Ya… tapi kita ini hidup di dunia ini untuk…
Untuk apa? Untuk memilih! Ingat itu
Kutipan di atas bukan diambil dari buku atau dialog mana pun kok. Itu hanya pemikiran saya yang secara tiba-tiba saja datang saat menulis ini. Entah kenapa, saya pun tak paham, saya menulis tentang ini padahal draft yang nangkring itu masih banyak yang belum diteruskan. Ya tiba-tiba aja ingin menulis soal hidup.
Hidup…
Membahas apa itu hidup mah bukan sepertinya bukan ranah saya, masih gak kuat saya membahas yang mendalam soal hidup itu apa. Di sini saya hanya ingin mengatakan kalau dalam perjalanan hidup setiap orang, di mulai sejak kelahiran kita menjadi dewasa hingga nantinya tua dan meninggalkan kehidupan ini, kita akan selalu dihadapkan pada banyak pilihan.
Yes, life is full of choice, whether you like the choices presented to you or not.
Mungkin ada yang akan bilang bahwa pas masih kecil (kisaran SD, SMP sampai saat tertentu pada SMA), kita tidak pernah diberikan pilihan, hanya ditunjukkan jalannya saja oleh orang tua. Tapi sebenarnya di sepanjang rentang waktu itu kita juga sudah dihadapkan dengan pilihan kok. Mulai dari memutuskan akan terus sekolah atau tidak setiap harinya, atau juga dalam hal berteman dengan siapa.
Orang tua akan memberi masukan atas teman yang kita pilih tapi ujung-ujungnya semua adalah pilihan kita sendiri. Lalu apakah pilihan itu berhenti hingga di situ saja? Tidak kan? Setiap saat kita diberikan kesempatan untuk memilih. Kuliah di mana, jurusan apa dan kerja bagian apa, seperti yang juga dialami oleh teman saya yang psikolog itu juga. Kemudian kalau sudah berhasil menentukan hal-hal itu, akan ada banyak lagi pilihan-pilihan lain yang menanti.
Bisa saja seperti apakah akan terus bekerja di perusahaan itu terus ataukah pindah kuadran. Atau juga apakah akan menikah atau terus menjomblo (ini pilihan juga loh hahahaha). Mau jadi orang tua yang cuek atau orang tua yang peduli sama anaknya walau kerja keras untuk keluarga, dan lainnya dan lainnya dan lainnya. Banyak deh intinya pilihan yang ada di dalam hidup kita.
Nah terkadang, di antara pilihan-pilihan yang dihadapkan ke kita itu, ada yang mengharuskan kita memilih yang terbaik di antara yang terburuk. Pernah ada pengalamankah? Seperti misalnya saya tuh beberapa waktu lalu. Di saat harus memilih di antara pilihan yang tidaklah baik. Tapi ya saya harus memilih hingga akhirnya saya pun memutuskan yang terbaik di antara yang terburuk itu.
YOURS
Whatever you choose, please be noticed that it is yours. I mean, other can give you so many inputs about the things you need to decide but at the end it is your decision.
Setuju gak dengan kutipan di atas?
Nah sayangnya sih, yang saya perhatikan dan kadang saya pun juga gitu, di saat kita merasa pilihan kita ini tidaklah seperti yang kita harapkan, kita cenderung mencari celah dan menyalahkan seseorang atau kondisi lainnya yang bisa disalahkan – kalau istilah kerennya ya mencari Kambing Hitam, walaupun kambing yang berkeliaran lebih banyak yang putih. Ini ya bagian dari sifat dasar manusia, yaitu egois dan tidak ingin disalahkan.
Namun, sebenarnya satu hal yang perlu kita perhatikan adalah bahwa dalam setiap pilihan dan yang akhirnya kita putuskan, kita hanya perlu ingat satu hal, yaitu tanggung jawab. Semua pilihan yang sudah kita pilih, entah itu terbaik di antara terbaik ataupun terbaik di antara terburuk, adalah baik jika kita memilihnya dan bertanggung jawab atas apa yang telah kita pilih itu.
