‘Ah … JaIm lo…’
Seringkali kita dengar kata2 ini. JaIm alias jaga image. Kenapa image perlu dijaga sebenarnya?
Kalau kita coba kaitkan dalam dunia marketing… Maka kita ini adalah sebuah product. Dan sebuah product agar bisa sukses perlu dimaintain image baiknya. Jangan sampai image buruk yang muncul dan penjualan menurun.
Nah apakah kita ini juga seperti itu? Diperjualbelikan sehingga perlu yang namanya jaga image segala?
Sebenarnya, disadari atau tidak, kita memang salesman. Marketing. Atas product apa? Ya diri kita sendiri. Jadi.. Ya.. Kita menjual diri kita. Kepada siapa? Mulai dari teman, guru, atasan… Kita menjual diri kita ke mereka.
Seperti apakah kita ingin ‘menjual diri’ kita. Apakah image diri kita sudah sesuai dengan harga yang kita tawarkan?
Teringat seorang kakak angkatan pada saat kuliah kemarin. Dia terkenal sebagai yang sangat TP (tebar pesona). Setiap ada adik angkatan… Dia akan PDKT.
Image ini ternyata masih berlangsung sampai sekarang, rata-rata semua orang yang mengenalnya akan mengatakan hal itu. Dan kemudian ada satu kakak angkatan lainnya yang juga terkenal dengan senang mengatakan hal-hal yang ‘agak lebay’. Dan sampai sekarang ini pun juga masih dikenal seperti itu.
Saat ini masih banyak yang membicarakannya dengan image yang OMDO.
Image… Apakah image kita sudah sesuai dengan yang inginkan? Layaknya sebuah product yang dijual, kita harus samakan persepsi yang diberikan oleh kita dengan yang dirasakan oleh merasakannya.
Value delivered = value received. Hal inilah yang perlu kita pastikan. Apakah kita sudah lakukan ‘marketing’ yang benar? Ataukah masih ada kekurangan. Untuk itulah dibutuhkan evaluasi.
Evaluasi berkala akan membantu kita menggapai apa yang diharapkan. Dengan evaluasi internal dan eksternal, kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Tapi evaluasinya jangan hanya didiamkan saja. Setelah lakukan evaluasi, kita harus melakukan perbaikan satu demi satu agar menjadi yang lebih baik.
So… Apakah IMAGE kita sudah ok?
ryan
iya jaim yang berlebihan jg tidak baik,,ehehe
yang biasa aja ya.
Jaim itu penting. Apalagi kalau harus ngospek mahasiswa baru. Eh. 😳
Iya, emang kalau di masyarakat, kata “jaim” tuh konotasinya jelek, kesannya sama kaya sombong. Padahal kan image baik tu penting dijaga, malah harusnya ditingkatin.
betul tuh *eh bukan yang pertama ya*
konotasi jelek ini membuat kita menjauh dari kata jaim. 🙂
Kaya takut dibilang “sok alim” aja gimana. Jadi segan buat ngomong kebaikan.
susah ya kalau mendengarkan kata orang. 😀
mungkin kita bisa menjadikan image yang kita inginkan sebagai motivasi untuk mengejarnya dan menjadikan diri/produk kita lebih baik.
setuju… 🙂
Aku rasa sih kalo memang produknya sudah baik, imagenya pun pasti sudah punya nilai sendiri. Jaga image yang benar itu kalo ga sekedar polesan, depan dan belakang sudah beda bentuk dan warna. Kalo mau imagenya baik, ya berarti produknya dulu yang musti dihasilkan dengan baik pula. Parahnya kalo sekarang ya jaga image itu lebih ke menutupi yang buruk daripada menunjukkan bagian baiknya.
betul. ini yang seharusnya terjadi. dan kata-kata jaim sendiri juga sudah jadi buruk karena banyaknya yang melakukan hal itu.
Sebenarnya yang perlu kita lakukan adalah menjadi diri kita apa adanya yang terbaik. bukan berarti hanya dalam polesan tadi ya. tapi dari dalam ke luar.
Jual diri….heheeheh, asyikkkkk 😆
hahahaha. dah siap pasang harga?
I’m ready, xixixixixiiii 😆
seeep.
Wallahu’alam. Sy blm bisa menilai. Hehhe
kenapa mba?
krn nda tw, saya nih udah jaim atw blm. Hehehhe….
wah…
coba dicek lagi. Jaim gimana… 😀
wah…
coba dicek lagi. Jaim gimana… 😀
jaim penting – itu untuk menjaga karakter hahahahaha, yang gak punya karakter jaim gak ya (^-^)
siapa ya yang bisa jawab… *jaim*
Jaim itu perlu emang mas. 🙂
hehe…
sering ya Jaim. 😀
jaim itu memang perlu yaa agar tidak sembarangan dan ceplas ceplos dalam bertindak
yup…
tapi juga jangan terlalu jaim. hehehe.
yang sedang-sedang aja