Febriyan Writing about life and anything that happen in life is one of my to do things. That's the reason blog Blog Review, Tips & Inspirasi by Febriyan Lukito born. Now I also admins for: Tempat Nongkrong Seru Pikiran Random Tulisan Blogger Indonesia

All You Can Eat – Bukan Acara Makan

2 min read

review buku all you can eat karya christian simamora

No… no. Saya gak lagi ngomongin soal restoran yang bisa makan sepuasnya. Ini adalah judul novel yang saya baca. Berikut semacam review buku All You Can Eat ala saya ya.

Buku ini menarik perhatian saya melalui covernya dengan background hitam. Saya memang penggemar hitam – dalam benak saya awalnya adalah sepertinya ini buku detektif. Eh, ternyata salah. Buku ini tak lain dan tak bukan adalah buku cerita cinta.

review buku all you can eat
All You Can Eat

Sinopsis Singkat Buku All You Can Eat karya Christian Simamora

Dear pembaca,

Berbeda dengan penulis lain di luar sana, aku akan berterus terang mengenai akhir novel ini: bahagia. Tapi, kumohon, jangan desak aku untuk menceritakan awal ceritanya. Juga tentang siapa Sarah, siapa Jandro, dan apa yang menghubungkan mereka berdua.

Aku juga tak akan melebih-lebihkan penjelasanku mengenai novel kesepuluhku ini. ‘All You Can Eat’ memang bukan cerita yang orisinal. Jadi, jangan terkejut saat mendapati ceritanya mengingatkanmu pada curhatan seorang teman atau malah pengalaman hidupmu sendiri. Ini tentang seseorang yang istimewa di hati. Yang tak bisa kamu lupakan, juga tak bisa kamu miliki.

Jadi, apa keputusanmu?

Kalau setelah penjelasan tadi kamu masih ingin membaca novel ini, tak ada yang lagi bisa aku katakan kecuali: selamat menikmati.

Dan selamat jatuh cinta.

Christian Simamora

 (ini salah satu keunikan buku ini, resensinya tuh seperti yang di atas).

Review Buku All You Can Eat by Christian Simamora: Cinta 2 Minggu di Bali

Novel ini mengetengahkan Sarah sebagai tokoh utama. Seorang penulis naskah film yang sedang dikejar deadline naskah Aku Perawan 3. Dan seorang pria bernama panggilan Jandro – nama lengkapnya Alejandro Putra Vimana.

Menariknya di mana? Sarah ini sudah kepala 31. Sedangkan Jandro ini masih 24. Dan Jandro ini adalah adik dari sahabat baiknya Sarah, Anye. Dan mereka dipertemukan kembali, setelah sekian lama tak bersua di sebuah villa keluarga Vimana di Ubud, Bali.

Ok. Sebelum lebih lanjut. Kita mundur dikit ya.

Jadi, dulu itu Jandro pernah nembak Sarah dan ditolak. Acara penembakan ini terjadi saat Jandro masih kelas 3 SMP. Tampang Jandro saat itu yang nerdy-nerdy bukanlah tipe yang disuka oleh Sarah.

Sarah menyukai tipe yang terlihat jelas saat membaca bab-bab awal, saat menggambarkan pacarnya saat itu Rifat. Yaitu yang intinya mah, cowok seksi yang badannya model-model Rain yang sixpack, ada tattoo or bulu-bulu halus.

Kira-kira kayak gitu kali ya penulis ingin menggambarkannya.

Nah… setelah sekian lama gak ketemu itu, mereka bertemu di villa itu tak sengaja. Dan awal pertemuannya juga agak-agak bikin ngakak, yaitu Sarah melihat Jandro naked dari belakang.

Usut punya usut, Jandro ke villa karena bete masalah pacar. Dia itu merupakan orang ketiga dalam hubungan pacarnya, yang saya rasa gak perlu dibahas.