Bertanggung jawab artinya kita menerima kenyataan bahwa pilihan itu ada dan kita sudah memilih. Bertanggung jawab berarti kita mendewasakan diri kita atas kehidupan kita ini. Bertanggung jawab berarti kita mensyukuri apa yang telah kita pilih dan bersyukur atas kehidupan kita ini. Kembali lagi, kita akan dihadapkan dalam pilihan, apakah akan bertanggung jawab ataukah tidak.
Nah kalau sudah begini, jika ada yang bertanya: Hidup ini dalam genggaman siapa? Apa jawabannya?
Ada mau share-kah pengalaman tentang hidup, pilihan dan tanggung jawab?
94 Comments
Setuju sm tulisan ini -> Whatever you choose, please be noticed that it is yours. I mean, other can give you so many inputs about the things you need to decide but at the end it is your decision.
Uhm, klo gw share nti kepanjangan *tsah gaya* :p
Makasih Yeye.
Share kepanjangan gpp. Dalam bentuk postingan baru. Hahaha.
Dalam genggaman tangan Tuhan.
Menurut saya, kita sendirilah (dengan memohon bimbingan Tuhan) yang semestinya menentukan langkah kita, pilihan-pilihan yang kita ambil untuk kebaikan hidup kita. Memang, ada kalanya pilihan kita salah menurut kacamata orang lain, tapi bukan berarti lantas kita harus mengikuti orang lain itu.
Meminta saran dari orang lain boleh, tapi keputusan tetap ditangan kita
Nah ini. Saya baru keingat. Ujung2nya memang Dia yang berkuasa.
Makasih Mbak. Setuju banget tuh. Kadang org menilai keputusan kita ini salah. Tapi balik lg ini adalah hidup kita. Yang pastinya dah kita pikirkan masak-masak ya dg bimbingan dariNya juga.
Ada pengalamankah Mbak? Mungkin bisa sharing juga. Atau mungkin tips bertanggung jawab atas pilihan yang sudah dipilih
Setuju sih sebenarnya, tapi kadang dalam hidup ada keputusan yg harus diambil bersama. Misalnya dlm keluarga: kita pengennya hidup kita menuruti jalan kita, tapi ada ‘something’ dlm keluarga yg membuat kita nggak bisa menjalankan apa yg sdh kita pilih.
Itu akan kembali ke pribadinya juga mnrtku Grant. Misalnya kalau org itu bukan org yang “peduli” keluarga. Mungkin keputusannya akan personal utk dia.
Tapi aku dapat pointmu dan setuju juga dg pendapatmu soal diambil bersama. Walaupun kondisinya ini adalah “terbaik utk bersama” kita juga harus bisa bertanggung jawab kan? Karena ya balik lg, bisa saja saat dihadapkan yang seperti itu kita memilih utk egois kan? Jd kalaupun memilih yang bersama, itu mungkin yang jauh lebih baik dr yang egois.
Iya Ryan. Setuju. Makasih ya. 🙂
Hahahaha. Kepanjangan ya jawabanku tadi.
Nggak kok Ryan. Jawabannya bagus dan mengena. Hehehe
Makasih Grant.
Just enjoy kan yak. Whatever it is
Setujuh, sedelapan, sesembilan, dst, enjoy aja. 😀
Lanjut. Gak boleh berhenti kalau belum sampai 1jt. Hahahaha
Waduh! *langsung sesak napas. Kabur ah.. hahaha
Kabur kemana? Cari ASAP ya?
Hiyaah… cahriih hasapphh… hosh hosh hosh..
