Aquamarine – sebuah film remaja keluaran tahun 2006 dengan bintang-bintang muda seperti Emma Roberts, Jojo dan Sara Paxton. Film ini berkisah tentang Aquamarine, seorang putri duyung yang naik ke daratan untuk mencari cinta sejati. Melawan keinginan ayahnya sang penguasa lautan, dia harus mendapatkan cinta dalam 3 hari.
Emma Roberts dan Jojo adalah dua sahabat sejak kecil yang akan terpisah karena ibu Jojo mendapatkan pekerjaan di Australia. Mereka menolong Aquamarine dengan tujuan mendapatkan wish yang akan diberikan kalau mereka menolong putri duyung. Eniwei, post kali ini bukan review film yak.
Ketakutan Dalam Hidup
Dalam film ini, baik Jojo maupun Emma Roberts (pemain utama di serial Scream Queen sekarang ini), memiliki ketakutan dalam hidup mereka masing-masing. Sama seperti manusia pada umumnya, seperti kamu, aku dan mereka.
Sangat wajar, karena memang itu yang membuat kita manusia. Membuat kita merasakan semuanya. Tapi…. apakah berarti kita harus hidup dalam ketakutan dalam hidup kita itu? Sampai kapan? Dari film Aquamarine ini, kita bisa belajar mengenai ketakutan dalam hidup ini.
1. Takut Akan Kesendirian
Jojo yang harus ikut dengan ibunya ke Australia dan juga Emma Roberts merasakan ini. Mereka takut kalau mereka tidak akan bersama lagi. Mereka takut akan hidup sendirian. Itu ketakutan dalam hidup mereka dan menjadi hal yang mereka harus hadapi, mengingat keberangkatan semakin dekat.
Keduanya takut persahabatan mereka akan hilang karena jarak – duh jadi inget masa LDR – an. Dan saya sih yakin banyak yang merasa ketakutan dalam hidup yang satu ini, apalagi pas malam minggu atau long weekend kayak gini. “Situ jomblo ya??? Sendirian aja.”
Baca juga: Malam Mingguan Untuk Jomblo
2. Takut Akan Kehilangan
Kalau yang ini saya nangkepnya bukan dari Jojo ataupun Emma Roberts bahkan Sara Paxton tapi pada karakter yang dimainkan oleh Arielle Kebbel. Arielle memerankan sosok gadis kaya yang suka banget mengganggu Sara dalam mendapatkan cinta yang dicarinya itu.
Gadis kaya yang angkuh dan banyak tingkah. Itu yang saya lihat. Menyebalkan memang. Tapi dari sikapnya itu, kita bisa lihat kalau dia ini sebenarnya punya ketakutan dalam hidup yang besar, yaitu takut akan kehilangan. Dia itu takut kehilangan kekayaannya, popularitasnya, cintanya.
Hingga akhirnya dia benar-benar kehilangan semuanya – for real.
3. Takut Karena Trauma
Nah yang ini dialami oleh karakter Emma Roberts. Dia mengalami trauma dengan air karena orang tuanya meninggal di laut – kecelakaan. Sejak itulah dia gak berani mendekati laut – walau rumahnya sih tepi pantai. Duduk di pantai aja palingan dia.
Di dalam satu adegan, dia berteriak-teriak histeris saat ingin diceburkan ke dalam kolam renang juga. Ketakutan dalam hidup karena trauma ini terbawa hingga…
Hadapi Atau…
Yes, pilihan yang kita punya terkait ketakutan dalam hidup kita itu ya menghadapinya atau didiamkan saja. Seperti yang diakukan oleh Emma Roberts. Di adegan mendekati akhir film, dia terjun dan berenang demi menolong Aquamarine yang didorong ke laut.
Bersama Jojo, dia akhirnya berhasil mengalahkan ketakutkannya – demi menolong orang yang disayanginya. Memang kalau dalam filmnya, itu cepat banget tapi berasa banget remindernya. Bahwa kita harus mengatasi ketakutan kita sendiri.
Demikian juga terkait persahabatannya dengan Jojo. Mereka mengatasinya dengan jiwa besar. Bahwa peluang ibunya di Australia lebih besar dan persahabatan mereka akan selalu ada walau jarak memisahkan. Well, agak klise memang tapi kerelaan jiwa seperti itu yang diperlukan.
Memikirkan orang lain – terkadang ini yang dibutuhkan dalam mengatasi ketakutan kita. Dan tentunya kesadaran akan pentingnya mengatasi ketakutan itu sendiri.
Kalau gak? Seperti si tokoh antagonis, ketakutan dalam hidup yang dialaminya, takut akan kehilangan, pada akhirnya menjadi kenyataan. Dia kehilangan cintanya (cowok yang ditaksirnya lebih suka Aquamarine), kehilangan mobilnya – dan mungkin kalau diteruskan kehilangan popularitasnya.
Kamu, Saya, Dia Dan Ketakutan
Kamu, saya, dia, mereka – semua memiliki ketakutan dalam hidup. Pastinya. Seperti yang saya bilang di awal, semua ketakutan itu wajar. Yang gak wajar adalah hidup dalam ketakutan itu.
Saya sendiri juga punya ketakutan, bahkan lebih dari satu kayaknya. Yang paling berasa itu ya takut ketinggian. Dan… masih sampai sekarang, tapi gak berarti saya hidup dalam ketakutan. Melihat dari ketinggian itu tetep bikin saya takut, cuma sekarang gak kayak dulu. masih berani lihat. kalau dulu sih diam membeku.
Ada satu kutipan yang saya suka soal ketakutan dalam hidup ini, menurut kamu gimana?
Tentu, sebagaimana sifat dualitas. Ada takut yang berdampak positif… walaupun yang banyaknya berdampak negatif…
Setuju. Moga sih memilih yang positif ya ke depannya
Kadang pas berani menghadapi ketakutan, dlm artian keluar dari zona nyaman, ternyata yang dirasain, “Ealah cuma gini doank to? Tau gtu dari dulu ketakutan ini kulawan.” 😀
Gampil ya mbak ternyata pas kita coba lakukan.
Saya juga takut ketinggian. Dan ternyata bikin jadi takut kedalaman juga. Jd gak berani snorkeling n diving tuh.
Wahhh…. sama kita ya mbak.
Eh tapi indah banget loh itu alam bawah laut mbak. Kapan2 coba deh. Pakai alat bantu aja dulu 😀
Sering sekali kita terlalu berlebihan akan sebuah ketakutan… padahal realita yang bakalan terjadi sering sangat jauh dari perkiraan. 😀
Iya mas. Kita cenderung seperti itu… kata anak sekarang sih lebay ya
Yes, hidup pasti banyak worry-nya. Kalo gak gitu kayaknya gak gre-get yah hidup ini. Makasih atas sharingnya.
Asal gak selamanya hidup dalam kekhawatirannya itu sih gpp mbak.
Sami2. Makasih dah berkunjung dan komen di sini.
Rasanya yaaa dari lahir ga punya rasa takut dengan apapun kecuali yg namanya binatang melata itu loh *nyebutinnya aja males dah ..
Eh tapi tahun ini kok aku merasa ada ketakutan sesuatu #lah kok #curcol ha ha ha ha
Ayo curcol. Hahaha….
gak ada satu pun tah?
Ngomongin takut mah pas jaman ko-as, skrg udah lama gak ngerasain takut. Hajar ajah.. Hahaha..
Klo ngobrol ma temen2 kampus, stlah jd drg rasanya semua bs dihadapi ?
Hahaha… semua ketakutan itu gak terbukti ya Nit?
ya harus dihadapi ya… toh gak bisa diapa2in kan ya selain dihadapi… 🙂
Setuju ko…. bangets malah.
Merasa takut mungkin itu memang sunatullah bawaan dari lahir ya. Mungkin itu alasan mengapa setiap bayi yang lahir menangis “takut” tetapi nyatanya tetap saja hidup merangkak, berdiri dan besar. Sejatinya ketakutan memang untuk dilawan bukan untuk dihindari. Sama seperti kita untuk tetap bertahan hidup bukan memilih mati dengan bunuh diri. Terima kasih reviewnya mas. Kerennn..
Ini bukan review kok mas Irman. hihihhi.
Tetap bertahan hidup menghadapi semua yang dihadapi ya mas. Makasih kunjungannya dan komentarnya mas
Kalo kata Tay-Tay sih just shake it off-shake it off. Wuowowowooooooo.. *nyanyik
Etapi ketakutan semuanya ada di pikiran kan. Belom tentu apa yang ditakutkan bakalan jadi kenyataan dan meskipun emang wajar manusia ngerasa takut, ya kudu bisa overcome itu.
Tay tay siapa ya??? *dikeplak*
Yes Dan. Ketakutan kdg hanya dalam pikiran. Dan semua itu berjalan seperti itu. Dipikirkan. Dipikirkan. Dipikirkan. Smp akhirnya mundur.
Ngomongin ketakutan itu banyak banget. Tapi ada masanya saya berusaha kuat dan tidak menunjukkan ketakutannya. Rasanya seneng kalo berhasil menghadapi ketakutan itu.
Rasanya seneng banget ya Lia.
Ada tips menghadapinya gak Lia?