Forgiveness does not change the past, but it does enlarge the future – Paul Boese
Kata beberapa orang, memaafkan itu hanya untuk orang yang lemah saja. Jangan memaafkan mereka yang telah berbuat salah, karena suatu hari kita harus membalasnya.
Gimana menurut kalian pendapat itu?
Kalau saya percaya akan karma. Jika orang berbuat buruk pada kita, tanpa perlu kita balas pun, suatu saat mereka kan menerima balasan kok. Jadi kenapa harus mendendam?
Menyimpan dendam dalam diri kita itu tidak membuat kita lebih baik kok. Trust me, been there. Menyimpan dendam membuat kita berpikiran picik. Berpikiran sempit. Semua-semua serba jadi salah. Dan akhirnya sebenarnya merugikan kita sendiri. Gak percaya?
Ok…
Saya pun pernah mendendam pada orang yang bersalah pada saya, yup… sakit hati saya rasanya tidak cukup untuk dipendam saja. Harus diluapkan kepada mereka yang telah menyakiti. Jadi terpikir untuk melakukan hal-hal buruk kepada mereka. Seperti apa? hahaha… gak perlu dibahas ya, yang pasti tidak saya lakukan rencana itu kok. Tapi saat berpikiran seperti itu, semua pikiran saya menjadi lebih sempit. Segala-galanya jadi serba negatif.
Apapun yang orang lain lakukan pada saya, sebaik apapun itu, saya anggap ada udang di balik bakwan. Saya jadi banyak berpikir negatif selalu, perlahan tapi pasti, dendam itu menggerogoti pikiran dan akhirnya berimbas juga dalam pergaulan. Saya jadi malas bertemu dengan orang lain. Lebih enak sendiri dan akhirnya menarik diri.
Untungnya, ada teman yang menyadarkan dengan caranya sendiri. Dia menyadarkan saya secara tidak langsung dan saya pun ingin mengakhiri dendam itu. Kalau tidak, mungkin saat ini saya tidak akan blogging lagi. Karena di saat saya menyimpan dendam itu, saya pun sempat memvakumkan diri dari menulis TGFTD. Rasanya beda, menuliskan TGFTD, tapi hati ini menyimpan rasa yang bertolak belakang dengan yang dituliskan. Seperti menuliskan kebohongan besar.
Setelah melepaskan dendam itu, saya pun mendatangi orang-orang yang saya benci itu dan kemudian meminta maaf kepada mereka. Saat itulah saya merasakan lega. Lega yang sangat menyenangkan jiwa. Semua sepertinya hilang. Kalau dalam komik Jepang, mungkin selama menyimpan dendam, saya sudah digambarkan berada di bawah awan hitam. Tapi setelahnya, awan itu menghilang dan saya pun melangkah dengan lebih baik.
Berapa lama saya sampai menyadarinya?
Hampir satu tahun. Lama ya… tapi selama itu juga saya merasakan pengalaman luar biasa dan memahami banyak hal, bahwa kehidupan ini memang harus seimbang. Saya mengalami hal-hal buruk bukan berarti saya buruk. Tapi justru belajar dari sana. Jika saja saya masih mendendam, saya tidak tahu bagaimana hidup saya sekarang. Mungkin saja saya tidak akan bekerja sampai di negeri seberang ini.
Jadi kutipan di awal, bahwa memaafkan itu tidak merubah masa lalu adalah benar. Masa lalu saya akan tetap sama. Bahwa kejadian itu sudah terjadi dan akan selalu ada dalam kenangan saya kok. Tapi memaafkan memperluas masa depan… itulah yang terjadi. Dengan kejadian itu saya belajar bahwa menyimpan dendam tidak ada gunanya. Dan memaafkan dan meminta maaf, sekalipun bukan salah kita – tapi hanya karena berpikir membenci seseorang, membuat kita lega dan banyak peluang terbuka.