Cemungudh kk
Makasih dd. 😀
Sempet ngerasa salah.. dan bertanya bener nggak keputusan yang udah diambil dalam hidup. Dari yang kerja diluar dgn karir yg udh dirintis gak cuma setahun dua tahun, terus memutuskan buat resign dan jadi IRT. Jujur berat bgt di awal.. nyesuain diri dr segi finansial (yg biasa mandiri) trs jd dependent, bikin drop bgt (gaktau, gak suka aja ketika itu make uang dr suami, bukan uang sndr hehehe). Pun komentar2 dr pihak luar yg menyayangkan pilihan ini. Tp terus bs dibilang saya menyerahkan hidup ini dlm genggaman Tuhan.. alhamdulillah ikhlas, lepas.. dan enjoy banget sekarang. Orang boleh komen apa aja, tp yang menjalani saya hehehe.. curcol nih mas Ryan.
Org boleh komen apa aja tp yang menjalani diri sendiri. Suka ini.
Curcol diperbolehkan kok di sini. Tenang. Gak ada tagihan. Hahaha.
Sepertinya menarik nih kisahmu Dila. Bagaimana berjuang bertanggung jawab akan keputusan yang diambil. Dan gejolak batin di dalamnya.
Hihihi, iya mas.. been there done that, kalo mau diterusin bisa panjaaang ini :p.
Skrg emang bener2 bertanggung jawab atas pilihan yg udah diambil, kaya milih jadi stay at home mom berarti “saya harus punya prestasi” dlm hal ini, sounds ambitious ya mas? Aku anggep kaya pas aku ngantor, aku hrs capai level ini, dapet promosi dll.. ya sama aja sih, cm kl dlm kehidupan skrg ya tolok ukurnya yg bikin aku sendiri hahahhaa… kaya rumah harus cling, masakan enak, suami seneng, dan anak beres. Beres dlm artian luas ya.. dapet afeksi full dari aku salah satunya. Perempuan dalam citra traditional bgt tp itulah yg aku nikmati skrg..
Trus, semua itu cm aku terapin ke diri sndr sih.. soalnya aku jg gak suka “berkompetisi” sesama ibu2 (nahlo, banyak lho mas kompetisi dikalangan buibu kekinian :p). Panjang ya mas, habis topik tulisannya asik nihh… curcolable hahahahaha
beluman jadi ibu, tapi udah ngeliat & ngerasaiiin banget kompetisi buibu kekinian. a friend said, kejamnya ibukota sama kejamnya dengan (judgement & kompetisi) buibu kekinian gitu katanya, hahahha 😀
semoga mbak dila bukan ibu2 yang kayak gitu ya mbak. biar aku ga jiper, hihihi 😀
Nggakkk tenang aja San, huahahhaha… tapi aku bergaul banyak dengan mereka, dan its OK sih.. curi ilmunya aja buat upgrade diri :p
Mau ngobrolin apa vs apa?? Huahahahha… dr normal – sesar, asi – sufor, mpasi homemade – pabrikan, sudah kenyang aku :p
Jadi gimana nihhh, tulis aja nih buibu kekinian? Hihihi
Tulisssss.
Sayanya loh br tahu ada istilah itu. Hahaha
Buibu kekinian? Apa tuh? Hahahaha. Sepertinya sy bisa membayangkan sebuah postingan baru untuk ini. Hahaha.
Keren Dila. Walau di rumah tapi tetap memberi target ke diri sendiri. *lgs jleb ke dalam banget nih*
Ibu2 dimana akses informasi udh jauh lbh mudah didapet dibanding Ibu2 jaman dl. Ibu2 yang tinggal dimasa socmed jd temen sehari2 dan bisa share apapun disana, imho ini bs menimbulkan kompetisi terselubung/gak langsung.. secara manusia kan senang terkoneksi dgn yg lain1 dan seneng diakui keberadaannya. Ahh ini cm opini dr buibu (rada) kekinian jg mas Ryan.. :p
I see. Ayo. Updet kekiniannya. Jangan kalah sama yang lain. Hahahaha
setuju sama quotenya, mas 🙂
tahun 2011, saya berada dalam situasi dimana saya “kehilangan segalanya, kehilangan semua orang yang saya cintai”. saya sempet depresi lho, sampe gak bisa makan, gak bisa tidur. memutuskan minum obat yg bisa bikin tidur selama 12 jam agar supaya gak nangis terus! watta life 😀
ada 2 pilihan, tetap terpuruk atau bangkit. saya memilih bangkit. there’s rainbow after the storm. skrg mah alhamdulillah bahagia 😀 horeeeeee curhat di lapaknya mas ryan :p
Wahhhh. Mbak. Salut sama dirimu yang berhasil bangkit. Pasti kisah luar biasa itu. Dr jatuh hingga akhirnya bangkit lagi. Bukan hal mudah mbak. Untungnya dirimu bangkit jadi bisa share di sini.
