Pada tanggal 2 Maret 2016 lalu, saya berkesempatan mengikuti sebuah acara Diskusi KUKM yang diselenggarakan oleh Humas Kemenkop dan UKM di SMESCO. Diskusi ini mengambil tema Menentukan Arah Kewirausahaan menghadirkan 3 (tiga) narasumber, yaitu Bapak Prakoso BS – Deputi Bidang SDM Kementerian Koperasi, Bapak Jimmy M. Rifai Gani – Pengamat Kewirausahaan dan Ibu Kartika Setiawan – seorang wirausaha dari Medan.
Diskusi ini sendiri dimoderatori oleh Mas Dedy (Miing) Gumelar, seorang pelawak kenamaan yang kini mendukung penuh dunia wirausaha Indonesia. Dalam diskusi kali itu, kita diajak pertama kali oleh Mas Miing dengan membuka pikiran kita dan membangun mental wirausaha.
Menentukan Arah Kewirausahaan Melalui 3 Bidang
Dalam diskusi KUKM kemarin itu, ada 3 (tiga) bidang terkait bahasan menentukan arah kewirausahaan ini, yaitu bidang SDM, Pembiayaan dan Pasar. Hal ini kemudian dipaparkan oleh para narasumber satu per satu.
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Dalam diskusi kemarin, Bapak Prakoso BS selaku Deputi Bidang SDM Kementerian Koperasi dan UKM mengatakan bahwa pengembangan Sumber Daya Manusia tersebut sudah dilakukan oleh Kementerian. Yang selama ini dilakukan adalah dengan menggandeng banyak pihak untuk bersama mewujudkan SDM yang siap untuk wirausaha.
[Tweet “Kami menggandeng kampus-kampus di berbagai daerah dalam mengembangkan SDM”]
Kerjasama dengan universitas ini dilakukan untuk mempersiapkan SDM yang tidak hanya siap secara teori namun juga secara praktek. Dan untuk menggapai hal ini juga, kementerian mengadakan progam pengembangan SDM siap usaha ke orang yang tepat.
Kami tidak mengajak para petani untuk belajar, melainkan para keluarga petani. Hal ini agar anggota keluarga petani memahami wirausaha bagi keluarga mereka dan bisa membantu para petani tersebut.
Selain itu, kementerian juga mengadakan kerjasama dengan bank dalam penyamaan visi atas wirausaha ini. Tujuan kerjasama ini semua adalah tidak hanya mencapai laju perekonomian, tapi
[Tweet “Pemerataan perekonomian, baik di kota maupun desa, itu tujuan utama”]
Pembiayaan Dan Peluang Pasar Ala Ibu Kartika
Ibu Kartika, yang berasal dari Medan, telah memiliki usaha kue kering sejak tahun 2011 dengan modal Rp 5juta. Sekarang, dia sudah bisa mencapai omset Rp 350juta per bulan dan setidaknya mempekerjakan 15 orang untuk usahanya ini.
Dalam prakteknya selama ini, Ibu Kartika mengatakan bahwa memang untuk modal dianggap bermasalah, namun setelah dia mengeluarkan Rp 5juta tersebut, dia pun tidak pernah merasa menyesal. Bahkan pemerintah juga membantunya dalam pengembangan usahanya itu.
[Tweet “Yang terpenting adalah ingin berusaha dan bekerja keras – orang akan percaya pada akhirnya untuk pembiayaan”]
Selain itu, Ibu Kartika berkata bahwa selalu ada pasar yang tidak diisi oleh pemain yang sama. Misalnya saja dalam bisnis kue keringnya, banyak pemain di Medan dan sekitarnya tidak berhasil menjual dalam hari raya Imlek ataupun Idul Adha.
Dia melihat peluang dan mengambilnya. Untuk Idul Adha, Ibu Kartika memulai dengan menawarkannya langsung ke Aceh, yang mana perayaan Idul Adha lebih ramai di sana. Dan sekarang? Setiap hari raya tersebut, Idul Adha dan Imlek, kue keringnya menjadi pilihan.
Membaca Peluang Pasar Yang Baru
Adakah yang pernah mendengar Disruptive Innovation? Hal ini yang diperkenalkan oleh Bapak Jimmy M. Rifai Gani dalam sesi berikutnya. Beliau mengatakan bahwa kita, para wirausaha baru (startup), harus mulai melihat hal ini sebagai peluang.
[Tweet “Disruptive Innovation pada intinya adalah user friendly dan low cost innovation on market”]
Seperti yang dilakukan oleh Nadiem Makarim dengan layanan Go Jek yang dilakukannya. Peluang pasar yang baru ini mengambil niche yang tidak diperhatikan oleh para pemain besar yang sudah ada. Seperti Go Jek, mengambil pasar transportasi yang murah dah memudahkan para pengguna.
Ada 3 (tiga) hal yang terjadi hari ini yang mempengaruhi peluang pasar yang ada saat ini, menurut Bapak Jimmy, yaitu:
1. Globalisasi
Bahwa sekarang ini ada peluang pasar baru yang bisa digunakan untuk menentukan arah kewirausahaan, yaitu peluang para wirausaha Indonesia untuk memasuki rantai value dunia. Sekarang ini bukan lagi masalah pasar nasional, tapi pasar global yang lebih besar.
2. Urbanisasi
Peluang berikutnya adalah dari pergerakan warga yang kini lebih dari 50% tinggal di perkotaan. Dan hal ini membawa pada perubahan gaya hidup (lifestyle) serta membuka peluang para UKM yang ingin bermain dalam bidang ini. Lihat saja bagaimana e-commerce di Indonesia sebenarnya menyasar pasar ini.
3. Digitisasi
Seperti yang dilakukan oleh Go Jek dan juga para E – Commerce, mereka memanfaatkan peluang pasar baru melalui digitisasi ini. Memanfaatkan teknologi dalam usaha. Inilah yang harus mulai digarap oleh para wirausahawan Indonesia.
[Tweet “Memanfaatkan globalisasi, urbanisasi dan digitisasi adalah arah wirausaha yang harus dilakukan pelaku UKM”]
Selain itu, di luar negeri sendiri sekarang ini masanya pembiayaan gratis oleh sekelompok orang yang dikenal dengan istilah Angel Investor. Mereka mengumpulkan dana tanpa bunga untuk diberikan kepada para calon startup dengan kriteria tertentu.
[Tweet “Yang dinilai adalah kejujuran dan karakter dari calon startup”]
Peran Mental Dan Budaya Dalam Wirausaha
Dalam diskusi tersebut, hadir pula dua anak muda pelaku UKM dari Makasar, Mas Masdir dan juga Dewa Ayu dari Bali. Keduanya sudah merintis usaha pribadi mereka. Masdir membuka usaha sablon yang kini beromset Rp 370juta per bulan. Sedangkan Dewa Ayu sendiri merintis usaha tata rias pengantin.
Keduanya, menurut Mas Dedy (Miing) Gumelar, memiliki satu modal dasar dalam menjadi UKM di Indonesia, yaitu:
[Tweet “Mentalitas wirausaha adalah modal utama untuk para pelaku UKM”]
Dewa Ayu sendiri menyadari dan mengejar keinginannya membuka usaha rias pengantin demi menunjang keluarganya. Sedangkan Masdir sendiri sudah memilih memulai usaha saat dia kuliah. Keduanya menunjukkan bahwa, termasuk Ibu Kartika, memiliki usaha adalah tujuan mereka.
Bahwa mentalitas usaha ini harus dikembangkan sedini mungkin dan juga budaya kewirausahaan, beberapa kali disebutkan oleh Mas Miing sebagai modal dasar dan yang harus dikembangkan saat ini. Hal ini juga didukung oleh Bapak Prakoso dan Bapak Jimmy, bahwa mentalitas para SDM dan membangun budaya wirausaha memang dibutuhkan, termasuk di Indonesia.
[Tweet “Wirausaha bukan semata masalah economic values, melainkan cultural values”]
Bahwa jika ingin KUKM Indonesia berhasil, kita harus (mendukung) pemerintah dalam menciptakan budaya wirausaha.
Sayangnya, diskusi KUKM – Menentukan Arah Kewirausahaan itu pun harus berakhir, tapi banyak pembelajran menarik dari acara itu dan berikut saya berikan kutipan tentang memulai usaha:
Rasa takut, malu, khawatir dan rendah diri adalah musuh dari setiap orang yang harus dihadapi. Lebih baik malu punya usaha daripada malu ditangkap KPK – Miing Bagito.
18 Comments
Ini ilmunya kelas berat banget deh Yan. Mupeng abis gw bacanya. Mupeng pengen punya usaha iya, mupeng pengen belajar ama mereka iya..
Hahahaha. Berat yakkk. Dibawa santai sih kmrn n enak aja. 3 jam gak berasa
“lebih baik malu punya usaha daripada malu ditangkak KPK”
Lucu juga kata kak miing
lucu tapi bener kan ya mas. 😀
Mantap nih ilmu dari sana. Ayo jadi pengusaha.
Ayooo mas… kita lepaskan rasa2 itu dan jadi pengusaha
Tulisan ini bikin baper hiks jadi inget online shop saya yang mati suri huhuhuh padahal pengin banget ngembanginnya.
Itu epik banget penutupnya 😀
Sebuah usaha memang dimulai dengan keberanian, berani mengambil langkah, berani jatuh bangun ^^
Tfs ya mas
Happy weekend
Masama mbak Ranny. Ayo semangat galakkan toko onlinenya
Seperti biasa postingannya selalu bermanfaat pak.
Thankyou, jadi dapet bekal buat bangun usaha di bidang digital 😀
Sama2 mas. Makasih ya sudah mampir n baca
Kereeen..
salah satu guru saya mengajarkan ini “competitive advantage impact” atau sering disebut keunggulan unik kompetitif. Jadi menurut saya, apapun jamannya, dulu atau sekarang,, kunci sukses startup adalah hal unik yang dibutuhkan individu tapi belum tersedia, alias pioneer.. Kayaknya lho mas..hehe..nice post
Bener juga itu mas. Memberikan sesuatu yang belum diberikan sama yang lainnya.
Waaaah, beberapa dosen di kampusku udah sering banget ‘mancing’ mahasiswanya buat berani buat berwirausaha ._. tapi ya gitu, mental mahasiswa kebanyakan masih… aah, tau sendiri lah mas :’
Masih apa Feb??? Ayo jadi pengusaha yukkk.
Bagus banget ilmunya, dengan memberikan pelatihan dan ilmu kepada keluarga petani itu berati sama dengan meningkatkan kualitas SDM petani itu sendiri.
hebaatt. Terus semangat kangg.
Sama-sama mas Huda. Moga sih akan banyak yang seperti itu ya mas.Memberi pelatihan bermanfaat untuk para UKM.
Saya sangat setuju dengan point ” Mentalitas wirausaha adalah modal utama bagi para pelaku ukm ”
Karena tanpa adanya mental yang baik pasti para wirausahawan akan menyerah sebelum mencapai apa yang mereka inginkan,,
Setuju mas Tresna,
membangun mental wirausaha ini yang susah ya.