Setelah sekian lama, sekarang ada lanjutannya. AADC#2. Eh tapi ini bukan lanjutan Ada Apa Dengan Cinta ya – yang memang dah dikonfirmasi oleh Mira Lesmana akan dibikin AADC#2. Ini adalah Ada Apa Dengan Cibubur part 2. Kalau post AADC sebelumnya bahas hal-hal umum, kali ini mau bahas khusus ah. Tentang moda transportasi umum ke dan dari Cibubur. Mungkin Mak Etty mau ikut menambahkan??? ?
Jalan Alternatif Cibubur
Moda transportasi umum alias angkot dan bus yang saya mau bahas di sini hanya yang lewat Jalan Alternatif Cibubur aja ya. Seperti kata pepatah:
Banyak jalan menuju Roma
Sebenarnya banyak jalan alternatif juga buat ke Cibubur seperti melalui Jati Asih. Atau kalau mau sekalian muter-muter bisa lewat Depok (Cimanggis) atau Bogor (lewat Cileungsi). Hehehe. Jalan Alternatif Cibubur ini memang jalan utama di Cibubur (yang terbagi ke dalam 4 wilayah – baca deh tulisannya Mamah Etty tentang serba serbi Cibubur). Dan jalan utama ini gak ada matinya. Dari pagi sampe pagi lagi, rameee mulu. Kadang macet kadang gak sih.
Pengalaman Pertama Naik Angkot 56 ke Cibubur
Saya pindah ke daerah Cibubur ini tahun 2009 an, setelah sebelumnya mendekam di daerah Matraman sejak lahir. Tapi pas pindahan, saya masih kerja di Cirebon, jadi gak tahu gimana proses pindahannya.Yang paling saya ingat adalah pas pulang dari Cirebon. Saya bingung abiesss. Biasanya kan turun di Stasiun Jatinegara tinggal ngompreng sekali doang sampai deh di rumah. Ini harus ke Cibubur. Jadi cari infolah ke kakak. Naik apa enaknya dan turun di mana. Kalau dari Stasiun Jatinegara, harus ke UKI. Kalau di Gambir harus ke Tanah Abang. Gitu.
Nah akhirnya mencoba naik angkot dari UKI ke Cibubur. Angkotnya ini nomor 56, jurusan Cileungsi – UKI. Dia ini adalah angkot sedang – mobil elf yang biasa buat travel gitu. Tapi udah dimodifikasi. Yang diingat dari angkot ini ada 5-2-2-9-3-3.
Itu bukan nomor telepon angkotnya ya, bukan juga nomor togel. Itu adalah jumlah penumpang di dalam angkot. 5 di kiri belakang, 2 kanan depan, 2 samping supir, 9 di kanan, 3 dan 3 di tengah (kursi tambahan). Dan satu lagi yang unik adalah bayar ongkosnya.
Soal ongkos, penumpang harus siap jadi kondektur. Pas pertama kali naik, saya bingung. Ya pikiran juga kalau gak ada kondektur bayar nanti pas turun. Eh ternyata gak. Ada penumpang yang colek-colek saya (awalnya mau marah tuh) minta ongkos. Rp 5rb kalau dulu sih.
Sekarang? Ongkosnya naik jadi Rp 8rb per orang. Tapi jumlah penumpangnya dikurangi. Jadi formasi penumpang 56 ini 4-2-2-8-2-2. Lebih lega. Kalau sebelumnya kan rasanya sumpek banget. Apalagi kalau yang naik yang seperti saya badannya. Gede-gede. Pernah banget duduk cuma nempel *maaf* pantat doang karena kanan kiri saya orangnya 2x lipat ukuran badan saya. ?
Eh banyak loh yang pura-pura tidur kalau angkotnya dah jalan dari UKI. Jadi beberapa kali saya perhatiin kayak gini: Ngetem – asik dengan handphone. Angkot 56 jalan, langsung simpen handphone. Angkot memasuki terowongan ke tol, langsung pada merem. Hahahaha. Selidik punya selidik, ternyata pada menghindari jadi kondektur dadakan. Emang sih ribet kalau jadi kondektur – pernah ngalamin dan nombok dong sayahhh.
