Ada yang mengikuti blog-nya Mas Dani gak? Dia lagi giat nulis tiap hari tuh. Idenya dari yang lain. Nah di tulisan ke-11 di bulan Desember 2014 ini, dia menulis tentang Perdagangan Bebas sesuai permintaan dari Nita – sang dokter cantik. Penasaran? Klik aja ya di masing-masing. Nah terus apa hubungannya dengan postingan ini?
Jadi pas membaca soal perdagangan bebas ini, terutama yang sangat dekat adalah AFTA – Asean Free Trade Area (selengkapnya bisa baca di postingannya Dani ya… tuh Dan, gw promo berapa kali ini), salah satu yang terpikir adalah kemudahan kita sebagai komoditas untuk bertransaksi antar negara ASEAN. Kita? Komoditas? Memangnya kita barang ya?
Bagi saya, maafkeun kalau menyinggung perasaan, kita ini memang adalah komoditas. Kita ini penjual. Barang yang dijual ya diri kita sendiri. Skill kita sebagai seorang profesional. Nah… di perdagangan bebas nanti, apakah kita sudah siap untuk bersaing dengan barang-barang pesaing (baca: tenaga kerja asing)? Are you ready? ARE YOU READY TO RUMBLE????
Ok… memang sepertinya menakutkan ya kalau membayangkan kita bersaing dengan orang-orang asing. Seperti orang Singapura yang akan dengan mudah melamar pekerjaan di Indonesia, mengambil jatah lapangan kerja yang sekarang terasa sedikit. Well, tergantung sih kita melihatnya dari mana. Sekarang coba bayangkan dari sisi sebaliknya. Kita, sebagai orang Indonesia pun akan diperbolehkan untuk melamar kerja di Singapura dengan lebih mudah (bagi mereka yang memang sudah siap).
Nah… apa aja sih yang perlu kita siapkan (sebagai calon pekerja internasional) dalam perdagangan bebas itu?
Ini sekali lagi adalah opini pribadi, sebenarnya ini juga pengingat buat saya sendiri sih, jadi feel free to add:
1. Language
Okay. Menurut saya yang paling penting dalam era AFTA nanti ya bahasa internasional. Saat ini bahasa yang diakui salah satunya (yang lebih umum) adalah Bahasa Inggris. Jadi kenapa gak mempersiapkan diri untuk hal ini? Takut salah? No pain no gain – no malu no bisa. hehehehe. Berbahasa itu adalah masalah praktek. bukan masalah kepintaran menghafalkan grammar, bentuk kata kerja. Semakin jarang kita praktikan, semakin sulit kita untuk bisa. Just try to practicing it. Well, if you have a good friends, they will support you and give you the correct one if you do some mistakes in it.
Mulailah mencari wadah bagi kita memulas kemampuan berbahasa inggris kita. Ikut les. Ajaklah beberapa kawan untuk berdiskusi secara rutin dalam bahasa inggris. Mungkin seperti yang disebutkan oleh Mas Dani dalam komen salah satu postingannya… membuat English Club. Menulis dalam bahasa inggris juga tak salah kan, hitung-hitung belajar grammar juga.
2. Skill
Selama ini Indonesia memang terkenal sebagai pengekspor tenaga kerja dengan sebutan TKI dan TKW. Tapi kalau dulu mereka yang ke luar negeri itu adalah tenaga yang kurang punya skill (Indonesianya apa ya… ), kini menjelang AFTA, ada baiknya kita mempersiapkan diri kita dengan meningkatkan skill kita. Tapi tentunya agar apa yang kita punya itu tepat sasaran, kita harus terlebih dahulu memahami diri kita sendiri. Siapa diri kita dan apa yang mau kita jual dari diri kita. Nah setelah mengetahui siapa diri kita dan apa yang kita jual, galilah kesempatan meningkatkan skill kita.
Misalnya… kita ingin menjual diri sebagai Financial Planner. Pastikan diri kita ini memang mampu dan memiliki apa yang dibutuhkan sebagai seorang Financial Planner handal. Cobalah cari training-training terkait financial planner, galilah lebih banyak ilmu dengan membaca buku mengenai financial planner. Eh, jangan lupa… dunia terkait di sekitar financial planner juga perlu loh. Misalnya aturan jasa keuangan. Setiap negara tentu memiliki aturan tersendiri. Ini perlu juga kita ketahui.
Nah… karena kita ingin menjual diri kita ke negeri yang baru, yang notabene tidak mengenal siapa kita, maka kita perlu satu hal yang dianggap penting. Yaitu sertifikasi. Beberapa kali atasan saya saat ini, yang berkewarganegaraan Malaysia, mengingatkan saya untuk mengambil ujian sertifikasi yang diakui di dunia (ini penting… jangan hanya ikut sertifikasi yang diakui lokal… karena belum tentu mereka yang di luar negeri itu mengenalinya). Dalam hal pekerjaan saya, saya dianjurkan untuk mengikuti program ACCA – terkait akuntansi. Setidaknya ACCA ini diakui oleh negara-negara Eropa, Malaysia, Australia.
