – 8 September 2015. Kita cek ombak yuk detail soal challenge ini.
Juri Dilmah Real High Tea Challenge 2015
Ada dua juri untuk challenge 2015 ini, yaitu:
- Ms. Eliawaty Erly – Vice President dari David Roy Indonesia – distributor tunggal Dilmah Tea Indonesia.
- Chef Nanda – pemenang Oxone Battle Chef.
Mereka akan menilai berbagai aspek dalam challenge kali ini, mulai dari table layout, menu design, kualitas dan kreatifitas dalam pairing teh dan makanannya, presentasi teh termasuk brewing-nya kemudian juga variasi makanan dan ukuran.
Dilmah Real High Tea Challenge 2015 – Cafe and Restaurant
Nah seperti yang saya bilang di atas, kalau kali ini Cafe dan Restauran yang ikut serta dalam Dilmah Real High Tea Challenge kali ini ada 18, dari Jakarta dan Bandung. Daftar lengkap dan alamat mereka adalah sebagai berikut:
Untuk post Dilmah Real High Tea Challenge 2015, Cafe dan Restoran nanti akan saya post terpisah ya – untuk yang saya datangi saja (Uncle Tjhin, De Mingle, Bailey’s & Chloe, Blue Jasmine, Huize Van Welly).
Dilmah Real High Tea Challenge Series:
Baileys & Chloe –Makan Kolak Pisang dengan Teh?
Uncle Tjhin Bistro – Sup Ikan Yang Segar Dan Burger Menggiurkan
Huize Van Welly Kemang – Raja Sehari di Huize Van Welly
De Mingle Bistro Kebon Jeruk – Nge-Date Dengan Princess Blogger
Blue Jasmine – Ketagihan Makan Tape Di Nuansa Kolonial
Afternoon Tea With Dilmah
Merubah paradigma tentang teh, itu yang saya sebutkan di awal tulisan ini, setidaknya itu sih yang ada dalam benak saya saat Technical Meeting waktu itu. Kenapa gak? Selama ini ya yang ada dalam benak saya kalau minum teh ya hanya sebatas teh biasa, baik itu teh manis atau es teh manis/tawar. Memang sih kalau pas nonton Masterchef ataupun acara memasak lainnya, ada juga beberapa yang sudah menggunakan tea sebagai bagian dari masakan mereka.
Atau mungkin kalau yang ngikutin makanan naik sedang naik daun sekarang ini – kue cubit, ada juga sih yang pakai Green Tea. Tapi ya itu pun bubuk green tea kan? Yang memang sudah lama beredar, setidaknya di beberapa coffee shop juga sudah menggunakan ini. Dan yang ada dalam benak saya saat bicara teh itu ya palingan soal teh hijau atau teh cina – itu pun kalau makan di restoran-restoran tertentu aja.
Pas masuk kantor David Roy Indonesia ini, saya bengong dong. Ternyata saudara-saudara… itu jenis teh banyak banget. Ada 25 macam jenis teh dengan karakteristik masing-masing. Dan juga ternyata cara seduh teh saya selama ini salah. Satu sendok teh hanya boleh untuk satu cangkir teh (kurang lebih 300 gram). Suhu air pun ternyata pengaruh banget (lihat deh foto di atas tuh soal Jenis teh dan cara penyeduhan). Dah gitu, kalau pakai tea bag – alias kantong teh, itu hanya boleh untuk satu kali seduh (satu teko teh kecil gitu deh), lah saya mah selama ini seduh berulang-ulang. 😛
Terus teh itu sendiri bisa dibikin mocktail ataupun cocktail dan super enak. Gak percaya? Lihat deh post instagram saya pas di sana… itu pun pake cabe segala pula cocktailnya. Plus plus pairing food and tea – iya, teh aja ada pasangannya, masa kita kalah sama teh sih (kita??).
