“Hape baru bu. Bisa pakai cicilan kok. Pakai kartu kredit *** 0% loh.”
Pernah gak digituin? Saya pernah, termasuk dipanggil ibu juga kok tapi via sms dan email. Banyak kan banner dipasang di toko hape. Cicilan 0%. Padahal sih ada * nya tuh. Dan * ini jarang yang perhatikan.
Tapi memang kayaknya cicilan ini sudah lazim ya di mana-mana. Apalagi dengan kartu kredit dari bank mana aja. Saya pun juga pakai kok cicilan. Ya setidaknya untuk rumah dan juga beberapa barang elektronik.
Pertama kali kenal dengan cicilan kayak gini ya pas punya kartu kredit itu. Sekalinya punya kartu kredit langsung gesek sini gesek sana. Cicil ini cicil sana. Terus pas kerja di bank tiga huruf itu dulu saya juga anggota koperasinya. Jadi bisa belanja di mana saja dan dirubah jadi cicilan di sana. Miriplah dengan kartu kredit bank tiga huruf itu juga.
Belanja minimal 500rb, telepon call center sebelum tanggal cetak tagihan dan jadi deh cicilan. Nah itu sering banget saya lakukan karena terlalu excited punya kartu kredit. Dan kalau kita dah punya satu kartu kredit, kartu kredit lainnya akan menyusul. Dan gak lama makin nambahlah kesempatan cicil mencicil ini.
Ujung-ujungnya setiap terima gaji (tanggal 25 waktu itu) semua uangnya numpang lewat aja. Bayar ini itu ini itu. Ini mungkin yang diceritakan Kang Abi Gilang di post EFnya kemarin tentang hubungan uniknya dengan hutang.
Coba angkat tangan siapa aja yang seperti saya? Terus maksud saya cerita di sini apa? Ngajak mencicil? Gak kok. Saya justru mau bilang kalau bisa batasi. Saya gak bangga kok dengan diri saya waktu itu. Gesek sana gesek sini. Cicil ini itu. Bahkan belanja bulanan pun jadi cicilan. Ujung-ujungnya hanya jadi beban.
Memang mungkin terlihat lebih murah kalau dicicil. Tapi ingat lagi. Itu adalah hutang. Sebisa mungkin kita harus kurangi hutang. Nambah asset jangan hutang. Terus kalau gitu kartu kredit itu buruk dong. Gak. Saya gak bilang gitu. Kartu kredit bagus kok. Kalau kita bisa manage dengan baik. Itu kuncinya. Cicilan juga baik kok.
Bagaimana cara manage kartu kredit yang baik?
Saya tulis ini berdasarkan pengalaman aja ya. Yang saya alami. Total kartu kredit yang saya punya per 2010 adalah 6 kartu. Total limit keenam kartunya sekitar 30-40juta. Banyak kan? Tapi karena kesalahan saya sendiri dalam menggunakannya, hutang ini saya tanggung bertahun-tahun ke depannya. Bayar satu-satu.
Jadi inget yang pernah saya dengar: “the past will haunted you“. Ini yang benar-benar saya alami.
Manage kartu kredit dalam arti manage penggunaannya itu sangat penting. Ini yang gak pernah saya dapat dari orang marketing bank. Ini manage kartu kredit versi saya:
Tahu tanggal cetak dan jatuh tempo
Nah ini dua tanggal penting nih. Tapi biasanya jarang diperhatikan. Tanggal cetak adalah tanggal cetak tagihan kartu kredit kita.
Kenapa kita perlu tahu tanggal cetak tagihan? Biar kita tahu. Kapan belanja kita bisa di-financing for free oleh bank. Jadi kalau belanja setelah tanggal cetak, tagihan belanja kita akan masuk di tagihan berikutnya yang jatuh temponya biasanya 14 hari setelahnya.
Nah lumayan kan. Jadi kita belanja bulan ini. Tagihan keluar di bulan berikutnya. Bayarnya 14 hari setelahnya. Kalau bisa bayar sebelum jatuh tempo juga bagus.
Kalau lewat kena denda. Makanya penting tahu juga tanggal jatuh temponya.
Belanja sesuai kebutuhan
Yang kedua ini agak susah dilakukan kalau dah lihat sale sana sini. Diskon kerjasama kartu kredit di mana-mana. Seperti yang saya sebut di atas. CICILAN BU itu juga pengaruh banyak loh.
Biasanya denger kata cicilan langsung berbinar (ini saya sih kayak gitu – duluuu). Atau baca SALE UP TO langsung deh gatel pengen lihat dan akhirnya belanja. Tips saya sih, list dulu kebutuhan tiap bulan. Utamakan belanja kebutuhan bulanan itu dulu. Kalau udah. Bolehlah sesekali menyenangkan hati dengan diskon atau cicilan.
Jangan bayar minimum
Yang berikutnya adalah jangan bayar minimum payment. Memang kalau bayar minimum rasanya ringan kan? Gak harus keluar uang banyak jadi gaji gak habis. Tapi ingat, minimum payment artinya masih ada yang tertunggak, dan akhirnya kena bunga. Hilanglah kesempatan mendapatkan free financing itu.
Dan ingat juga, bunga kartu kredit itu bunga berbunga. Artinya bunga yang dikenakan ke kita itu akan masuk dalam tagihan kita dan kalau gak bayar full lagi, kena bunga lagi, begitu seterusnya.
Cicilan boleh tapi batasi
Cicilan boleh kok, bagus malah kadang. Tapi harus ingat apa yang dicicil dan berapa lama. Cari cicilan 0% adalah hal yang penting tuh. Lumayan – walau kalau diteliti, namanya 0% kadang juga gak 0% karena harganya lebih mahal dari yang tunai kan?
Seperti yang saya bilang, jangan numpuk hutang. Tapi tumpuk asset. Jadi cicil asset masih bolehlah kalau menurut saya. Sesuatu yang penting, berguna dan bermanfaat ya. Kayak cicil emas juga boleh kok untuk investasi. Bisa kok di Penggadaian – nanti kapan-kapan saya share ya.
Atau “cicil” investasi reksadana. Salah satu bank asing dari Australia di Indonesia memperkenankan kita untuk menabung bulanan kok dan tabungan itu untuk beli reksadana. Nah cicilan yang kayak ini bolehlah diperbanyak. Tapi cicilan untuk “konsumsi” dikurangi.
Know your limit
Yang paling penting nih. Know your limit. Jadi jangan belanja melebihi kemampuan kita. Ingat pepatah, besar pasak daripada tiang? Nah jangan sampai kayak gitu. Karena ujung-ujungnya akan membawa diri kita ke gali lobang tutup lobang. Makanya saya sarankan sih belanja dengan list belanjaan yang sudah disepakati sebelumnya.
Kira-kira itu sih tips manage kartu kredit versi saya. Jadi kalau mau bikin kartu kredit, monggo tapi pastikan manage dengan baik ya. Sekarang sih saya bersyukur sudah gak terjerat dalam tagihan itu. Dan lebih suka belanja tunai. Kalau sudah terlibat high debt kayak saya, ada caranya lagi. Nanti saya tuliskan dalam yang terpisah aja ya.
Kalau kalian, apa punya kartu kredit? Bagaimana selama ini menggunakannya?