Eh di sini mah siapa aja boleh curhat kok. Monggo. Gak da pungutan biaya. Beneran.
Selain mencari kambing hitam kadang sering larut dlm penyesalan kalo ternyata pilihan kita salah, makanya aselain nulis blog aku sering nulis di sticky note yg aku tempel di bagian bagian yg aku sering liat atau mana gt…
Ibu Peri akhirnya nongol lagi. Yayy.
Jadi di blogmu banyak ya kisah spt itu?
Sebenernya sih iya, cuma nulisnya kurang mendalam dan nggak sekeren punya kokoh ryan :P, dulu awalnya nulis di FB. Biar apalah ya entah 😀
Hahahaha. Mendalam? Sumur kali bu peri. Dalam. Hihi
Ya kan memang tujuannya utk reminder pribadi kan ya? Gak apalah. Yang penting jd ingat.
Iyaaaa, sementara ini jadi reminder buat diri sendiri makanya dimasukin kategori note to myself. Maklum masih suka cetek mikirnya dan masig amatiran jd ibu perinya 😛
Hahahaha. Bu peri merendah ah.
Hidup juga pilihan untuk senantiasa bersyukur ato kufur ya, Mas? 🙂
Bner jg ya, kita dari kecil sudah memilih sesimpel milih makan apa, nurut ortu apa engga, dsb.
Iya. Hidup jg milih mau bersyukur atau gak.
Pernah alami gak Nad? Kesel atau salah milih. Dll
Salah milih sih engga ya rasanya, tapi lebih ke am I too young for this, terlebih ke soal motherhood thingy ya 😀 Tapi kan saya sndiri yg pengen, jd hanya perlu menyadari bahwa this is indeed actually ultra challenging, not hard.
Nice choice Nad. Ultra challenging instead of hard.
Yes, yakin ini bukan pilihan yg salah adalah dgn berpikir mengenai kenyataan bahwa kalaupun saya skrg tdk dalam posisi ini, posisi saya skrg inilah yg akan selalu saya idamkan dan saya kejar 🙂 So, I’m sure I’ve made a right choice.
Ada tantangan di tengah jalannya kan tidak selalu berarti bhwa kita telah mengambil pilihan yg salah, kan?
Betul. Batu di tengah jalan justru membuat perjalanan lbh menyenangkan. Tidak hanya lurus tanpa gangguan.
Dan batu pasti ada di mana-mana kan 🙂
Betuuulll.
Kalau gak da, mana ada tuh batu akik.
Hyahahahha, bener jg tp… anggap aja batunya batu akik yah kalo ada.
Tull
Berat postingannya hari ini *padahal kemarenkemaren belom baca juga.
We are indeed the actor, the one who makes the decision and whatever the result is we can’t put it to others. Thus hopefully others will also understand that they are not standing in our shoes so that they should never asses what we have based on what they have.
Hahahaha. Dah terlalu lama gak nulis ginian Dan. Gw sendiri bingung napa tiba2 aja pengen nulis ini.