Sedangkan Sarah ke villa karena juga putus dari Rifat (spoiler bukan ya?) dan harus menyelesaikan naskah dalam waktu dua minggu.

Jadi novel ini sebenarnya berkisah tentang bagaimana keduanya menjalankan dua minggu bersama di Ubud itu. Bagaimana juga dengan perkembangan hubungan mereka, akankah Jandro jatuh cinta lagi? Sarah sendiri gimana? Bisa mencintai yang lebih muda? Baca sendiri ya.

Review buku All You Can Eat by Christian Simamora

Kekurangan dalam Buku All You Can Eat ini…

Satu yang seharusnya jadi nilai tambah tapi malah kurang dieksplore menurut saya adalah setting Ubudnya. Saat awal membaca mereka akan ke Ubud, saya membayangkan suasana di sana. Tapi agak-agak susah karena saya sendiri belum pernah stay di Ubud, just passing through. Jadi agak susah juga membayangkan keadaan villa itu.

Ini sih pendapat saya pribadi ya… karena saya sendiri penggemar Bali. Jadi inginnya mendapatkan gambaran lebih tentang Bali ini sih sebenernya ngarep.com

Yang Menarik:

Dan yang menarik dari buku ini adalah, kita bisa merasakan betapa penulis itu movie freak banget. Kutipan demi kutipan dari berbagai film dan berbagai serial ditampilkan di setiap bab baru. Dan pas menurut saya dengan tema bab bersangkutan.

O iya… seperti biasa, kutipan-kutipan menarik akan saya tampilkan dalam bentuk foto yang saya capture di akhir review ya. Kali ini saya juga ingin menyertakan review yang dilakukan oleh salah satu blogger yang saya ikuti, yaitu Luckty, sang pustakawan yang bisa mengeluarkan review 1 buku setiap harinya (masih bengong melihat dia membaca dan review).

Nilai Akhir dan Pesan untuk Pembaca

Secara keseluruhan saya memberikan nilai novel ini 3,17 dari 5 bintang.

O iya… sama seperti yang dituliskan di Luckty, novel ini agak-agak vulgar. Jadi mohon diingat umur masing-masing pas membeli dan membacanya. 

Review Buku All You Can Eat karya Christian Simamora
  • Alur/Plot
  • Karakter
  • Visualisasi Lokasi
3.2
Febriyan Writing about life and anything that happen in life is one of my to do things. That's the reason blog Blog Review, Tips & Inspirasi by Febriyan Lukito born. Now I also admins for: Tempat Nongkrong Seru Pikiran Random Tulisan Blogger Indonesia

65 Replies to “All You Can Eat – Bukan Acara Makan”

  1. Brondong love ceritanya ini… hehehe 🙂

    Dari ulasannya di atas seperti film FTV gitu kayaknya… klo gayanya gitu sangat terlihat sekali kalau penulos adalah movie cholick jg 🙂

    By the way, resensinya bagus….. 🙂

    1. Thank you ya dah baca reviewnya.
      Iya. Model2 cerita ftv. Dalam buku juga, Sarah penulis script ftv ceritanya, selain penulis script film layar lebar.

  2. baca judulnya kirain lagi bahas resto suka suki yang emang konsepnya all you can eat.. 😀
    udah baca sih, mo bilang agak vulgar eh udah di paragraf terakhir.. dan iya ide ceritanya ga orisinil deh.. bahasa CS itu enak..
    baca ini jadi inget dulu ditaksir adik temen.. beda 10 taon boh..