Pairing food ini adalah menyandangkan teh tertentu dengan makanan, bisa manis bisa juga asin. Teh yang baik itu gak membuat rasa makanannya jadi kalah, justru sebaliknya. Semakin bersinar rasa makanannya itu. Setidaknya itu yang saya rasakan pas diajarkan soal pairing tea ini. Konsep pairing tea ini sendiri sebenarnya sudah sejak lama, atau dikenal dengan Afternoon Tea kalau dengan makanan ringan (kapan-kapan saya bahas sendiri ya soal afternoon tea).
Kalau saya mah biasanya memang ngupi cantik ya, jadi memang agak kurang paham juga soal Afternoon Tea ini. Eh tapi seriusan ini, kalau ternyata minum teh dengan nyemil enak. Kayaknya mau coba deh bikin cemilan yang cocok dengan teh ini juga. Apa ya kira-kira yang enak? Pisang goreng enak juga kali ya?
Menurut kalian, apakah dengan Dilmah Real High Tea Challenge 2015 ini bisa menggebrak paradigma minum teh di Indonesia? Atau menjadikan minum teh sebagai bagian dari gaya hidup?
Baru tau kalo si Dilmah ini dari Srilanka, 🙂 Ternyata banyak sekali jenis teh ini. Saya suka minum teh, tapi pakenya air mendidih.
Iya mas. Saya pun baru tahu. Cara seduhnya juga gak boleh disamakan.
Teh ku sekarang juga dilmah meskipun harga nya agak2 hahahaha
Hahaha. Emang agak2 yak.
Paradigma minum teh dengan dinikmati sungguh ya Ryan. Tetangga kita RT Tirai Bambu dan Sakura juga mempergunakan keagungan upacara minum teh sebagai sajian pariwisata.
Salam
Iya Mbak. Dan Indonesia sendiri juga penghasil teh (one of the best di dunia malah) kan. Mudah2an bs menjual lebih mbak.
ahh kalau gw di Jkt pasti ikutan deh, gw team tea sih bukan team coffee :))
Kl saya malah tim kopi mbak. Tapi ikut acara ini jd lbh tahu soal teh.
ngeteh bareng lagi kapan kita ni Mas Ryan?
seru ya challenge ini… smg tahun depan ada lagi ya heheheh
Amin.
Kapan ya mas. Ke TLounge kah?
Oalah krn baca ini aku br tau kalo Dilmah (yg udah lamaaaa bangeet ngetop) itu dari Srilanka to..jd ngeh krn ads bbrp temrn Srilanka,kyknya emang teh tu slh satu bagian hidup mereka yg paling utama..kalo kasih oleh2/suvenir pasti teh…selalu teh.
Iya Vit. Dari sana. Rasanya mang beda ya. ?
Asiknya dpt teh.
Wah baru tau nih mas, kayaknya nikmat deh 🙂
Iya mas. Nikmat. ini lagi mau post lanjutannya nih.
Wah kapan-kapan mau coba dah mas
Boleh banget tuh mas dicoba. Varian teh Dilmah sendiri itu banyak banget mas.
Yah, asikk kayaknya
eeemmmm, orang2 masih heboh dg kopi sih.
tp bukan berarti teh ditinggalkan. banyak jg penggemar teh di tanah air.
bisa menggebrak atau tidak, saya pikir ini tergantung promosi hehee
Iya. Yang ramai memang kopi dengan segala coffee shopnya itu ya.
Gw suka teh sangatttt.. Tiap hari pasti ngeteh.. Apalagi dilmah tea, fav!
wahhh dirimu penggemar teh dilmah ternyata Ye? Ada pakai untuk makanan gak?
gw wa yakkk
aaaahh asik banget sih MAs Ryan!! Aku bukan penikmat teh tapi dilmah ini memang woke sekali.
Iya Nad. Memang beda rasanya ya.
Eh asik apanya nih Nad?
Asik ngeteh-ngeteh gituuu :3
Iya sih. Asik Nad. Br kali ini saya ikutan jg.