Cobalah…
Memaafkan bukan untuk melupakan, tapi memaafkan untuk memulai yang lebih baik, yang jauh lebih besar lagi di masa mendatang. Tak ada kerugian yang dihasilkan dari memaafkan. Tapi lebih banyak keindahan yang akan kita dapatkan dari memaafkan.
Pernah mengalaminya? Share yukkk
kaya lagu the corrs yak. forgiven not forgotten 🙂
salam
Salam juga.
Belum dengar lagu itu tuh.
Wiih, inspiratif banget, Mas….
Jujur, saya orangnya cukup pendendam. Kalau sudah dendam sama seseorang, saya punya bayangan-bayangan buruk untuk mencelakainya. Tapi tentu saja tidak sampai terlaksana, hahaha….
Tulisan ini menyadarkan saya, Mas 😀
terima kasih dah baca dan senang rasanya kalau bisa membantu melalui tulisan.
Moga bisa membantu lebih untuk ke depannya ya.
Aminnnn….
Wah kalo pengalaman kayanya sih enggak ya. Saya modelnya gampang lupa sama yg sudah lewat. Jd jaraang bgt yg kesimpen sampe dendam2. Hehe
lebih enak seperti itu. gak pusing…
Memaafkan dan melupakan adalah hal yg terkait, namun buat asmie dua hal itu sangat berbeda. Tapi ya namanya hdp drpada terpaku ke hal yg menguras hati dan pikiran lbh baik melangkah maju. Yg sdh ya sdh. Berat? Memang.
you can forgive but you can’t forget?
Yap. Kurang lbh demikian. Terkadang waktu tdk menyembuhkan. Luka itu akan ttp ada meski sdh memaafkan.. Setdknya mencoba.
#iki ngomong opo tho?
biarkan luka itu ada dan jadi peringatan saja kakak… *loh
memaafkan itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang kuat. bukan orang yang lemah
kuat secara pribadi ya mas.
Berarti sebelum 2013 ya Mas? Emang bener kok kalo ga ada bagusnya nyimpen kebencian. Sedang mengalami ini juga soalnya. Tapi bukan saya yang nyimpen kebencian. Hahaha.
apanya yang sebelum 2013 nih mas?
wah… kalau dari sisi yang dibenci gimana rasanya Dan? share dong. jadi tahu dua sisi kan. 🙂
Baru semalam saya mengutarakan kebencian kepada adik laki2 saya sendiri, kebencian saya di mulai sejak adik saya menodongkan gunting ke depan saya, sayapun berlari keluar sampai adik saya pun mengejarnya. masalah sepele hanya karena saya marah, dia susah sekali untuk di suapi
( peristiwa ini sejak adik saya masih kecil entah umur berapa, tapi peristiwa itu membekas sampai sekarang ) dan akhirnya saya tau baru beberapa bulan yang lalu, ternyata dia menodongkan gunting seperti setengah dirinya ada yang di rasuki. setelah gunting itu di lepaskan oleh tetangga saya, lalu adik saya pun sadar. begitu katanya..
masih benci kah ? sedikit. kenapa karena sejak kecil pun saya merasa di bandingkan2 dan orang tua saya pilih kasih.,adik saya minta di belikan motor, nggak perlu nunggu sebulan atau setahun. lusa nya langsung ada motor, sampai2 tagihan telp satu bulan 1juta pun kedua orang tua saya hanya menasehati begitu teruusss… kalau saya sih, sudah saya cabut itu telp, nggak pake telp rumah juga nggak apa2 toh ada HP kan.. masih banyak kisah2 lainnya… 🙂
tapi, setidaknya saya lega sudah mengatakan hal ini kepada adik laki2 saya, sudah lama saya pendam, seperti bom waktu yang meledak pada malam itu … lalu apa yang saya lakukan ? pastinya saya menangis, juga menyesal. Minta maaf belum saya lakukan… ( karena situasi sampai pagi ini pun belum reda menurut saya ) tapi pasti saya akan meminta maaf atas peristiwa semalam.
