Membaca postingan dari Mas Mount Malang (bacanya dah lama banget sih dan post ini ada di dalam draft dalam waktu lama juga) tentang perjalanannya di Bali – terutama adalah Pantai Lovina, saya jadi ingat perjalanan bersama keluarga ke Lovina saat 2012 kemarin. Sekilas sejarah mengenai Pantai Lovina Bali ini juga saya ambil dari postingan Mas Mount Malang kok, sebuah sejarah menarik untuk disimak.
Mengenal Lebih Dekat Pantai Lovina Bali
Dan sebelum berjalan lebih lanjut, mari kita berkenalan dengan “Lovina”, sebuah nama yang memiliki sejarah panjang. Nama ini lahir dari Anak Agung Panji Tisna pada tahun 1950-an. Katanya, Anak Agung Panji Tisna baru saja melakukan perjalanan ke beberapa negara di Eropa dan Asia. Beliau melihat kehidupan masyarakat di India.
Wawasannya tentang perjalanan itu mengubah pola pikirnya tentang bagaimana Bali di masa depan nanti, khususnya masyarakat di Kabupaten Buleleng. Dia melihat Buleleng memiliki pantai yang indah dan juga dua buah aliran sungai jernih. Dari sinilah muncul ide untuk membuat tempat istirahat. Ia beri nama Lovina, tempat istirahat untuk pelancong dan turis. Kebayang ya, pada tahun 1950, seorang pemuda Bali sudah memikirkan sebuah penginapan untuk turis. Hebat ya!
Pada tahun 1980, pemerintah meminta pemilik Lovina untuk tidak menggunakan kata Lovina. Sebab, kata Lovina bukanlah bahasa Indonesia, juga bukan bahasa Bali. Orang Bali tidak mengenal huruf “V” dan kata itu terlalu asing untuk mereka. Maka, Lovina yang sudah mulai dikenal pun akhirnya ditenggelamkan di tengah laut. Pondok Lovina pun berganti nama menjadi Pondok Wisata Permata.
Namun, setelah 10 tahun ditenggelamkan oleh pemiliknya, nama Lovina kembali muncul ke permukaan laut Bali Utara. Para pengusaha menginginkan nama Lovina muncul. Akhirnya, Lovina yang dulu pernah dikenal di kalangan turis pun, kembali hadir. Tidak tanggung-tanggung, sederetan pantai di Kabupaten Buleleng pun dimasukkan ke dalam deretan dengan sebutan Pantai Lovina.
Arti Kata Lovina Dari Pantai Lovina Bali
Lovina sendiri memiliki arti khusus bagi Anak Agung Panji Tisna. Lovina berasal dari kata LOVE dan INA. Dua kata ini berasal dari bahasa Inggris dan bahasa Bali. Love itu cinta, dan Ina adalah ibu.
LOVINA artinya CINTA IBU atau lebih filosofisnya lagi CINTA IBU PERTIWI.
Mari, kita angkat sepuluh botol beer untuk Anak Agung Panji Tisna. Tidak heran wisata Bali jauh lebih berkembang dibandingkan wisata di daerah lainnya di Indonesia. Mereka berpikir jauh ke depan. SALUT!
Perjalanan Menuju Pantai Lovina Bersama Keluarga
Itulah sejarah tentang Lovina yang dituliskan dalam postingan Mas Mount Malang. Dan pengalaman saya ke sana bersama keluarga memang membuat saya jatuh cinta.
Saya sekeluarga menginap di daerah Poppies, Kuta. Untuk ke Pantai Lovina dari Kuta itu bukanlah perjalanan singkat, yaitu sekitar 84,3 km. Posisi Kuta yang berada di Selatan Bali sedangkan Pantai Lovina di Utara Bali menyebabkan kami sekeluarga harus bangun jam 2 pagi agar dapat menikmati matahari terbit (sunrise) di sana. Gak percaya? Lihat deh gambarnya.
