Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, PT Astra International Tbk, melalui program Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia) kembali digelar di tahun 2017 ini. Tahun lalu, saya berkesempatan mengikuti acara Astra dan berkenalan dengan penerima award ini. Tahun ini, rekan saya yang hadir dan melihat langsung inspirasi dari mereka (notes… tulisan ini agak panjang loh).
Di edisi ke-8 ini, ada 7 (tujuh) “Mutiara Bangsa” tingkat nasional dari total 82 penerima tingkat provinsi seluruh Indonesia. Siapa saja sih mereka? Dan bagaimana proses yang mereka lewati selama ini hingga berhasil hingga titik ini?
Tentang SATU Indonesia Awards 2017
Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia) Awards adalah program penghargaan dari Astra untuk para “mutiara bangsa” yang berprestasi dalam sunyi. Program SATU Indonesia Awards ini sendiri sejalan dengan salah satu filosofi Astra (Catur Dharma), yaitu Menjadi Milik yang Bermanfaat bagi Bangsa dan Negara.
Selain itu, disadari juga bahwa banyak di antara masyarakat Indonesia yang berprestasi dalam berbagai bidang, yaitu Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Kesehatan. Untuk tahun 2017, ditambahkan juga untuk kategori Teknologi dan Kelompok.
Presiden Direktur Astra International, Bapak Prijono Sugiarto dalam keterangan resmi, mengungkapkan bahwa :
Mereka memiliki kontribusi positif terhadap lingkungan sekitar tanpa memikirkan keuntungan pribadi yang akan diterimanya. Itu wujud kunci utama dimana memberi kebahagiaan bagi orang lain, maka secara tidak langsung kebahagiaan akan mereka miliki. Astra mengapresiasi tindakan mereka melalui ajang ini.
Para penerima SATU Indonesia Awards 2017 ini telah melalui serangkaian proses seperti penjaringan awal, seleksi persyaratan, peninjauan lokasi, analisis proses kerja serta dampak program bagi masyarakat sekitar.
Akhirnya Grup Astra memilih tujuh warga negara Indonesia di tingkat nasional dari 82 penerima tingkat provinsi dan diumumkan di acara penghargaan yang diadakan di Jakarta, Rabu (18/10).
Mereka menerima penghargaan karena telah menginisiasi program pemberdayaan masyarakat yang bekerja dalam tanpa pamrih.
Setiap penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 akan menerima dana pengembangan kegiatan Rp60 juta agar kegiatan mereka dapat terus berlanjut. Jumlah ini naik dibandingkan hadiah tahun lalu senilai Rp55 juta.
Proses Pencarian Pemenang
Bagaimana proses pencariannya? Dalam proses pencarian, Astra didukung Dewan Juri yang kompeten dan memiliki nilai-nilai sejalan dengan filosofi Astra. Mereka adalah Dosen Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Indonesia Prof. Emil Salim, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Guru Besar Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta Prof. Fasli Jalal, Pendiri Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan Tri Mumpuni dan Pakar Teknologi Informasi Onno Purbo.
Selama masa pencarian lima bulan, jumlah pendaftar program SATU Indonesia Awards 2017 yang ditutup pada tanggal 10 Agustus 2017 ini melonjak 38,15% menjadi 3.234 orang dibandingkan 2.341 pendaftar pada 2016. Detail dan juga peta demografis peserta tahun ini bisa dilihat sebagai berikut:
Sebagian besar peserta didaftarkan oleh orang lain untuk mengikuti kompetisi SATU Indonesia Awards 2017 ini karena mereka dianggap telah menginspirasi melalui program-program yang mereka lakukan selama ini. Banyak dari mereka bahkan tidak tahu hingga saat mereka dipanggil dalam proses seleksi.
Setelah proses yang panjang, total ada 82 anak muda dari 30 provinsi di seluruh Indonesia yang berhasil mendapatkan penghargaan dalam lima bidang kategori SATU Indonesia Awards. Untuk program ini, Emil Salim mengatakan bahwa yang dicari adalah mereka yang memiliki api semangat menyala – mencari tokoh yang menginspirasi.
Profil Singkat 7 Mutiara Bangsa – Pemenang SATU Indonesia Awards 2017
Dari 82 pemenang provinsi ini, terpilihlah 7 (tujuh) “mutiara bangsa’’ yang dinilai telah menyebarkan inspirasi bagi sekitarnya. Siapa saja mereka?
Masing-masing telah menginspirasi masyarakat sekitarnya melalui bidang mereka, yaitu:
Bidang Kesehatan
Penerima penghargaan dari Astra tahun ini untuk bidang kesehatan ada 2 orang, yaitu:
1. Ronaldus Asto Dadut dari Tambaloka, Nusa Tenggara Timur
Mas Asto mendirikan Jaringan Relawan untuk Kemanusiaan (J-RUK) Sumba pada tahun 2014 setelah melihat sendiri korban human trafficking yang telah disekap selama 3 bulan. Melalui edukasi via video dan juga usaha kuratif, Mas Asto dan teman-temannya dari J-RUK mengedukasi masyarakat di Sumba Darat Daya terkait kesehatan. Dialah, Relawan Edukasi Preventif Bahaya Human Trafficking dari Tambolaka. Gerakan yang digagasnya adalah Stop Bajual Orang.
2. “Pendamping Masalah Kejiwaan”, Triana Rahmawati – Surakarta, Jawa Tengah
Penerima penghargaan di bidang kesehatan yang kedua adalah Triana Rahmawati dari Surakarta. Bersama dua teman kampusnya, Febrianti Dwi Lestari dan Wulandari, Mbak Triana membentuk Embrio Griya Schizofren. Fokus gerakan ini adalah kepedulian terhadap orang dengan masalah kejiwaan. Melalui aktivitasnya Griya PMI Peduli Solo, saat ini merawat setidaknya 150 jiwa ODMK.
Bidang Pendidikan
Untuk bidang pendidikan, penerima SATU Indonesia Awards 2017 juga ada satu sosok muda inspiratif, yaitu:
3. “Sang Pencerdas Anak Petani dari Gowa”, Jamaluddin – Gowa, Sulawesi Selatan
Adalah Mas Jamaluddin, pria muda kelahiran Gowa 28 tahun silam, yang tergerak pada pendidikan anak-anak di sekitarnya. Penduduk Desa Kanreapia, Gowa memang memiliki taraf ekonomi yang cukup baik, namun mereka masih kurang menyadari pentingnya pendidikan untuk anak mereka.
Rata-rata anak di desa itu menikah muda dengan pendidikan tertinggi adalah tidak tamat SD. Dengan keinginan kuat, mas Jamaluddin mendirikan Rumah Koran, di mana semua orang bisa datang untuk membaca, menggali informasi, pengetahuan dan diskusi serta belajar mengeja melalui koran.
Bidang Lingkungan
Dalam bidang lingkungan ini, ada sosok muda inspiratif lainnya yang mendapatkan penghargaan tahun ini, yaitu:
4. “Transformer Pembalak Liar”, Ritno Kurniawan – Padang Pariaman, Sumatra Barat
Semua berawal dari keprihatinan seorang Ritno Kurniawan terhadap rusaknya lingkungan di sekitar daerah kelahirannya, Padang Pariaman, karena pembalakan liar. Setiap harinya, setidaknya ada 10-15 gelondong kayu dihanyutkan di sungai.
Dengan keinginan menjaga kelestarian hayati daerahnya itulah, dia menggagas ide ekowisata di dusun Gamaran Lubuk Alung, Padang Pariaman, dengan Air Terjun Nyarai. Bukan pula hasil instant hingga dia mendapatkan ijin dari warga sekitar untuk membuka jalur tracking ke air terjun tersebut. Butuh usaha keras meyakinkan warga bahwa dia bukanlah berniat jahat.
Baca juga: Inspirasi dari Pemenang SIA Awards dan Astra Start-up Challenge
Akhirnya, kerja keras Ritno pun terbayar, ketika warga menerima dan bahkan akhirnya dinas pariwisata lokal memintanya membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Di tahun 2013, dia pun akhirnya membentuk LA Adventure (Lubuk Alung Adventure) yang kini sudah memiliki kurang lebih 170 pemandu dan warga pun meninggalkan penambakan liar.
Bidang Kewirausahaan
Di bidang kewirausahaan ini, adalah sosok Anjani Sekar Arum dari Malang (sama seperti Mas Hadi, penemu Susu Listrik – penerima SIA 2015 lalu) yang mendapatkan penghargaan.
5. “Anjani, Si Batik Bantengan”, Anjani Sekar Arum – Malang, Jawa Timur
Batik adalah salah satu budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Inilah yang membuat Anjani mendirikan sanggar dan galeri batik Andaka di Kota Batu, Malang pada tahun 2014. Dengan bakat melukisnya, dia menciptakan motif Batik Bantengan.
Dia pun mengalami pasang surut memulai usaha, seperti saat diminta mengikuti pameran di Praha, Republik Ceko. Dia saat itu sulit menemukan pembatik yang tekun dan bagus. Hingga pada 2015, dia bertemu dengan Aliya, gadis berusia 9 tahun yang tertarik belajar membatik.
Sejak itulah, Anjani aktif mengajar membatik di sanggarnya itu. Hingga kini, ada 58 anak yang belajar dan 28 di antaranya menjadi pembatik aktif dengan produksi rata-rata 45 lembar kain batik per bulannya. Dari hasil penjualan kain batiknya, Anjani menarik 10% untuk keperluan sanggar dan kebutuhan kain serta pewarna. Bahkan tidak jarang dia harus menguras gajinya sebagai guru honorer.
Baca juga: Lomba Foto Astra dan Anugerah Pewarta Astra 2017
Bidang Teknologi
Dalam bidang teknologi, ada Bambang Sardi dari Palu, Sulawesi Tengah yang mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards 2017 ini.
6. “Pembaru Minyak Kelapa Murni dari Tadulako”, Bambang Sardi – Palu, Sulawesi Tengah
Dosen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu, Bambang Sardi menemukan cara baru dalam pengolahan minyak kelapa murni (virgin coconut oil/VCO). Setelah perjuangan keras, pada tahun 2016, pria berusia 31 tahun ini berhasil mengoptimalkan pemanfaatan kelapa yang melimpah ruah di daerahnya itu.
Menggunakan metode fermentasi anaerob, fermentasi yang tidak menggunakan bakteri dan oksigen dalam proses penguraian, beliau berhasil memanfaatkan seluruh material dari kelapa, seperti air kelapa dan ampas, sehingga tidak ada yang terbuang percuma.
Produk yang dihasilkan oleh Bambang memiliki kandungan asam laurat yang lebih tinggi – di atas 50%. Asam Laurat ini dapat berfungsi sebagai anti virus, anti jamur dan anti bakteri.
Kategori Kelompok
Selain individu-individu inspiratif di atas, ada satu kelompok yang mendapatkan penghargaan tahun ini, yaitu:
7. “Penyuluh Penangkapan Ikan Sidat Ramah Lingkungan”, PPILAR – Bengkulu, Provinsi Bengkulu
Kegiatan menangkap ikan Sidat menggunakan setrum adalah hal yang wajar ditemukan di daerah Bengkulu ini. Kepedulian terhadap lingkungan membuat tiga orang pemuda, Randi Anoma Putra, Akri Erfianda, dan Rego Damantara, bergabung pada Pelopor Penangkapan Ikan Sidat Liar (PPILAR).
Sejak itu, mereka pun aktif menyosialisasikan penangkapan ikan Sidat tanpa setrum tapi menggunakan alat tradisional bernama Bubu. Mereka aktif mengabarkan bagaimana ikan Sidat yang masih hidup bisa menghasilkan lebih banyak uang dan memungkinkan untuk diekspor.
Hingga saat ini, setidaknya sudah ada 20 nelayan yang tergabung dalam PPILAR dan aktif menangkap ikan tanpa setrum. Seminggunya, mereka bisa menghasilkan 15-25 kg ikan.
Mereka Memang Inspiratif…. Di Sekitarmu Ada?
Membaca sekilas kisah mereka yang mendapatkan SATU Indonesia Awards 2017 ini membuat saya agak merinding. Mereka benar-benar menginspirasi dan bahkan tidak peduli akan pujian dan segala imbal yang biasanya dicari oleh banyak orang.
Mereka lebih menunjukkan melalui aksi mereka terhadap masyarakat sekitarnya, memberi manfaat kepada mereka. Sama seperti Astra yang selalu berusaha “Menjadi Milik yang Bermanfaat bagi Bangsa dan Negara” (filosofi Catur Dharma Astra #1).
Untuk yang ingin tahu pemenang provinsi lainnya, klik aja: Satu Indonesia.
Apakah kalian juga terinspirasi oleh tindakan para pemenang SATU Indonesia Awards 2017 ini? Atau adakah di sekitarmu yang menginspirasi (tidak gembar-gembor) seperti mereka? Coba deh lihat sekitar, dan mungkin daftarkan untuk tahun depan.