Hal-hal seperti itulah yang perlu kita kembangkan. Kita sebagai penjual, jangan mau menjual barang mentah dan kemudian membeli barang jadi dari sana. Harga jual kita pasti rendah dan harga beli kita nantinya terlalu tinggi. Jadi… naikkan harga dari diri kita hingga dapat bersaing sebagai barang jadi yang memang diakui.
3. Interpersonal Skill
Jika tadi saya membahas mengenai skill terkait bidang pekerjaan kita sendiri, point ketiga ini juga masih berbicara mengenai skill tapi lebih bersifat skill internal kita sebagai pribadi. Bagaimana kita menjalin komunikasi dan membina hubungan dengan rekan kerja itu juga penting loh. Apalagi kalau kita ingin merambah suatu negeri baru bagi kita. Bagaimana kita bisa bertahan hidup di sana kalau kita tidak pintar dalam membawa diri kita dan menjalin hubungan baik dengan orang-orang di sekitar kita nantinya.
Menjalin hubungan dengan orang sekitar kita bukanlah hal mudah. Semua diawali dengan bahasa yang kita gunakan terlebih dahulu. Karena itulah saya menempatkan Bahasa di point nomor 1. Jangan hanya beranggapan mengenai bahasa ucapan saja ya. Itu bisa dipelajari oleh semua dengan lebih cepat ketimbang mempelajari bahasa budaya sekitar. Beda negeri, beda budaya. Inilah yang harus kita perhatikan dan pelajari juga. Jangan sampai kita melakukan hal yang lazim di negeri kita ini, namun ternyata tidak lazim dan bahkan dianggap penghinaan di sana.
Bagaimana cara meningkatkan interpersonal skill kita? Saat ini salah satu cara yang bisa kita lakukan ya dengan mengikuti kelas-kelas kepribadian menarik (yang pastinya gak murah). Namun selain itu bisa juga kita lakukan sedikit survey… Sekarang ini, sebelum AFTA benar-benar jadi nyata, dunia sebenarnya sudah menyempit kan? Yaitu… apapun yang kita inginkan dapat diketahui dengan membuka mbah… yup… browsinglah tentang negara yang kita tuju, budayanya dan mungkin kalau memungkinkan cobalah untuk mencari teman dunia maya di sana. Gak rugi kan?
Okay… kira-kira sih itu yang saya bisa tuliskan di sini saat ini. Kalau ada inputan dari teman… monggo ya dituliskan…
50 Comments
Aaaaww. So like it Mas. The way you promote my blog. Super thanks! Beneran yak nanti dijadiin english clubnya! Kita nanti rembugan aja. Ada whatsapp kan ya? Ada wanya nita juga gak mas? Bikin grup yuk?
Mas.. Aku perlu dpt hadiah khusus niiih.. Udah 2 blog yang featured post-nya Mas Dani di blognya.. Hahaha.. 😀
Via line dulu aja: jnynita
sudah add.
dah ada dua? Tuh Dan… kasih hadiah khusus dong. hahaha. satu lagi di mana Dan?
Di postnya Mbak Etty Bibi Teliti.. 🙂
linknya dong Nit. 😀
http://erryandriyati.blogdetik.com/2014/12/15/lets-have-a-dream/ pas banget, pas lagi nyari link-nya pas ada notif twitternya.. 🙂
sudah baca…
Bagus Nit tulisannya. jadi mikir kembali soal pendidikan
Hahahaha. Line ya. Okeydokey ntar gw bikin grupnya
Ayoo. Ikutt saya mah pasti.
Gak punya wa nya Nita.
Aaaaww. So like it Mas. The way you promote my blog. Super thanks! Beneran yak nanti dijadiin english clubnya! Kita nanti rembugan aja. Ada whatsapp kan ya? Ada wanya nita juga gak mas? Bikin grup yuk?
AFTA?? Uuuw takut… English?? Iihh, ngeri. Bahasa Inggris saya nggak karuan. 😀
Btw, keren artikelnya. Membuka wawasan. *kasih 5 jempol
Thank you ya.
Jangan takutlah. Mau join kalau English Club dengan Dani jadi jalan?
Boleh. Ntar tolong kabarin ya kalo jadi. Makasih. 🙂
seep. nanti dikabari ya.
btw Grant… FB-mu dengan nama depan Grant bukan?
Iya, nama FB saya Grant Gloria Kesuma.
selama ini saya kira kamu itu pria loh… maafkeun. hehehe
Hahaha. Banyak yg mengira begitu. Bahkan setelah pasang foto close up yg nyata2 foto cewek pun masih dipanggil ‘mas’ atau ‘pak’. :))
hahaha. untunglah bukan saya sendiri yang mengira begitu.
nama Grant identik dengan pria sih ya.