Tour guide kami, membawa mobil dengan kecepatan sedang dengan mobil APV itu. Kondisi yang memang masih pagi membuat kami tertidur dalam perjalanan itu. Kami sampai di tempat sana tepat waktu. Matahari baru saja terbit di sana. Udara pagi juga masih segar dan menyenangkan untuk dihirup.
Lovina Beach merupakan pantai yang sangat ramai dan diincar oleh para wisatawan dikarenakan dolphins alias lumba-lumba yang banyak berenang di sini. Banyak juga hotel dan cottage di tempat ini tentunya dengan harga yang tak murah. Tour guide kami membawa kami ke salah seorang penduduk lokal yang menyediakan jasa penyewaan perahu yang cukup jauh dari wilayah hotel di daerah ini.
Saya sendiri merasa beruntung dibawa ke tempat ini karena di sini kami dapat menyewa perahu berapapun lama kami mau. Tidak seperti pada sewa perahu yang ada di sekitar hotel, yang rata-rata menyewakan dengan kisaran maksimal 2 jam saja.
Sedangkan di sini, saya sekeluarga diperkenankan menggunakan perahu itu selama kami mau. Biaya sewanya juga sebenarnya dibebaskan olehnya, tapi kami tentunya tak enak jika membayar yang tak sepadan.
Akhirnya kami pun membayar Rp 1 juta untuk sekeluarga (4 orang) untuk perjalanan kami selama di laut yang kurang lebih kami nikmati selama 5 jam. Dan ini pun termasuk makan pagi dan makan siang yang sangat kekeluargaan. Makanan buatan sang istri yang sungguh menggugah selera. Sayangnya saya tak simpan foto mereka.
Perjalanan yang saya nikmati bersama keluarga di Lovina adalah perjalanan mengarungi lautan untuk melihat lumba-lumba. Di mulai pada jam 7 pagi, bersama semua para wisatawan yang juga sudah bersiap sejak jam 6 pagi.
Pantai Lovina pagi itu padat dengan perahu-perahu yang membawa rombongan demi rombongan berlomba mencari lumba-lumba. Seru juga melihat seluruh perahu balapan menuju kerumunan lumba-lumba dari satu tempat ke tempat lainnya.
Hingga akhirnya pada sekitar jam 9 pagi, rombongan perahu mulai balik ke tempat masing-masing (sewa rata-rata adalah untuk dua jam dengan biaya per orang Rp250ribu). Sedangkan kami? Masih berkeliaran di pantai itu.
Melihat Lumba Lumba Dari Dekat di Lovina
Karena sudah mulai sepi, petualangan kami mencari lumba-lumba mulai menyenangkan. Banyak lumba-lumba masih bermunculan namun tak banyak perahu yang mengejar dan membuat takut lumba-lumba itu. Menyenangkan sekali melihat lumba-lumba berenang, bahkan beberapa berenang mengiringi perahu kami. Saya dan keluarga dapat melihat dari dekat lumba-lumba itu. Sungguh menyenangkan.
Setelah melihat lumba-lumba, kami tidak langsung pulang. Perahu yang kami sewa bergerak menuju sebuah daerah yang sepi dan dekat pantai (saya tidak ingat namanya). Di sana, air pantai yang ada sangat jernih. Kita dapat melihat langsung koral dan ikan yang berenang santai di sana. Sangat indah dan sangat mengundang kita untuk masuk.
Pemilik perahu segera menurunkan ban dan kotak, setelah dia menggunakan kacamata renangnya dan juga kaki kataknya. Dia mengajak kami untuk turun dari perahu dan menikmati pemandangan di bawah laut secara langsung menggunakan kotak kaca yang disiapkannya. Bagi kami yang tak berani dan takut tenggelam, dia juga menyiapkan ban.
Saya tidak sabar untuk melempar diri saya ke dalam air yang sangat menggoda itu. Namun kakak saya masih ragu-ragu. Akhirnya saya pun turun yang pertama kali. