Dalam post sebelumnya, saya pernah nulis soal membeli kebahagiaan, nah kalau sekarang mau nulis soal mencari kebahagiaan. Emangnya kebahagiaan lo ke mana sih Feb? Kebahagiaannya lagi berjalan-jalan nih… 😀 Eh tapi, coba tanya deh ke sekeliling kalian, apakah mereka tidak mencari kebahagiaan? Pasti setidaknya akan ada satu orang yang menjawab kalau mereka mencari kebahagiaan dalam hidup mereka, namun caranya mungkin berbeda dengan kita.
Jujur deh, siapa sih yang gak mau bahagia dalam hidup? Semua orang ingin bahagia, itu yang pasti. Tapi pertanyaan paling dasar yang jarang bisa dijawab dengan mudah oleh setiap orang adalah:
Apa itu bahagia? Bagaimana mencapai kebahagiaan dalam hidup?
Kalau kata mas Andik, Bahagia itu deretan dari kata-kata, yang mana menurut saya sih bener juga. Nah kalau menurut kalian apa? Apa bahagia versi kalian?
Apa itu Kebahagiaan
Dalam KBBI, bahagia diartikan sebagai sebuah keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan). Kemudian kebahagiaan itu sendiri diartikan sebagai ketenteraman hidup – lahir dan batin. Jadi kalau saya boleh menafsirkan (walau saya bukan ahli tafsir mimpi), bahagia adalah suatu kondisi di mana kita merasa nyaman. Sedangkan arti kebahagiaan adalah merasa nyaman, baik secara lahir maupun batin.
Suatu kondisi yang mungkin agak sulit ditemukan di jaman sekarang yang serba cepat, serba instant dan serba banyak maunya. 😀 Apakah memang kebahagiaan itu sudah tidak ada lagi dalam hidup sekarang ini? Saya akan jawab bahwa kebahagiaan itu ada dan akan selalu ada. Karena bagi saya, dalam tafsiran versi saya sendiri, bahagia dan kebahagiaan itu adalah state of mind. Pola pikir kita.
Bahagia Atau Tidak Tergantung Yang Dimiliki
I used to think that way, I did. Tapi apakah itu benar? Gak, pengalaman saya justru mengatakan sebaliknya. Apa yang kita punya itu tidak membawa kebahagiaan gitu aja. Tapi pikiran kitalah yang membawa kebahagiaan dalam hidup.
Pernah gak lihat seorang kakek di pinggir jalan yang tertawa lepas, bahagia, bermain dengan cucunya atau anak kecil. Walau pakaiannya compang-camping. Gimana dengan orang kaya? Rumah gedong bangettt. Tapi tiap malam gak bisa tidur nyenyak karena takut ada maling. Siapakah yang paling bahagia dalam hidupnya? Orang kaya itu ataukah kakek?
Kenapa dia bisa bahagia walau dalam kondisi yang mungkin bagi banyak orang bukanlah kondisi ideal untuk hidup? Tak lain karena dia berpikir kalau dia bahagia dapat menyaksikan dan menghabiskan waktu bersama cucunya itu. Menikmati hidup, menghabiskan waktu bersama yang disayang adalah sebuah anugerah terindah yang dapat dimiliki seseorang.
Jadi apakah kebahagiaan tergantung pada yang dimiliki? Gak. Tapi kebahagiaan tergantung pada yang ada dalam pikiran. Apakah kita menikmati yang disuguhkan di hadapan kita atau kita justru sangat-sangat jijik melihat apa yang di hadapan, yang diberikan oleh Dia selama ini, itulah yang menentukan kita bahagia atau tidak.
Bahagia itu Sederhana
Bagi saya, bahagia itu sederhana, sesederhana melihat senyum pada orang yang kita sayangi. Melihat senyum mama yang tertawa lepas dan menikmati jalan-jalan bersama. Itu kebahagiaan bagi saya. Melihat tawa lepas di wajah kekasih saat bertemu, itu kebahagiaan.
Sesederhana itulah kebahagiaan. Tak perlu uang banyak. Tak perlu kekayaan melimpah. Bahagia itu sederhana. Sesederhana pikiran mengatur bahwa kondisi ini, situasi ini, saat ini – at this very moment, I am blessed.
