Rencana saya seminggu ini akan memenuhi blog dengan post review, tapi berhubung review berikutnya belum siap dan ada yang mengirimkan artikel untuk Guest Post, ya kenapa gak? Guest Post kali ini dari Bli Gara yang baru saja pindah ke rumah baru nih. Tentang Kekuatan Sembahyang atau Berdoa. Simak yuk…
Sembahyang Atau Berdoa – Kewajiban Atau Kebutuhan
Pastinya semua umat yang beragama pernah sembahyang. Sebagai sebuah kewajiban, iya. Tapi sebagai sebuah kebutuhan? Jujur, saya menganggap bersembahyang cuma sebagai sebuah kewajiban saja.
Sesuatu yang akan membuat hati saya merasa aneh dan tidak enak kalau tidak saya lakukan. Tidak pernah saya terpikir bagi saya kalau persoalan yang saya hadapi – yang tidak ada kaitannya dengan bersembahyang – bisa selesai setelah saya sembahyang.
Yep, selesai semudah itu.
Ada beberapa contoh sih, berhubung saya lagi gandrung dengan dunia blogging jadi saya contohkan yang ada di dunia tulis-menulis dunia maya ini.
Contoh Nyata Kekuatan Sembahyang Atau Berdoa
Dulu pernah saya bingung untuk mempublikasikan tulisan karena blas, tidak ada ide. Judul postingan sudah ada, tema juga masuk, tapi isinya blas bingung. Lah ini bagaimana… saya takut tidak bisa menulis soalnya pengalaman saya bersinggungan dengan dunia tulis-menulis sebelum ini. Vakum lama saya di dunia menulis selalu dimulai dengan ketiadaan ide selama beberapa lama (yang akhirnya diperpanjang sampai batas waktu yang tidak ditentukan :haha).
Tapi kemarin, dengan ketiadaan ide itu, saya sembahyang. Ya di dalam sembahyang juga tidak ada minta ide atau apa sih sama Tuhan, lha wong balik lagi, kemarin saya cuma menganggap sembahyang itu hanya sebagai salah satu kewajiban.
Post Lahir Setelah Sembahyang Atau Berdoa
Eh tiba-tiba setelah sembahyang saya mengetik lagi, dan jadilah postingan bertajuk “Buda Cemeng Kelawu, Tilem Kelima, dan Senjakala Bumi Gora” yang menurut saya adalah salah satu postingan paling mak nyuss yang pernah saya bikin.
Nggak tahu kenapa postingan itu bagi saya mengena banget. Bahkan saya sendiri tak percaya bisa menulis seperti itu :hehe :peace. Itu betulan saya yang nulis nggak, ya? :haha.
Tidak berakhir di situ, sebenarnya kemarin saya sempat galau lagi akan satu postingan. Postingan tentang Drupadi yang tak mengikat rambutnya, kebiasaan yang bertahan sampai sekarang itu sebetulnya membuat saya agak dilema batin saat menulisnya.
Takut jika postingan itu akan mendapat respons negatif di beberapa bagiannya (sebagaimana pikiran saya sebetulnya sudah memberi pendapat negatif :hehe), saya sempat beberapa kali membaca draft tulisan itu, kata per kata, tapi tidak menemukan apa pun yang bisa saya betulkan, apalagi sembunyikan :hehe.
Terus saya sembahyang. Ya masih sama, apa sih yang saya minta, kagak ade. Setelah sembahyang, saya mungkin merasa capek kalau harus membaca ulang postingan itu, atau saya lupa akan pikiran buruk saya akan postingan itu, jadi ya saya publish saja. Tajuk “Tentang Rambut yang Terikat” saya sematkan, klik tombol publish, selesai.
Menurut saya, postingan itu kini mendapat pendapat pembaca yang sangat positif. I mean, seriously?
Sembahyang Atau Berdoa Menolong Saya Pindah Rumah
Dua kali pengalaman belum membuat saya tergerak untuk mengulasnya (karena saya juga belum sadar mungkin, ya) tapi setelah kejadian ketiga, saya baru sadar kalau sembahyang itu keren banget. Kejadiannya kemarin, pas saya lagi tergopoh-gopoh buat pindah ke hosting swakelola (self-hosted blog).
Blog saya tidak bisa connect ke aplikasi WordPress yang di Android, error-nya katanya username dan password-nya tidak betul, padahal saya sudah yakin BANGET kalau dua hal itu sudah saya ketik dengan benar. Tanya ke Mas Ryan juga tidak berhasil, aplikasi saya tetap seperti itu. Doh, mumet banget dah.
Padahal notifikasinya masuk! Cuma saya tak bisa balas komentar terus lihat postingan, juga tidak bisa untuk edit-edit postingan via tablet. Berkali-kali saya coba ulang log in, juga bongkar pasang Jetpack dan segala macam yang bisa saya lakukan, tidak berhasil. Kan malesin banget ya? Sudah capek-capek migrasi ke swakelola, eh tidak bisa maksimal digunakan.
Setelah semua bingung itu, saya sembahyang. Ya siapa tahu dapat ilham setelahnya… meski akhirnya tidak dapat ilham juga, sih. Namun setelah saya selesai beribadah, ada notifikasi komentar baru yang masuk ke tablet saya, saya coba balas dan… bisa.
Ini ajaib sekali. Ternyata Tuhan jauh lebih mengerti teknologi daripada saya… #eh.
Betulan, lho. Di situlah saya baru yang sedikit percaya kalau kesulitan itu sebenarnya datang dari Tuhan juga. Ketika kita sudah melakukan semua cara tapi gagal, atau sudah mustahil banget, kita tinggal melakukan tindakan sederhana bernama sembahyang atau berdoa. Yang sebetulnya tidak perlu lama-lama, paling lima menit doang. Setelah sembahyang, semua jalan seolah terbuka, persoalan itu menemukan jalan keluarnya. Atau, Tuhan memberi keajaiban supaya semua masalah itu bisa ketemu selesai.
Tuhan itu baik, ya. Kita tinggal menyerahkan permasalahan saja pada-Nya, habis sembahyang dan seperti sulap, semua selesai. Saya jadi berpikir, enak banget ya jadi manusia… lha kok tapi masih banyak orang (termasuk saya) yang kadang suka mengeluh, ya?
Ini peringatan buat saya sendiri sih supaya tidak boleh mengeluh lagi :haha.
Semarang, 2 Desember 2015.
***
Percayakah Dirimu Dengan Kekuatan Sembahyang atau Doa ini?
Membaca tulisan Gara, saya merasa sedikit tertohok loh. Hehehehe. Seringkali saya mengeluh dan mengingat diriNya pada saat tertentu saja (biasanya pas lagi bad mood atau kesusahan). Kalian sendiri gimana? Percaya gak dengan kekuatan sembahyang atau doa seperti yang dikatakan oleh Bli Gara? Btw, selamat untuk rumah barunya ya Gar.
Saya pun jadi teringat sebuah lirik lagu lama:
I get down on my knees and pray
Tapi saya sendiri lupa lagunya siapa dan judulnya apa. Hehehe. Terima kasih banyak Gara sudah sharing tentang kekuatan sembahyang atau berdoa ini. Sesuatu yang mungkin kita sering lupakan dan abaikan karena kebiasaan. O iya, yang mau kirim artikel untuk guest post, bisa baca di Ketentuan Guest Post di FebriyanLukitoCom yak.