Pengalaman Naik Bus Tanah Abang Cileungsi Dari Semanggi ke Cibubur
Lain lagi pengalaman pengalaman saya naik bus ke Cibubur pas awal-awal pindah ke Cibubur juga. Jadi ceritanya waktu itu saya lagi ada keperluan di daerah Thamrin Sudirman sanalah *lupa apa keperluannya*. Nah berhubung selesainya jam 5 an, saya kontak kakak perempuan saya yang kerja di Tanah Abang. Janjian sekalian karena saya juga belum tahu bus ke Cibubur yang mana.
Saya pun menunggu di daerah Semanggi – halte Atmajaya (buat yang kuliah di sana pasti tahu tempat yang saya maksud). Kakak saya bilang dia dah naik bus, jadi nanti dikabari kalau sudah lewat dekat Semanggi sana. Nomor busnya 70A – Bus Tanah Abang – Cileungsi yang pasti lewatin komplek rumah (depannya doang). Berhubung baru pertama kali, ya was-was dong. Setiap bus lewat saya liatin nomornya dan juga lirik hape.
Terus tiba-tiba kakak telepon, dia bilang dah di Karet Kolong. Deket dong artinya, ya udah saya standby diri ganteng. Gak lama lewat itu bus warna biru Mayasari Bhakti. Naiklah saya dengan segera mengingat nomornya ada 7 dan 0. Pas dah geser sana sini dan diri di tengah-tengah, saya denger kondektur teriak manggilin penumpang. “Cibinong Rambutan Cibinong Rambutan”. Bengong dong sayanya.
Tanya tetangga sebelah, ternyata itu bus nomornya 70 ke Cibinong. Segera turunlah saya, untungnya masih di depan Plaza Semanggi, sebelum tanjakan ke Komdak itu loh. Saya telepon kakak saya langsung – pas di bus sih memang sempet bilang dah di bus nih, lo duduk di mana? Dia bilang, ini busnya kena macet, baru sampe depan Sampoerna Building. Gak lama lewat deh tuh bus yang benar 70A – warna biru (sama kayak yang 70). Naik dan kakak saya dah duduk di deret belakang. O iya… sekarang bus 70A jurusan Tanah Abang – Cileungsi ini masih ada tapi warnanya hijau sekarang – mayasari bakti AC. Yang transform jadi APTB 10 – Tanah Abang Cileungsi adalah bus Blok M – Cileungsi.
Alternatif Angkutan ke Cibubur
Nah, sebenarnya sih saya mau nulis banyak lagi, tapi berhubung dah malam dan jaringan lemot banget ini di rumah, saya stop dulu aja ya, nanti sambung lagi. Untuk sementara saya tutup dulu dengan daftar angkutan dari dan ke Cibubur ya – ini buat yang ke Jakarta area dulu aja ya.
- Angkot 121 – Kampung Rambutan – Cileungsi (jangan salah naik ya kalau dari Rambutan jangan yang ada A-nya kalau mau ke Kota Wisata Cibubur)
- Angkot 56 – UKI – Cileungsi
- APTB 10 – Blok M – Cileungsi
- Bus 70A – Tanah Abang – Cileungsi
- Bus MYR (gak ada nomor hanya tulisan – warna hijau) – Kalideres – Cileungsi
- Bus Mayasari Bakti Nomor 42 – Tanjung Priuk – Cileungsi (bisa buat yang mau ke daerah Cempaka Mas
- Bus Senen – Cileungsi (dulu sih Kopaja gede, sekarang dah jadi bus)
Nah selain bus-bus dan angkutan umum di atas, ada juga bus dari masing-masing perumahan yang ada di Cibubur dan Cileungsi ini, seperti Feeder Busway The Harvest, Citra Indah, Kota Wisata, Cibubur Junction juga ada bus kok untuk ke Jakarta dan juga ada angkutan berupa kendaraan pribadi. O iya, bisa juga pakai Go Jek kok… bukan daerah terlarang dengan Go Jek. 😛