Tadi sempat ngobrol sama teman kantor soal berapa ongkos yang saya keluarkan setiap bulan untuk ke kantor. Saya bilang biaya transport bulanan saya adalah Rp xx. Dan tak lama kemudian dia bilang, mahal! Kalau naik yang lain bisa lebih murah. Tapi ada satu hal yang gak dipertimbangkan, waktu. Berapa harga waktu?
Bagaimana menghitung berapa harga waktu yang dihemat atau yang dikeluarkan lebih lama dalam memilih satu moda transportasi tertentu dibanding yang lain? Kalau dalam dunia audit, ada istilah billing rate per hour yang mungkin bisa mengukur harga dari waktu yang digunakan. Demikian juga dalam hal profesi seperti pengacara, motivator, penyanyi dan lainnya.
Time Spend VS Money
Tapi bagaimana dalam kehidupan sehari-hari kita? Apakah ada ukuran untuk menentukan harga dari satu menit waktu yang digunakan oleh kita? Apakah standard itu sama satu sama lainnya? Sebut saja misalnya seorang penyanyi sekelas Ayu Ting Ting sebelum dan sesudah terkenal. Apa patokan harga untuk meminta dia manggung selama sejam?
Kalau dibandingkan antara penyanyi yang sudah terkenal seperti Kridayanti, Titi DJ, Ruth Sahanaya, Glenn, dan lainnya (jadoel banget ya contohnya), penyanyi baru tentu dihargai lebih murah. Walaupun mereka sama-sama melakukan pekerjaan dalam waktu yang sama.
Jadi apa yang membuat berbedanya nilai sebuah waktu dalam hidup ini? Orangnya? Jumlah waktunya? Atau apa?
Mungkin buat yang bekerja sebagai profesional seperti dokter, pengacara, dan profesional lainnya sudah punya standar harga untuk per jam penggunaan jasa mereka ini. Tapi apakah semua memiliki rate yang sama? Saya yakin juga gak kan?
Jumlah Jam Yang Sama Beda Harga
Mungkin ada yang bilang kalau contoh saya di atas tidak tepat, karena yang satu masih baru, yang satu sudah terkenal (Krisdayanti dan kawan-kawan). Jadi tidak bisa dibandingkan. Jumlah jam yang sama gak berarti akan mendapatkan harga yang sama. Itu memang yang ingin saya tekankan. Sebenarnya, kita yang juga karyawan pun mengalami hal yang sama.
Mungkin sama-sama lulusan universitas ternama dan bekerja di perusahaan yang sama di bagian yang sama. Tapi gaji bisa saja berbeda dan kalau kita bagi dalam hitungan per jam, bisa jadi akan terjadi ketimpangan yang sangat besar kan? Jadi lagi-lagi kalau kita menggunakan dasar waktu sebagai pembanding, harga setiap orang akan berbeda satu sama lain.
Pertanyaan saya juga: berapa harga waktu yang kalian tetapkan sebagai blogger? 😀
Berapa Harga Waktu Dirimu?
Maaf ya kalau agak ngalur ngidul gak jelas dari paragraf pertama ke berikut-berikutnya. Saya hanya ingin mengutarakan betapa bedanya ukuran harga per satuan waktu dari masing-masing orang. Nah sekarang pertanyaannya, berapa harga waktu dirimu itu?
Dalam konteks yang saya tuliskan di awal tulisan ini, mengenai ongkos yang saya keluarkan, kembali lagi yang tidak diperhitungkan oleh sebagian besar orang adalah waktu itu sendiri. Gini, yang dikatakan oleh teman saya itu juga gak salah kok.
Memang kalau saya pakai layanan Gojek mungkin akan lebih murah, yaitu Rp15rb per 25 km. Dari kantor ke kos total kilometernya adalah sekitar 13 km – masih masuk dalam range tarif promo Go Jek tersebut. Jadi kalau saya pakai Gojek seharusnya saya hanya bayar Rp30rb PP per hari. Dikalikan 25 hari kerja = Rp750rb, yang memang lebih murah dibanding yang saya bayarkan untuk langganan ojek saya.
Tapi kembali lagi, tarif promo itu berlaku di luar jam 4 sore hingga jam 7 malam. Jadi kalau saya mau pulang jam 6 sore, saya harus menunggu 1 jam lagi untuk bisa mendapatkan tarif promo itu sendiri. Kalau tidak menunggu, saya harus membayar normal, kalau tidak salah ingat saya pernah dan membayar Rp 40rb-an.
Bagaimana juga dengan pagi hari? Kan tidak ada batasan jam. Tapi saat saya memesan hingga gojek driver datang bisa berkisar 10 – 30 menit. Hal ini karena aplikasi Go Jek diatur untuk mengurangi kemungkinan kecurangan oleh Go Jek Driver dalam melakukan pesanan fiktif. Sehingga driver yang akan mendapatkan pesanan saya setidaknya berlokasi 300 meter dari tempat saya.