      1. mnrtku sih enggak, khan nggak hrs ngeklik dan ngeklik lagi ya buat lihat komen yg lain ? krn kadang asyik juga baca komen org lain, byk dpt ide, trs juga buat menghindari jika ada komen yg sama, krn tak tahu di depannya sdh dilontarkan pembaca lainnya, tapi ya ini blogmu ya bro jd suka suka kamu, kl blogku sih tak lepas, biar yg lain bisa baca semua komen yg tlah ada, terus kl komennya dilepas, yg lain bisa saling berbalas komentar, atau mengomentari komen lain, jd hidup khan postingannya ? coba kl disekak sekak begini apa bisa saling berbalas komentar ? 😛

      2. bro sdh kubilang suka suka kamu lho ya, soalnya ini blogmu bukan blogku hihihi 🙂

        sama sama, kalau dilepas begini rasanya komentarnya nggak dipenjara, bebas merdeka, yg lain boleh saling mengomentari komentar yg lainnya juga, jadi rame dan hidup postingannya khan ? 😛

      3. setuju ama mbak ely, yisha jga suka baca komen, makanya yisha ngga meringkas komen…….
        eh ya ry, buku apa yang ry kasih 5 bintang?

    1. Hahaha. Gak juga mas. Kebetulan lagi pegang buku terus jadi bisa deh. Tapi kalau dah males baca bisa lama juga.

      Btw masih utang judul ya aku.b

  3. agak2 spoiler sih mas *ups* hihihihi. Saya baru baca Pillow talk aja, tapi resensi di novel ini keren ya, pernyataan jujur dr penulis, dan malah bikin kepengen baca 🙂

    1. gak terlalu vulgar mas.
      saya pernah baca yang lebih vulgar seperti rentetan Harlequin. Tapi ini tidak diperuntukkan mereka yang di bawa 17 tahun.

  4. Christian Simamora cukup sukses di Pillow Talk-nya juga mas. Kalau yang buku ini belum berkesempatan baca. 😀

    Gayanya Christian memang cukup beda. :p

      1. Ceritanya masih berkutat di permasalah cinta.

        Terkadang terasa seperti metropop, yang bicara mengenai sosok-sosok perempuan metropolis dan bagaimana masing-masing ‘hubungan cinta’ itu memengaruhi kehidupan setiap tokohnya. 😀

      2. Kalau dilihat dari perjalanannya. Chicklit mulai duluan mas. Baru setelah itu tema tema metropop bermunculan.

        Dengan karya sastra yang masih sangat androcenhtis, a male-oriented work, tulisan-tulisannya masih didominasi karya laki-laki.

        IMHO ya mas, tapi setelah belakangan pergerakan dan perkembangan karya sastra semakin besar. Perempuan-perempuan jadi mulai menulis dan ‘membahas’ kehidupan mereka dengan bahasa mereka sendiri hingga mulai lahir karya karya yang gynocentris (focus on women). Kalau di kesusastraan amerika kontemporer yang saya perhatikan seperti itu.

        Perbedaan dari masing2 genre itu tipis. Hihi. Cuma kalau di american literature yang saya tahu, semua itu diklasifikasikan di popular literature. 😀

      3. nice info mas. thank you.
        memang kalau saya perhatikan, sekarang ini penulis wanita banyak sekali. Bertebaran banyak buku di Gramedia penulis-penulis wanita. Ditambah lagi dengan adanya indie publishing ya.

      4. Indie publishing ini bagus untuk meng-encourage penulis penulis kita agar berani. Tapi, memang harus ada kesadaran dari setiap penulisnya agar karya yang dipublikasikan juga terjaga kualitasnya.

    1. novel duet yang mana tuh?

      sepertinya memang dia mengambil genre lebih ke sana tapi gak sevulgar Freddy S *oops ketahuan*

  5. rajin bgt ngresensi buku yak.. hiks..
    buku yg menunggu aku resensi buanyak banget.. bacanya udah lama, tp belum juga diresensi *menatap nanar rak buku di kamar*

    1. ini kebetulan mba, pas minggu kemarin buku yang dibacanya banyak. minggu ini aja belum sentuh buku lagi. 😀

      sama dong masih banyak yang belum disentuh juga. tapi nambah mulu tiap bulan (guilty buat beli buku mulu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *