Proses belajar itu tidak pernah berhenti sepanjang hidup. Setuju gak? Nah kebetulan hari Kamis sore lalu, di saat Jakarta mengalami kemacetan parah di daerah segitiga emas (Kuningan, Thamrin, Sudirman), saya kembali belajar dari seseorang. Seseorang ini hanya sepintas lalu saja hadir dalam hidup saya, tepatnya hanya 2 menit saja, tapi pembelajaran yang diberikan sungguh berharga bagi saya.
Belajar Dari Seseorang – Siapapun Bisa
Jadi, Kamis sore itu, saya harus ikut training di daerah Kuningan jam 6 sore. Saya tiba di perempatan Kuningan (yang lagi perbaikan jalan itu loh – transit busway Kuningan Barat karena saya pakai APTB) jam 6 kurang 15 menit.
Saya kontak teman saya bilang kalau saya datang agak terlambat. Kemudian saat saya berjalan di jembatan transit, saya perhatikan jalanan padat tidak bergerak yang ke arah Menteng. Dari arah Ragunan pun juga. Bisa lama nih nunggu TransJakartanya kalau kayak gini.
Akhirnya saya memutuskan untuk naik ojek (bukan GoJek ya) dari sana ke daerah Setiabudi One, tempat saya training. Ternyata kemacetan ini tidak hanya di Kuningan saja kawans. Macet dari Sudirman Thamrin juga.
Jadi tukang ojeknya mengajak saya memutar melalui Kasablanka pun juga terjebak macet. Nah sebelum sampai di Kasablanka ini, tepatnya di perempatan Kawasan Mega Kuningan, saya diberikan pembelajaran itu.
Jadi di perempatan ini, kemacetan juga terjadi. Semua mobil dan motor sibuk klakson sana sini seperti biasa, seperti yang saya pernah tulis, rasanya kok pada suka dengan klakson. Di tengah itu sudah gak jelas tuh mobil yang arah mana yang mau jalan duluan mana yang gak bisa mana juga yang nyelak dan lainnya.
Pokoknya kalau lihat mah udah ruwet abis deh. Gak ada yang mau mengalah, demikian juga bapak ojek yang saya naiki.
Saya lihat memang ke arah kanan itu memang sudah tidak bisa gerak sama sekali, jadi bapak ojek ini coba tetap jalan walau itu giliran (lampu hijau) dari arah kiri yang lurus ke arah yang mampet tadi itu, demikian juga dengan beberapa pengendara motor ataupun mobil lainnya. Sehingga di tengah itu seperti yang tadi saya jelaskan (sayangnya saya tidak memfoto).
Bapak Tak Dikenal – Memberi Pembelajaran
Tiba-tiba, ada seorang bapak-bapak – mid 30-lah, dengan kumis tipisnya itu berdiri di depan sebuah taksi yang hendak belok kiri (boleh langsung) tapi terhalang mobil dari arah lawan yang sudah membuat tiga baris.
Dia menghentikan mobil yang tiga baris itu, dan menyuruh beberapa motor untuk maju perlahan (setelah membuka jalur motor itu sedikit). Dan kemudian taksi itu pun bisa belok kiri. Bapak itu masih lanjut mengatur jalannya yang lain. Termasuk ojek yang saya tumpangi itu.
Seperti yang saya bilang, sayangnya saya tidak memfoto kejadian itu. Bapak itu terus mengatur jalur satu demi satu hingga jalan agak terbuka untuk semua. Entah dari mana dia datang, saya pikir sih dia salah satu supir yang juga terjebak macet di sana. Tapi hanya dia yang turun dan melakukan itu.
ES MOS SI
Memang kalau di Jakarta, harus siap dengan emosi gila-gilaan. Bener gak? Coba saja bayangkan diri kalian di tengah keadaan seperti tadi? Kalau Dani kan bisa sambil dengar lagu dangdut ya, sehingga stressnya berkurang tapi rupanya banyak juga yang tidak mengalami penurunan stress setelah mendengarkan lagu. Sampai akhirnya klakson indah terdengar saling bersahutan, membentuk irama musik sendiri.
Saya pernah menulis soal being proactive dengan contoh kemacetan ini sebelumnya tapi saya sendiri memang tidak pernah praktek soal being proactive seperti itu.
Namun Kamis sore kemarin itulah saya diberikan contoh nyata bentuk menjadi pribadi proaktif daripada reaktif.
Mungkin Bapak itu sendiri juga sebenarnya kesel dan emosi juga di tengah kemacetan itu, tapi dia memilih untuk keluar dan membantu mengurai kemacetan.