Agree. They can say whatever but they don’t know how we actually are
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” [QS.13:11]
kira-kira ya seperti itulah 🙂
Jadi sebenarnya semua memang di diri kita sendiri ya mas. Allah akan mengubah kalau memang kitanya juga berusaha ya
soal apa yang terjadi berikutnya, itu hak prerogatif Allah. yang jelas, kalau nggak usaha, sudah pasti nggak akan mendapatkan apa2
Usaha dulu baru ya bisa kita mendapatkan jika memang sudah menjadi hak kita
Wah mas, saya lagi galau soal beginian. Saya itu aneh. Di awal saya sudah yakin untuk memilih suatu pilihan karena saya tidak tahu apakah saya bisa atau tidak, apakah akan mengecewakan atau tidak. Saat di tengah jalan, saya sadar kalau saya belum bisa, terlalu berat. Ketidakcocokkan saya selalu muncul setelah saya di tengah sebuah pilihan. Di situ saya bingung, saya pengen bertanggung jawab tapi kalau saya teruskan nanti yang lain akan kena dampak kinerja saya yang jelek. Itu mungkin sedikit curcol mas. Hehe
Sekali lg curcol di sini sangat diperbolehkan kok. Tanpa biaya. Hahahaha.
Kalau sudah seperti itu, ada baiknya kamu mundur sejenak atau diam sejenak. Pikirkan apa yang menurut hatimu.
Satu sih yang saya pegang. Kalau kerja dah gak dengan hati, hanya akan sia2.
Semangat ya. Bertanggung jawab atas pilihan juga gak berarti harus diam dalam pilihan itu selamanya.
Oya, komentar di sini dengan di blog itu berbeda ya? :0
Ada kok. Ini komennya muncul semua.
Oh ya bagus hahaha
Blog mana? Bec? Kalau bec sih ya bec. Hahahaha. Di sini kan pribadi saya punya.
Gak, maksudnya komentar ini kan dari timeline reader. Saya lihat ke blog anda kok gak muncul komentar saya
Masa? Coba saya cek bentar.
Btw jgn pakai anda. Hahaha. Formal banget.
Lah saya masih muda banget ini haha. Masa pakai “kamu”? Hahaha.
Nama gak apa. Mas atau bang. Selama bukan om pak opa. Hahahaha
Oke oke, mas. Hahaha
Oh, terima kasih haha.
Wah saya seperti itu sebenarnya. Anehnya itu entah saya kena kelainan atau apa, ketekunan dari hati saya selalu berubah. Awalnya ya oke hati bilang sedemikian rupa sehingga saya terlihat sangat positif. Nah pas di tengah proses itu saya kembali ke saya yang asli.
Wah, terima kasih, mas, masukkan yang sangat bagus. Tinggal memikirkan konsekuensi yang mungkin akan terjadi.
Semua org mengalaminya kok. Sekalipun dia melakukannya karena passionnya atau karena memang hatinya menyukai hal itu. Akan selalu datang masa di mana bosan ataupun keengganan melakukannya muncul.
Iya sih. Kadang apa yg kita pilih apalgi berkaitan dgn kuliah msih terikat dgn kputusan ortu. Ortu pgennya sy kuliah di sini, sy pgen kuliah jurusan yg ini. Tp akhirnya nurut sm ortu. Dan alhamdulillah skrg bersukur karna pilihan ortu dahulu mempermudah dan mempercepat jalan saya mendapat pekerjaan
Ortu biasanya memilihkan yang terbaik untuk kita. Ya kan?
Dan ternyata jawabnya, iya, hehe.
Tapi gak jarang yang bertengkar karena masalah pilihan ortu ya
Hidup itu ada dalam genggaman saya, disertai dengan restu orang tua dan dibarengi dengan takdir Tuhan… #halah ngomong opoooo aku iki 😀 hahaha…
Duh omongan asal aja kayak gini. Apalagi kalau yang gak asal mbak. Keren abis pasti kayak blognya.
hahha…mas ryan nih bisa aja…
oita, btw…makasih sudah mampir blog aku ya 🙂
dan sering2 mampir ya hehe..