Btw… tunggu postingan khusus English Club ya…
Yup. Begitulah. 😀
Oke sip saya tunggu postingannya.
mau juga nih gabung di english clubnya. kpn diluncurkan, bro?
Harus colek Mas Dani nih mas. hehehe.
Di bidang pekerjaan saya, IT. Kita tidak kalah dengan orang asing. Yang banyak menjadi masalah saya rasa adalah bahasa dan kemalasan kita. Bahkan orang indonesia sendiri kurang menguasai bahasa indonesia sendiri. Kalah dengan bahasa prokem/slang. Padahal banyak hal gratis tempat kita belajar.
Di bidang IT lapangan pekerjaan banyak krn lulusan IT di Indonesia banyak yang banting setir.. Sayang yaaa… Hal ini sempet dibahas di salah satu post di blog http://rahard.wordpress.com
Ya, benar
ke TKP ah
Tapi post-nya udah entah kapan.. Haha..
Iya. Bahasa Indonesia EYD semakin menghilang dengan banyaknya penggunaan bahasa prokem itu. Saya sendiri juga bukanlah yang ber-EYD sih.
Mengenai orang kita tidak kalah… sangat setuju. Yang ada hanyalah kita itu minder. Gak PD.
bahasa inggris saya pasif nih 😀
kita aktifkan mas.
Ryan, aku buka linknya koq gak bisa ya?
link yang mana yang gak bisa? saya coba bisa semuanya Noni…
kayaknya yang bermasal reader aku nih, soalnya mau baca full (wp reader) gak bisa yang punya aku hiks
wahh….
kalau coba langsung ini gimana?
http://febriyan-lukito.com/2014/12/19/are-you-ready/
Coba bentar saya lihat dulu ya…
Aaak… Senang sama post ini… Klo post-nya Mas Dani lbh ke sisi awareness-nya, post ini di sisi ‘things to do’ utk menghadapi AFTA-nya.. 😀
Sangat jelasss.. Thank you yaaa.. 🙂
Sama-sama Nit.
Tapi yang perlu diacungi jempolnya tuh kamu. Pemberi idenya…
🙂
Siap gak siap .. ya kudu harus disiapkan, bila tidak ingin tersisih dalam kompetisi peradaban 🙂
Betul mas. Harus siap.
Indeed..betul sekali. Kitanya dah siap belum?.btw.aku pernah nulis tentang semakin banyaknya guru2 expatnyg berdatangan ke negri kita ini…more or less ya sama lah…aku ol pke hp..ga bisa cari linknya. Ada di kategori teacherteaching sih kalo mau baca.
Nanti saya coba cari ya mba.
Memang belakangan bukan hanya guru. Tapi di perusahaan2 juga mulai banyak expat mba.
Hai Ryan, salam kenal yah 🙂
Semakin kesini persaingan semakin ketat yah, dan kita harus bener2 mempersiapkan diri buat menghadapi persaingan yang super kompetitif ini..
Kan kuingat baik2 3 point mu ini yah Ryan, buat bekelin anak2ku nanti hehe…
Hi mba. Salam kenal juga.
Iya mba. Kita memang harus siap menghadapinya. Makasih loh mba dah membacanya
Hai Ryan,…
Aku gak bisa komen di blogmu ini pake alamat blog ku lho, soalnya gak punya akun di wordpres,
jadilah harus pake akun fb atau twitter…huhuhu…
Kalo saranku sih, mungkin sebaiknya settingan nya dibikin general aja Ryan, supaya blogmu tambah banyak yang komen hehehe…
Masa sih? Wah nanti coba saya cek. Gak ada yang saya lock kok.
Di Surabaya ada Rumah Bahasa, yang digagas oleh Ibu Risma [as our mayor] yang bertujuan untuk menyiapkan masyarakat Surabaya menghadapi AFTA, di sini tidak hanya ada kelas untuk Bahasa Inggris saja, tapi ada Jerman, Rusia, Perancis, Mandarin, Jepang, Korea daaaaan banyak lagi. Over all semuanya gratis uiii… kapan kapan asmie mau review di blog asmie.
Wah keren itu. ayo ditunggu review-annya.
soon ya…
[…] BW [yang mana asmie sudah lama tidak lakukan], di sini [Mas Ryan punya blog 😉 ] , asmie ada komen janji untuk review di blog asmie. Jadi begini […]
[…] 31 hari menulisnya. Dia diminta oleh Nita untuk menuliskan soal AFTA ini. Lalu kemudian saya ikut nulis juga soal AFTA ini. Terus eh mulai semakin deh kita bertiga bahas soal English Club, yang pertama kali sebenarnya […]