Banyak… beneran deh banyak yang kalau ditanya pasti akan bilang kalau dirinya itu peduli lingkungan. Tapi apakah memang benar peduli lingkungan? Banyak juga yang lebih banyak omong doang. Banyak yang bilang peduli lingkungan tapi nyatanya masih turut dalam membuang sampah sembarangan.
Nah, baru-baru ini, saya sendiri membaca tulisan dari Mbak Catur Guna tentang kantong plastik berbayar. Terus pas dishare di facebook beliau, ternyata banyak komennya, ada yang pro dan ada yang kontra. Tapi menurut saya, yang terpenting dalam hal kepedulian terhadap lingkungan itu sih semua balik lagi ke masing-masing orang ya.
Hal yang sama juga diutarakan oleh Pak Irwan Hidayat dalam acara iklan salah satu produk Sido Muncul beberapa hari lalu. Bahwa masalah sampah ini adalah masalah kita sebagai pribadi, memulainya sendiri – bukan hanya masalah pemerintah – dari diri kita sendiri, sekarang juga.
Sido Muncul Dan Iklan Peduli Lingkungan
Sebagai salah satu brand lokal ternama, Sido Muncul ternyata juga sangat peduli dengan lingkungan. Hal ini bisa dilihat dalam iklan terbaru untuk salah satu produk mereka, yaitu Tolak Linu Herbal. Dalam acara yang diselenggarakan 3 Maret 2016 lalu, kami diajak berkenalan dengan tagline iklan baru ini.
Bintang iklan ini, Tantri (Kotak) juga hadir dan menceritakan bagaimana Direktur Utama Sido Muncul, Pak Irwan Hidayat, mendekati dia saat dia sedang menyetir (padahal lagi hamil 8 bulan loh..). Salah satu kalimat yang diucapkan kepada dia yang membuat dirinya menerima iklan peduli lingkungan ini.
Melakukan Yang Bisa Dilakukan
Seperti yang saya sebutkan di atas, bahwa Pak Irwan berpendapat bahwa masalah sampah ini harusnya dimulai dari diri kita sendiri, karena itulah iklan ini dibuat. Sebagai bentuk kepedulian Sido Muncul terhadap permasalahan sosial, yaitu sampah yang luar biasa (ayo tebak sampah plastik Jakarta berapa banyak per hari), dengan caranya.
Di dalam iklan ini, kita bisa lihat ajakan dari perusahaan jamu terkemuka di Indonesia ini untuk mengurangi penggunaan plastik. Sampah plastik, apalagi jika plastik tersebut non degradable bisa bertahan kurang lebih 100 tahun.
Kebayang gak kalau sampah plastik meraja dan semakin banyak? Karena itu juga aturan mengenai pengenaan biaya plastik dilakukan oleh pemerintah – terlepas efektif tidaknya di lapangan nanti ya. Kebijakan ini karena bertujuan mengurangi berton-ton sampah itu.
Tapi semua gerakan pemerintah akan sia-sia belaka jika masyarakat sendiri tidak merasa menjadi bagian dari program yang baik ini. Karena pada dasarnya, semua program sebaik apapun, jika tidak didukung oleh masyarakatnya akan jadi NOL BESAR.
Yang Bisa Kamu Lakukan Untuk Ikut Peduli Lingkungan
Terlepas apakah efektif tidaknya program membayar plastik di toko retail di 23 kota, seperti Jakarta, Bekasi, Depok dan lainnya, saya sih mendukung bahwa penggunaan plastik dalam hidup kita harus sudah dikurangi. Memang masih banyak penggunaan plastik di luar industri retail yang digandeng, sebut saja pasar tradisional. Adakah yang tahu rata-rata penggunaan plastik di pasar tradisional? Saya yakin lebih besar.
Dan… yang perlu bertindak itu bukan hanya pemerintah, pemerintah dan pemerintah. Tapi selalu saya ingat kata AA Gym:
Ini yang bisa kita lakukan dalam meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan kita:
1. Jangan Mau Membayar Plastik – Bawa Tas Sendiri
Cobalah sekarang mulai mengurangi penggunaan plastik dengan tidak mengiyakan untuk membayar uang plastik tersebut. Tapi mulailah dengan membawa tas sendiri setiap kita belanja di mana pun. Kalau belanjaan kita sedikit, bawa aja tanpa plastik. Masukkan tas yang memang kita bawa tiap hari (apalagi kalau wanita pasti kan selalu bawa tas tuh).
2. Jangan Membuang Sampah Sembarangan Di Mana Pun
“Ah, cuma dikit doang kok. ” Alasan yang sering saya dengar saat ada yang menegur soal membuang sampah sembarangan. Tapi pernah gak terpikir, kalau satu orang berpikir seperti itu, dengan jumlah orang Jakarta yang banyak, kebayang gak berapa banyak sampah berserakan.
Satu yang saya suka sedih adalah setiap ada acara Car Free Day – pernah datang ke area CFD setelah jam selesai? Berapa banyak sampah yang kalian temukan saat acara CFD selesai? Semua yang melakukannya berpikir: “Ah, ada petugasnya ini nanti yang bersihkan.”
Karena itulah, setiap teman saya (pejalansenja.com) menulis trip, saya selalu menekankan ke dia untuk mengingatkan masalah sampah ini. Saya sendiri pernah mengalami saat ikut kegiatan Jakarta Clean Project dari Helping Peduli Sosial beberapa tahun silam.
3. Bisa Mulai Dengan – Merapikan Bekas Makanan
Pernah satu hari, saya dilihat oleh seluruh pengunjung toko penjual donut dengan inisial kembar di salah satu mall. Tahu alasannya? Awalnya saya pikir karena ada yang salah dengan pakaian saya. Ternyata karena saya merapikan meja saya dan membawa nampan berisi bekas makanan saya ke counter.
Hal yang memang sudah saya mulai biasakan, terutama di restoran cepat saji. Toh, tempat sampahnya sudah disediakan. Tinggal rapikan, bawa nampannya. Beres kan? Tapi entah kenapa, semua itu menjadi aneh kalau saya lakukan – ya jadi tontonan gitu. Emangnya saya film gitu ya?
Tapi, pada saat lain, saya bertemu dengan warga Indonesia di luar negeri. Menikmati makanan di restoran cepat saji serupa tapi dia bisa merapikannya – karena memang aturannya demikian. Kenapa tidak bisa dilakukan di Indonesia? Satu pertanyaan yang sampai sekarang saya tidak bisa jawab selain:
Masalah Lingkungan Ini Masalah Kita Semua
Yah, sekesal apapun saya, termasuk kalau melihat sampah keluar dari sebuah mobil mewah yang sedang melaju di jalan, saya hanya bisa memulainya dari diri saya sendiri dan mengajak beberapa teman saya untuk melakukannya juga.
Peduli Lingkungan itu adalah tanggung jawab kita semua, bukan hanya milik pemerintah ataupun perusahaan-perusahaan besar. Semua – dari yang kecil hingga yang tua, dari yang tak mampu hingga yang kaya. Kenapa kita tidak peduli terhadap lingkungan kita seperti yang dilakukan oleh Sido Muncul melalui iklannya itu?