Sering kok mampir. Apalagi kalau baca yang soal blogging. Cuma kadang gak tulis komen sih.
Saya suka bagian yang di quotee-nya mas Ryan.
bagamana pun juga memang setiap pilihan itu akan ada konsekuensi dan tangggung jawabnya
Quote yang mn Ra?
dua duanya mas Ryan, yang di awal dan dipertengahan
Makasih Ira. Ada pengalamankah soal memilih?
jadi inget tulisan aku sendiri soal pilihan dan tanggung jawab itu loh mas 😆
Ndak ada penyesalan kan
ndak ada mas Ryan…kan tujuan buat bikin postingan itu lebih ke pengingat buat diri sendiri
Tulisan sebagai pengingat itu bermanfaat banget ya.
banget mas Ryan..minimal ngingetin diri sendiri, biar kalau lihat-lihat tulisan lama bisa dibaca lagi
Iya. Kadang suka ketawa sendiri sih kalau baca tulisan lama. Hahaha.
Saya suka dengan kalimat ini :
“Namun, sebenarnya satu hal yang perlu kita perhatikan adalah bahwa dalam setiap pilihan dan yang akhirnya kita putuskan, kita hanya perlu ingat satu hal, yaitu tanggung jawab.”
Makasih Wien. Ada pengalaman soal memilih gak yang mau di share?
Terima kasih kembali, Ko Ryan. Pengalaman ya? Emm mungkin bisa lihat postingan “Jakarta, hmm” di blog saya, sekalian buat fulfill rasa ingin tahumu tentang asalnya saya, haha.. 😛
Huahahaha. Baik. Nanti ke tkp deh.
Berbicara soal ini tidak bisa terlepas dari soal takdir. Meskipun ada hal-hal yang ditentukan sebelum kita lahir, dalam hidup, manusia diberi kebebasan untuk memilih. Mau kuliah di mana, mau kerja di mana, mau jadi orang yang baik perilakunya atau sebaliknya, kita bebas memilih. Dan ya, setiap pilihan tentunya membawa konsekuensinya masing-masing.
Dari yang Mas Ryan sampaikan di atas, terutama di bagian akhir, aku jadi semakin paham bahwa kita harus bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil. Seperti kalau kita keserempet motor karena jalan sambil lihat ponsel, kita tidak bisa hanya menyalahkan pengendara motornya :D. Thanks for sharing, Mas 😀
Sama2 Ami.
Memang takkan bs lepas dr Tuhan juga. Tapi tetap kita yang memutuskan memilih atau tidak. Imho ya.
Berarti hidup ada dalam genggaman tangan masing-masing, ya. Paling tidak, saya bersyukur bisa membaca tulisan ini :haha. Yang kemarin-kemarin kita lupakan sajalah ya, mari menatap hari esok dengan sesuatu yang baru. Tak ada pilihan yang salah, yang ada hanyalah apakah menyesal dengan pilihan yang dibuat :)).
Balik ke masing2 Gar. Kalau merasa di tangan masing2 monggo. Di tangan yang Kuasa monggo. Di tangan org lain jg monggo. Hehehehe.
Yup. Tak ada pilihan salah. Hanya ada pilihan yang membawa kita belajar. Menyesal pun tak guna kan. Lbh baik belajar darinya
Belajar… belajar… belajar… :hehe.
Yap, setuju :)).
[…] is a journey, my friend, enjoy it. Choose your way to enjoy it, it is in your own to decide, whether enjoying it or […]
Kecuali memilih keluarga mana yang akan menjadi bagian dari diri kita ya, Bang.. 😀 Itu sih dipilih oleh Tuhan.. 😛
Memilih buat bekerja di mana.. Menghabiskan hidup bersama siapa.. Uwuuuuu~
Ah benar Beb. Itu bawaan. Hehehe.
Jadi kerja di mana?
Aku pikir kamu dah fix sama yang di sana itu. Blm ya? *gosip*