It takes a great man to give sound advice tactfully, but a greater to accept it graciously. ~ Logan Pearsall Smith
Advice… Who need advice? Apparently all of us need it. Whether you notice it or not. We are all need it. Yup. Kita semua membutuhkan nasihat dalam suatu waktu. Ada saat -saat di mana kita sedang sedih dan setidaknya membutuhkan masukan dari seseorang yang menurut kita bisa kita andalkan.
Namun… terkadang, walaupun kita memintanya, dan sudah diberikan oleh mereka, kita sering ‘kekeuh’ dalam pendirian kita dan akhirnya menyepelekan nasihat itu sendiri. Padahal kita sendiri yang meminta loh… Apalagi kalau yang tanpa diminta, diberikan nasihat/masukan.
Apalagi jika masukan itu mengenai diri kita. “Kritikan” terhadap diri kita.
Egoisme kita sebagai makhluk hidup, itulah yang membuat kita enggan nrimo jika diberikan masukan. Walaupun sebenarnya kritikan itu baik untuk kita. Tapi sel-sel dalam tubuh kita, yang diketuai oleh otak kita, telah membangun benteng terlebih dahulu untuk itu semua. Seakan semua ‘peluru’ yang ditembakkan ke kita itu dimentalkan begitu saja.
Defensif…. itulah kata yang tepat menggambarkan diri kita jika diberikan masukan/nasihat. Padahal, kalau saja kita mau membuka satu firewall yang kita bangun saat menerima masukan dari orang di sekitar kita, kita mungkin akan dapat melihat bahwa yang mereka katakan ada benarnya dan untuk kebaikan kita.
Orang di sekitar kita itu bukanlah orang yang sembarangan. Mereka ada di sisi kita karena mereka memang menyayangi kita. Dan mereka tahan bersama kita karena mereka percaya pada kita. Sebaliknya, kita pun demikian. Jadi masukan dari mereka sudah barang tentu adalah suatu hal yang baik. Mereka melihat sesuatu yang tidak kita lihat, sama halnya kita tak dapat mencium bau badan kita sendiri, tapi mereka dapat.
Itulah sebabnya, hendaknya kita membuka sedikit lapisan dari dinding pertahanan kita itu dan coba dengarlah nasihat itu dan menelaahnya. Bukan berarti semua masukan harus kita terima dan jalani begitu saja. Kita terima, dengar dan telaah. Mana yang baik untuk kita. Mana yang tidak.
Dalam memilahnya ini pun, kita harus melepaskan baju egoisme kita. Cobalah untuk memilah dengan sudut pandang baru. Sudut pandang yang mungkin selama ini kita lupakan. Dan saat memutuskan menerima masukan itu, ingat satu hal yang harus kita pegang, yakni Be Yourself.
Karena yang benar-benar menjalani hidup kita ya kita sendiri. Yang harus mempertanggungjawabkannya ya kita sendiri. Dan untuk itulah, ditambah lagi karena waktu kita memang terbatas, nikmatilah hidup ini dengan menjadi diri kita sendiri. Just enjoy it. And be the best that you can.