Kalau dengan ojek langganan, saya sudah janjian jam 7 dia tiba di depan kos saya. Kalau saya ingin berangkat dengan jam yang sama menggunakan Go Jek, saya harus sudah memesan setidaknya 30 menit sebelumnya. Bagi yang tinggal dekat dengan kantor mungkin merasa 30 menit itu gak ada arti. Tapi bagi saya yang rumah di Cibubur, pengalaman mengajarkan bahwa jangankan 30 menit, 10 menit saja bedanya sungguh luar biasa karena kemacetan Jakarta.
Waktu Saya, Waktu Dia
Nah selisih waktu inilah yang sebenarnya jarang sekali dipertimbangkan oleh kebanyakan orang. Masih banyak waktu… Jadi tenang ajalah. Nikmati aja yang masih ada. Toh besok masih ada juga kan? Eh tapi, di saat yang sama, kita sendiri juga gak tahu loh kapan waktu kita akan berakhir kan?
Hiduplah pada hari ini seakan hari ini hari terakhir kita – Steve Jobs. Sehingga pada saatnya nanti, kita akan pergi dengan bahagia. Renungan dari kejadian dua bulan terakhir ini.
Di saat-saat waktu mulai terbatas itulah, biasanya kita akan mulai berpikir betapa berharganya waktu dalam hidup ini. Waktu saya, waktu dia, waktu kamu, waktu kita semua itu berharga. Sangat berharga, bahkan setiap detiknya. Seperti pasangan yang ber-LDR alias long distance relationship pasti paham betapa waktu itu berharga.
Pada akhirnya, saya pun cuma bisa memasang senyum di wajah mendengar ucapan teman itu. Mungkin definisi berapa harga waktu saya dan dirinya sangat berbeda sehingga tidak bisa eye to eye. Saya pun juga tidak menyalahkan dia karena memang prinsipnya dia juga benar. Semua kembali pada masing-masing pribadi. Untuk menilai, value dari masing-masing yang dilakukan dalam hidup.
Saya sendiri penganut yang dalam merumuskan berapa harga waktu saya itu berdasarkan apa yang saya lihat. Dan yang saya perhatikan, dunia ini sudah sangat bergerak cepat dan menghargai perbedaan waktu itu memberi dampak signifikan. Misalnya saja “Same day as the US” beredar di tv kabel. Jika tidak menghargai waktu sebagai sesuatu yang sangat penting, tidak ada tagline itu. Kalau kamu sendiri, berapa harga waktu menurut dirimu sendiri?
Related articles across the web
ah, ilmuku belum setinggi mas ryan 🙂
thank you mas, self reminder 🙂
Setinggi apa?? ??
setinggi ituuu 😛
Setinggi awan di atas sana?
menurut saya waktu juga kadang bisa menghasilkan banget, bisa juga cuma buat istirahat alias nganggur haha.. pas sibuk kuliah atau pas penelitian skripsi, seakan 24 jam itu berharga banget. mesti dimanfaatkan sebaik baiknya, kalo gak mau ketinggalan.
Tergantung situasi ya mas
Walah baru pulih, baru mulai BW.. eh nemunya postingan berat 🙁
Waktu buat aku sih nggak bisa dinilai dgn uang, kayak kemaren pas masih pemulihan aku keukeuh mau kerja, krn nggak bisa bawa motor sendiri alhasil naik taxi ajah meskipun uang taxi nya bisa dipake buat sebulan bensin motor 🙁 *ehnyambunggksih hahhhaa
Nyambung kok Ke.
Eh welcome back ya. Dah pulih nih skrg jadinya?
Nah kalau kondisi spt itu, gak jrg saya diblg boros karna naik taksi gt. Hehehe.
hehhe alhamdulillah udah pulih Koh 🙂
Iya sih jadinya boros, tapi buat sesekali gkpapa kali yahh :p
Syukurlah Keke… Jd dah bs nyanyi2 lagi dong ya. Hehehe.
Boros sesekali utk hemat waktu n juga kesehatan, gpp ya Ke
ya emang masing2 mesti ngitung buat waktunya sendiri2 ya…
kalo masalah gaji atau bayaran artis gitu ya tergantung capability masing2 ya. walaupun sama2 nyanyi tapi kalo yang tenar pasti bayaran lebih mahal karena mendatangkan lebih banyak penonton…
Mahal gaknya karena skill dan jam terbang ya ko – karena nama mereka jadi jaminan bawa penonton ya.
bener sekali…waktu adalah uang…kadang aku mengejar waktu hanya untuk mendapatkan uang 🙂
Wahhh. Mengejar waktu. Trs dpt gak Mbak?
