Artikel – Regret
Adakah yang pernah mengalami penyesalan dalam hidup? Atau sebaliknya – belum pernah merasakan penyesalan dalam hidup? Masih ingatkah rasanya penyesalan itu? Ataukah ingin merasakannya? Hehehe…
Sesal…
Definisi yang saya temukan dari artikata.com:
‘perasaan tidak senang (susah, kecewa, dsb) krn telah berbuat kurang baik (dosa, kesalahan, dsb)’
Sesal hadir karena telah melakukan sesuatu yang kurang baik – dosa ataupun kesalahan. Apakah kita sebagai manusia wajar dalam merasakan hal itu? WAJAR… itu salah satu rasa yang manusiawi. Sesal itu ada untuk mengingatkan kita bahwa kita masih perlu interospeksi diri.
Sesal itu menurut saya dapat berasal dari hati yang merasa tidak ‘sreg’ dalam mengambil suatu tindakan. Misalnya, saya sudah mengambil keputusan A, namun setelah menjalaninya, saya merasakan: ‘kok kayaknya B lebih menarik. Coba dulu saya pilih B.’ dan saya rasa hampir semua juga merasakan hal yang sama seperti saya.
Dalam hidup kita selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihan, yang terkadang merupakan pilhan terpenting dalam hidup kita seperti karier, keluarga, pendidikan, dll. Nah… saat kita dihadapkan pilihan itu sendiri, kondisi sekitar terkadang memaksa kita untuk mengambil keputusan dengan lebih cepat daripada seharusnya.
Namun hal itu bukan berarti, sesal yang timbul kemudian adalah kesalahan sekitar kita… sekitar akan selalu mempengaruhi – dalam hal ini termasuk untuk kecepatan memutuskan pilihan mana yang diambil. Namun kembali lagi semua adalah ke masing-masing pribadi.
Pribadi kitalah yang memutuskan.
Seringkali orang menyalahkan sekitar karena keegoisan. Setiap pribadi memiliki ego yang sering tidak ingin bertanggung jawab atas tindakan. Sebisa mungkin melempar apa yang salah ke orang lain (tapi beda kalau halnya adalah kesuksesan… sebisa mungkin menjadi haknya – egois kan?).
Tak salah sih kalau ego bermain, namun pendewasaan diri kita selalu berjalan dan berkembang dan dalam hal ini, kemampuan menerima kesalahan yang kita perbuat dan bertanggung jawab merupakan salah satunya.
Sesal itu hadir bukanlah untuk dihindari. Namun untuk dipelajari. Kenapa sesal itu dapat hadir dalam pikiran kita saat itu. Dan salah satu penawar terbaik adalah dengan ‘apakah sesal ini akan bermanfaat dalam hidup kita berikutnya?’
Contoh. Saya memutuskan untuk pindah kerja ke sebuah perusahaan. Dengan berbagai pertimbangan tentunya, termasuk masukan-masukan dari atasan, keluarga, teman, dan lainnya. Setelah menjalani, rasa sesal hadir karena tidak sesuai dengan harapan. Wajar? Wajar. Namun apakah saya akan dapat terus menerus menyesali pilihan saya dan semua akan beres? Tidak….
Sesal akan hilang saat kita menghadapi sesal itu sendiri dengan baik. Dan bukan dengan melempar sesal itu ke orang lain dengan mengatakan: ‘coba dulu gw gak ikutin nasihat lo… gak akan begini nih.’
Ingat…
Pilihan itu selalu ada dalam kuasa kita. Bukan kuasa orang lain. Jadi kitalah yang bertanggung jawab.
Bagaimana mengatasi sesal?
Seperti yang saya sebut di atas: ‘apakah ada manfaatnya jika saya terus menerus hidup dalam sesal?’
Life goes on… regrets come into our life to show us… what to be done in the future… to give us more experience in life. To make us BETTER.
Ryan
290612 1554
8 Comments
teringat lagunya SAGA: no regrets..
“As far as the eye could see
His yesterday held
So much promise
His today only misbelief
And now the task of reconstruction
Salvaging all they could see
Can you say there’s no regrets?”
wah… baru tahu lagu itu.
wow.. itu lagu keren.. jadul seh..
ntar deh coba cari. 😀
Is there something you regret lately?
hmmm… let me see…
nunggu 😛
ada deh mba. 😀