Dia melakukannya tanpa diminta dan tanpa bayaran. He did it to help, willingly.
Seberapa banyak sih yang mau bersedia melakukan hal seperti ini? Bayangkan jika diri kita di tengah kemacetan, apa yang akan kita lakukan? Keluar dan membantu mengurai seperti dirinya ataukah hanya mengutuk keadaan?
Be The Light or Cursing?
Willingness to do something to help others, inilah yang saya pelajari dari Bapak itu kemarin dan saya sangat berterima kasih dalam hati karena telah diberi kesempatan untuk belajar seperti ini.
Mungkin yang dia lakukan itu hanyalah sesuatu yang kecil tak ada artinya bagi yang lain, tapi bagi yang berada dalam kemacetan seperti kemarin itu, sangat membantu.
Instead cursing the dark, let’s be the light for others
Terima kasih Bapak sudah mengajarkan dan memberi contoh, siapapun Anda dan di mana pun Anda sekarang, saya doakan kebaikan hatimu menjadi contoh bagi yang lain. Dirimu telah menunjukkan bagaimana seharusnya kita belajar dari seseorang yang tidak kita kenal dan menjadi seseorang yang lebih baik lagi.
43 Comments
Selalu salut dengan orang-orang seperti Bapak itu 🙂 semoga kebaikannya menular kepada kita semua 🙂
Iya Ami. Bener2 sikap yang wajib ditiru.
Saya juga suka sebel kalau pas kondisi macet terus mulai terdengar suara klakson bersahutan. Udah tahu lah sama-sama tensinya naik, nggak usahlah nambahi keberisikan. Untungnya di malang jarang mengalami macet.
Dan untuk si bapak yang mengurai kemacetan, salut!
Sama Mbak. Kadang ngerasa seperti yang pernah aku tulis. Demen suara kali ya. Jadi klakson terus. Hehehe.
Moga banyak seperti Bapak itu Mbak.
Kemacetan selalu menguji kesabaran hehe
Banget Ji. Sangat menguji kesabaran banget beneran.
Makanya salut banget sama itu Bapak. Rela gitu dia.
Saya juga kadang pengen begitu, Mas, tapi kadang suka takut dimarahin yg lagi pada emosi. huhu
Hahaha. Iya ya. Kepikirnya dimarahin yang lainnya ya. Itu Bapak entah mikirnya apa. Tapi dia melakukannya.
Di Medan pun kalo udah macet bising kali klakson, udah kayak suara terompet di mlm tahun baru hahaha.
Emg macet srg terjadi kdg karna gadak yg mau ngalah ya, Mas Ryan. Dan di tengah kemacetan seperti itu, Bapak itu is such a hero, hihi
Dah parah juga ya di Medan macetnya? Itu memang bikin senep yak. Gak mau ngakah satu sama lain.
Iya Mas Ryan tapi di waktu2 tertentu dan di jalan2 besar seringnya. Kadang gak macet pun, cuma nunggu lampu merah doang udah pada klakson2, haha 😀
Nah itu. Saya juga bingung sih Cha. Ada apa antara supir dan klakson yak. Hahahaha. Sepertinya suka banget. Lampu merah juga baru ganti ke hijau dah klakson berkali2. Racer kali yak jiwanya
Jaman aku kuliah + naik angkot sering tuh ngalamin jalanan stuck sperti itu.
akhirnya aku pilih jalan kaki aja dan ternyata di perempatan udah keisi motor semua. 🙁
Kalau aku gak berani Mas proaktif seperti bapak itu, serem.. :p
Kadang memang lebih cepetan jalan Nit. Dulu juga sering gitu. Sekarang sih. Tetep jalan. Kecuali di angkot ke rumahnya. Hehehe.
serem napakah Nit?
Makanya aku kabur dari Jakarta…/ak kuat macet dan ruwetnya hahahaha
Btw, pelajaran dari jalanan bagi yang bisa mengambil hikmahnya, dan yg bisa mengambil hikmahnya itu sangat sedikit sekali….salah seorang yg sedikit itu ya kamu, Ryan…. 🙂
Waduh Mbak. Kok kabur sihhhh. Kalau gak kabur msh ktm di sini.
Akunya blushing ini baca komenmu Mbak. Makasih. Banyak juga kok. Mbak juga termasuk inspiring bloggerku
Ryan…. aku baru cek hari ini emang harus ke website ya hahaha
Iya Mbak Noni. Harus buka dr web atau ya pakai feedly yang aku bilang di post sebelumnya.
Huft, padahal mah klakson gak bakal pernah bisa mengurai kemacetan.. 🙁
Semoga Allah membalas kebaikan Bapak itu dengan kebaikan yang banyak, aamiin..