Saya pernah dalam kondisi di mana mencari kebahagiaan bagi saya adalah mendapatkan banyak uang. Bisa jalan ke sana ke mari. Makan ini itu. Bayarin teman. Semua itu pernah terlintas pada saya dalam the pursuit of happiness. Tapi pada akhirnya semua itu menyadarkan saya.
Bahwa dalam usaha saya mencari semua kekayaan itu agar bisa menikmati hidup dan merasa bahagia, saya telah berkorban banyak. Saya jarang bertemu dengan keluarga, dengan teman. Saya menikmati jalan-jalan tapi tak ada seseorang yang dapat saya ajak berbagi.
Jangan… jangan terperosok dalam lubang pencarian kebahagiaan seperti saya. Semua itu hanya semu. Memang hidup membutuhkan uang, tapi ingatlah uang bukan segalanya, termasuk membeli kebahagiaan. Menikmati senyuman di wajah orang yang kita sayang hanya karena kita hadir di saat-saat penting dalam hidup mereka, itulah kebahagiaan sebenarnya. Bahagia yang sederhana.
Sepotong Kisah Bahagia Untuk Semua
Saya teringat sebuah kisah yang pernah saya dengar, yang mungkin juga sudah pernah kalian dengar. Dan mungkin akan menghasilkan pemahaman berbeda pula, tapi here it goes:
Di suatu pagi yang cerah, seorang pria sedang menunggu bus, sama seperti yang lainnya. Dia tak ingin terlambat ke kantor. Bus ini akan selalu penuh dan menjadi rebutan di pagi hari, oleh mereka yang ingin bekerja itu.
Setelah menunggu 10 menit lebih, tibalah bus itu. Pria ini bersama beberapa orang lain, pria dan wanita, pun menyerbu bus ini, tak ingin tertinggal. Karena rebutan itulah, sepatunya yang memang tidak terlalu kencang dia ikat, terlepas. Sepatu sebelah kanan. Dan saat ingin mengambil kembali sepatu yang terlepas itu, dia tertahan oleh kerumunan orang yang ingin naik bus itu.
Dia pun akhirnya masuk ke dalam bus dengan satu sepatu saja, sebelah kiri. Tak lama kemudian, pria ini melepaskan sepatu sebelah kirinya dan melemparkannya keluar jendela. Hal ini dilihat oleh seorang pemuda. Pemuda ini pun terheran-heran.
“Pak, kenapa Anda melepas dan melemparkan sepatu sebelah kiri Bapak keluar?” tanya sang pemuda.
Pria itu tersenyum dan menjawab, “Saya tak mungkin mendapatkan sepatu sebelah kanan itu lagi. Tapi orang yang mendapatkan sepatu sebelah kanan saya itu, masih bisa mendapatkan sepatu sebelah kiri saya kan? Untuk apa saya mempertahankan sesuatu yang tak mungkin saya dapatkan?”
“Lebih baik memberikannya kepada orang yang mungkin mendapatkan sepatu sebelah kanan saya itu.”
Pemuda itu terdiam dan menatap ke luar jendela. Dilihatnya seorang anak kecil sedang melompat kegirangan mendapatkan sepasang sepatu (yang gak baru).
Bahagia itu sederhana, sesederhana melepaskan apa yang dimiliki untuk memberi kesempatan pada orang lain. Seperti si pria dalam kisah di atas. Kita sering enggan melepaskan apa yang kita miliki hanya karena itu milik kita, tapi sebenarnya, apa yang ada dalam genggaman kita bisa pergi kapan saja. Pria itu merelakan sebelah sepatunya hanya untuk memberikan kesempatan orang lain merasakan kebahagiaan.
Kalau kalian, apa makna mencari kebahagiaan dalam hidup versi kalian?
Tulisan ini diikutsertakan dalam WS Very First Giveaway, yang mau ikutan, monggo diklik ya infonya.
2 Comments
Yuhuu, akhirnya bisa comment, haha.. Thanks sudah ikut GAnya ya ko 🙂
Yayyy. Akhirnya bisa lagi