ada alasan saya knp sampai mengucap seperti itu ? bisa kmu atau pembaca lainnya membayangkan. ketika pulang kerja kondisi rumah berantakan, bercak air cucian piring masih ada, cucian baju menumpuk, belum selesai pekerjaan rumah saya, sudah ada lagi barang2 yang berserakan. kondisi perut lapar dsb …. bisa di bayangkan capek-nya dan belum lagi besok paginya ada pekerjaan rumah yang menanti dan siap2 berangkat kerja.
adik laki2 saya umurnya 21thn, tapi memang saya akui sampai hari ini pun masih seperti anak kecil.
cerita selanjutnya …
bukan saya yang membenci, tapi orang lain membenci saya. katanya saya sombong, dan ada sikap/perbuatan saya yang menyakiti hatinya, dia bilang sampai sekarang masih benci. dia membenci saya juga sudah lama … saya sudah meminta maaf kepadanya ( saya nggak tau orang ini siapa, hanya menerka2 .. tapi takut salah orang juga )
saya hanya kasian sama orang yang membenci saya mungkin juga dendam, kenapa dia tidak melakukan hal yang sama seperti kamu ryan.. lebih baik bangkit dan yang terjadi biarlan menjadi kenangan …
sama seperti saya yang membenci adik saya, tapi setelah itu ya sudah … sekarang dan pagi ini saya memulai melangkah dengan lebih baik.
maaf kepanjangan yaaa… tapi setidaknya sudah lega bisa share … hehehe 🙂
“Forgive and forget” itu buth waktu dan usaha besar serta pengorbanan perasaan untuk dilakukan, namun mesti dilakukan. Dulu saya juga pernah merasa benci terhadap anggota keluarga juga, namun setelah kami berpisah semuanya karena sekolah asrama, tinggal di pesantren terpadu, dan juga tinggal di tempat nenek waktu sekolah, maka kami sekarang alhamdulillah sangat akur karena jarang jumpa… mungkin sedikit menjaga jarak itu bagus, rasa kangen juga bisa tumbuh dan kondiai juga bisa membaik 🙂
Ternyata ada juga yang dulunya merasa benci terhadap anggota keluarga :), dari dulu niat untuk ngekost, tapi sejak Bapak meninggal kenginan itu semakin lama pudar. Kalau ngekost yang ada gaji malah habis buat bayar kost, kehidupan sehari2 dan bayar tagihan ini dan itu.
Menjaga Jarak memang menurut saya solusi yg tepat, tapi sekarang belum saatnya. Kecuali saya sudah di boyong suami jauh ke negeri seberang.. hehehe ..
sekarang yg saya lakukan berusaha untuk “Forgive and Forget” .. and always keep smile 🙂
and I say : Thank You, ya .. 🙂
Mmmm… ya… ya .. 🙂
betul. semua membutuhkan waktu.
kadang terpisah sementara membuat masing-masing menyadari arti dari yang lainnya ya di keluarga.
thank you for sharing.
kebayang kesalnya dengan adik. Tapi mengutarakan dan meminta maaf itu memang lebih membuat plong ya. Moga masalahmu dengan adik bisa segera terselesaikan. Namanya juga saudara, perselisihan juga pasti akan ada.
Saya dan kakak2 sih sering berantem… tapi abis itu bakal ngobrol lagi dan bilang… Kita itu hanya bertiga. Mau bertengkar selamanya? walau gimana pun, kita ini saudara.
Setiap orang pasti berbeda kan. tapi mereka punya cara masing-masing dan saya sih percaya “time will heal… eventually”
Mungkin untuk saya butuh hampir satu tahun, tapi untuk yang lain bisa lebih dari itu. Bisa juga kurang dari itu.
menyimak dulu,kakak 😉
kalau gitu harus komen setelah nyimak