Febriyan Lukito

Inspirasi – Dari Teknisi Jadi Koki

Kejar Passion Kamu, Dari Teknisi Jadi Koki – Ikutan bazaar itu memang banyak belajar, seperti yang saya tuliskan dua minggu lalu beberapa bulan lalu tentang Bazaar Sarapan Pagi di Komplek Perumahan saya. Dan saya pun belajar dari seorang chef tetangga bazaar, dia ini keren banget.

Dia itu mengejar impiannya, yaitu dari teknisi jadi koki. Itu pengalaman dia. Dia ini lulusan SMA (mungkin tepatnya SMK) Elektro. Tapi sekarang dia jadi chef di resto Jepang di daerah Cibubur sini. Dia ikutan bazaar karena resto tempatnya kerja ikutan.

Kejar Passion Kamu – Dari Teknisi Jadi Koki

kejar passion kamu
Inspirasi Hidup – Dari Teknisi Menjadi Koki

Namanya adalah Mas Henri. Dia bukan orang asli Jakarta namun sejak kecil dibesarkan di Jakarta *kalau tidak salah ingat – gini nih kalau pengen jadi reporter tapi gak bawa alat tulis*. Dia bercerita kalau dulu pas sekolah menengah, dia masuk ke jurusan Elektro di SMK – Sekolah Menengah Kejuruan (pas saya sekolah sih masih STM).

Memasuki jenjang pendidikan menengah bukan berarti opsi terakhir dan tidak berarti harus kita jalani selamanya – perubahan itu ada dan nyata.

Selesai sekolah, sama seperti ratusan murid yang bersekolah di SMK, mas Henri mencari pekerjaan. Sesuai dengan jurusan yang ditempuhnya, dia pun masuk ke dalam sebuah perusahaan sebagai staff di bagian Engineering. Dia pun menikmati yang namanya bekerja dan mendapatkan gaji.

Baca juga: Tips Wawancara Kerja

Jika Passion Berbicara Dalam Perjalanan Hidupmu

Ini dia Mas Henri – dia lagi siapin sushi

Namun, ternyata, pekerjaannya itu tidaklah memberinya kebahagiaan. Setidaknya itu yang dirasakan oleh dirinya sendiri selang beberapa lama bekerja sebagai bagian dari tim teknisi. Secara skill sudah tentu dia lebih paham dibanding saya masalah teknisi gitu. Tapi setelah 8 tahun bekerja dan mengalami beberapa kali promosi, dia pun mengundurkan diri.

Alasannya sederhana, karena dia tidak bahagia dan merasa bahwa menjadi teknisi bukanlah passion yang dia impikan selama ini. Dia pun akhirnya memutuskan untuk mengejar impiannya sendiri dan melamar ke sebuah restoran di hotel bintang lima sebagai waiter.

Mungkin bagi sebagian orang lain menjadi waiter itu adalah bukan opsi sama sekali – dianggap rendah. Tapi bagi Mas Henri, hal ini justru menjadi jalan pembuka yang harus dia lakukan untuk menggapai mimpinya.

Baca juga: Tips Mengenali Passion Kamu

Selama menjadi pelayan di restoran itu, setiap istirahat makan siang, dia tidak pernah berhenti mengunjungi dapur dan belajar. Dia belajar mengenai cara memasak dari koki restoran tersebut. Setelah beberapa bulan, dia pun mengatakan maksudnya untuk menjadi koki juga. Dan koki restoran itu pun menganjurkan dia untuk pindah ke bagian dapur.

Menjadi Asisten Koki? Gak Kok

Jadi apa passionmu?

Apakah dia serta merta menjadi asisten koki tersebut di dapur? Gak banget. Dia malah diminta untuk jadi tukang cuci piring dulu. Kemudian jadi helper yang bertugas menyiapkan bahan makanan untuk masak setiap harinya.

Setiap hari dia mengupas kentang, memotong wortel, menyiapkan sayuran yang akan dipakai untuk menu hari itu. Tanpa ada kejelasan kapan dia diperbolehkan membantu sang koki utama tersebut.

Menyerah? Pastinya pikiran untuk menyerah juga terlintas dalam benaknya itu. Tapi tidak serta merta dia berhenti. Karena sang koki mengingatkan dia lagi bahwa dia harus belajar.

Menjadi koki itu tidak hanya harus bisa memasak. Tapi juga harus bisa menyiapkan bahan makanan seperti yang dia lakukan sekarang. Dan sebenarnya, hal itu mengajarkan dirinya untuk belajar bersabar agar saat menjadi koki nanti dia juga bersabar dalam memasak.

Saya sebenarnya agak-agak lupa Mas Henri mengucapkan kalimat di atas seperti apa tepatnya, tapi intinya sih yang dia katakan seperti itu. Bahwa dia diajarkan untuk belajar menjadi koki. Dan ternyata…

Berhasil Menjadi Koki – Menggapai Mimpi

Nampang yang sibuk di bazaar

Setelah beberapa lama dia menjadi helper (saya lupa tepatnya berapa lama – kalau gak salah sih dua tahunan), dia pun dipercaya untuk membantu sang koki restoran itu. Hal ini agak riskan sebenarnya bagi sang koki. Karena Mas Henri tidak ada background pendidikan tata boga.

Baca juga: Pendengaranku Tidak Menghalangiku

Hitung-hitung sang koki saat itu mempertaruhkan kepercayaannya sendiri akan passion yang dimiliki oleh Mas Henri. Dia percaya akan passion dan mimpi yang dimiliki oleh Mas Henri dari kebiasaannya selama jam istirahat makan siangnya saat menjadi pelayan itu.

Menanyakan bumbu masakan, melihat cara memasak, semua itu rupanya menjadi tanda bagi sang koki bahwa saya memang punya passion dalam memasak, ujar mas Henri.

Dan hal itu menjadi berkah untuk mas Henri sendiri rupanya. Karena dari kepercayaan itulah, dia menjadi asisten koki di sana. Belajar memasak beragam masakan yang belum pernah dia bayangkan sebelumnya, termasuk memasak Zuppa Soup dan juga beragam sushi yang kini dipegangnya di resto keluarga di Cibubur itu.

Jangan Pernah Menyerah Pada Keadaan

Itu pesan terakhir dari Mas Henri ketika saya ngobrol dengan dirinya (ada pelanggang euyyy). Dia bilang, kalau memang suka akan sesuatu – passion kamu di satu hal, kejar itu. Walau pendidikan kamu sendiri bertolak belakang. Seperti saya, pendidikan saya STM tapi bisa jadi koki karena saya tidak menyerah mengejar passion saya itu.

Kejar passion kamu – karena pendidikan mungkin dibatasi karena keadaan yang “memaksamu” tapi passionmu? Itulah panggilan utama hidup kamu. Kamu yang menentukannya. Bisa jadi dirimu adalah akuntan – tapi kalau kamu suka menulis, kenapa gak? Itu yang mas Henri sampaikan pada saya. Terima kasih banyak mas Henri, mengingatkan saya untuk terus menulis dan berbagi.

Exit mobile version