Hi Ryan, interesting topic…write it in English and there you have it… 1st submission to BEC’s #31 Challenge 🙂
Hahaha. Yes. It could be the answer for EF.
Ryan, minta izin copy paste renungan dari buku 7 habits teens nya Sean Covey (@Rin, udah kelar baca bukunya? :p)
To realize the value of ONE YEAR, ask a student who failed a grade.
To realize the value of ONE MONTH, ask a mother who gave birth to a premature baby.
To realize the value of ONE WEEK, ask the editor of a weekly newspaper.
To realize the value of ONE HOUR, ask the lovers who are waiting to meet.
To realize the value of ONE MINUTE, ask a person who missed the train.
To realize the value of ONE SECOND, ask a person who just avoided an accident.
To realize the value of ONE MILLISECOND, ask the person who won a silver medal in the Olympics.
Arghhh. Kerennnn. Makasih Vita. Gw blm baca yang teens itu.
@Vita: PR gw tuh, Jeung…. belum selesai baca buku-nya 🙂 and to think that i’m not even a teen-ager anymore 😀
Ayo selesaikan Rin. Biar bisa share. Hihi.
Btw… Congrats for the dot com. Finally use it for comments. ?
@Ryan: okay, i’m on it, Sir 🙂 and yes.. thank you so much for the dot com. my tutor is a very patient man 😉
Huahaha. But I think we were talking more instead of doing your com hahaha
Rina fotonya tampak profesyenel sekali ya jeung 😛
Harus dong Vit. Harus profesional. Hihi
@Ryan: really? did we talk more than doing the dot com? well.. you got to let me know things on my own. i guess i learn things better that way. And i don’t think any tutor likes to spoon feed the pupils, right.
@Vita: hehehe, iya yaa kayanya kok profesional dan seriusss sekalee penampakan gw 😀 i’m trying to re-brand myself in a different way (halaah.. gaya-nya dirikyuuu)
Rebranding ?.
Kdg suka ktm yang kyk gt sih Rin. Keep it to themselves. Kl gw sih – napa gak diksh ke org kl memang bisa? Ilmu gak akan hilang krn dibagi2.
Ini yg sering gak dipikirin, yg penting murah.. Kalo aku lbh milih cepetnya. Prefer pake tol dr pd jalur biasa yg macetnya naudzubillah.. Makan waktu lbh pama toh. Jadinya brkt hrs lbh pagi, urusan rumah bisa berantakan, pastinya 😀
Sering dilupakan ya Da? Atau emang bukan sesuatu yang hrs dipikirkan ya?
agak OOT komennya, boleh ya Pak?
Relativitas waktu itu analog dengan arti 5 menit bagi orang yang sedang buang hajat di WC dan 5 menit bagi orang yang kebelet dan ngantri diluar pintu.. 🙂
Bener banget. Yang lg buang hajat biasa aja ya. ?
Komen gw sm ky Dani.. Wkt ga bs diukur sm uang 🙂
Makanya gak diukur sama sekali or diabaikan ya Ye? Atau gmn nih?
Agak susah dcerna ya,, tp kyaknya ilmu Lisa blm setinggi mas Ryan deh, hehehehe
Kalau memang mau diukur sih, harus ada faktor batasannya jd jelas satuannya apaan harganya.
#lisangomongapaanyah
Susah dicerna ya? Sepertinya pas nulis juga agak pusing sih sayanya Lisa. 😀
intinya sih: berapa harga dari waktu yang kita keluarkan. Gimana mengukurnya.
Waktu memang gak bisa diukur dengan duit sih menurut gw. Makanya sangat menyakitkan kalo sudahlahbgw luangkan waktu eh gak dihargai.
kayaknya yang terakhir nih curhatannya keras banget nih. ada apakah nih…
jadi mikir macem2 krn reply Ryan :p
btw, setuju ama Ryan.. aku termasuk org yg suka mikir lg lebih dlm masalah duit vs waktu ini. Misalnya pas mau beli rumah. Ya jelas ya yg semakin ke pinggir kota semakin murah dan selisihnya bisa jauh bgt. Tapi akhirnya beli yg deket tempat kerja. Krn mikirnya, selisih harga emang lumayan gede, tapi aku lbh pilih ke kantor 15 menit dibanding ke kantor 1 jam.. krn urusannya merembet ke bukan hanya waktu saja, tapi tenaga, kesabaran, dll.. 😀
urusan cari akomodasi kalo pergi2 juga gt. misalnya yg dkt tempat acara harganya lbh mahal, yg jauh lbh murah. pada akhirnya selalu pilih yg lbh dkt walaupun lbh mahal..
Hahaha. Mikir apaan Vita??? ?
Pilihan masing2 ya