Amin. Moga dia diberikan yang terbaik.
Setuju. Klakson gak menyelesaikan macet. Hanya bikin org makin pusing
Life is about learning, isn’t it? 🙂
Yes it is Wien.
Dalem mas tulisannya, aku juga pernah ketemu Bapak2 kaya yg mas Ryan critain. Kalo aku versi yang diem.. gak nglakson, gak (atau mungkin jarang) mengutuk, tapi do nothing juga.. sigh
Sedalam apakah Dila? Sedalam sumur *baca ala presenter angkat alis*
Syukurlah ya. Berarti masih ada beberapa orang yang seperti dia.
Kalau saya lg sama kakak, saya marahin dia kalau dia klakson pas macet. Saya bolehkan klakson kalau memang orang yang diklakson itu salah seperti motong jalan gitu aja.
Btw mas, OOT nih.. sekarang aku ceki2 foot steps terus ini jdinya huahhaha. Soalnya kan kalo dirimu reply gak masuk notif. Tapi ini tiap aku komen harus selalu masukin nama email sama web terus ya? Maap nanya mulu rempongnya kaya nenek2 :p
Masa sih masukin terus? Km buka darimana? Hapekah? Gak support remember ya?
Betapa dewasa dan matang si Bapak itu. Kalau saya mungkin cuma akan diam saja. Ya tak apalah macet, toh semua orang juga macet. Betapa apatisnya :haha.
Mungkin kita mesti lebih peduli akan apa yang terjadi di sekitar kita, karena sekecil apa pun, kontribusi tetap menjadi kontribusi positif.
Thanks for sharing.
Ya Gar. Like me also. Diam dan bahkan komplain di belakang. Maki2 org atau pemerintah. Hahahaha.
Kita mungkin memang sudah sepeti yang km bilang ya.
Yang pertama mmng kesel dan esmosi kalau udah macet ditambah klakson yang bersaut2an, menurut aku toh nggak guna juga klakson2, nggak akan gerak juga kan. Yah tau sendiri kan Yan, Jakarta kl macet tuh kita bisa sambil makan nasi uduk dua piring. 😀
Nah, kalau bapak2 kaya tadi aku juga sering nemuin di lampu merah bambu apus, setiap kali macet total pasti ada ajah yang jadi sukarelawan mengatur lalu lintas, sementara Bapak2 berompi hijau, berkacamata hitam dan memakai sepatu boots minggir di warung kopi huffttt
Bapak berompi dan kacamata hanya di warkop. Hahaha. Lucunya Jakarta ya Ke. Bambu Apus mananyakah Ke? Boleh sering2 ke sana buat belajar nih.
Bener banget. Klakson gak nyelesaiin masalah sama sekali. Cuma bikin polusi. Polusi suara.
saya juga pernah ngalaminya, tapi ini dipertamina, udah tau macet hidupin klaksin lagi tambah nyalip antrean bikin saya marah , semua orangkan butuh waktu.
btw link nya updeta ya brow keren gan
Nah yang kayak gt bikin kesel ya mas. Serasa jalan milik dia sendiri aja.
Link update apa mas?
Aku jarang macet soale naik kereta hahaha ..
tapi ujiannya kalau kereta lagi ada gangguan, lama menunggu di stasiun ataupun berdiri di dalam gerbong kereta. Memang kalau macet seperti itu, semua orang emosi, klakson berbunyi dari sana-sini … nggak ada yang mau ngalah 🙂
Emosi kalau naik kereta beda lagi ya. Hehehehe.
Saya anggap lagi di konser aja. Gahaha.
I thought I have commented on this post before Yan. Huee
Hahahahaha. Thank you Dan.
karena sudah mempermudah urusan orang lain, saya yakin suatu saat sang Bapak itu akan dimudahkan juga urusannya…
Amin mas.
Mas Ryan yang lihat action Bapaknya jadi terinspirasi buat nulis, trus yang baca juga jadi keinget kalau kita lebih baik take action buat jadi bagian dari solusi bukan memaki. Ini getok tular yang indah 😀
Ayo getok2an Mba Nia. Hehehe.
Moga kita bisa lebih baik lagi ya.
semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari cerita ini, aamiin….
Amin mas. Moga demikian.
[…] Menikmati jalanan di kota besar seperti Jakarta itu agak susah ya. Saya ingat ketika kerja di bilangan segitiga emas, berjalan di trotoar saja dibilang salah harus hati-hati dengan sepeda motor. Para pengendara motor itu menggunakan trotoar untuk mendahului kendaraan yang pada stuck alias MACET. […]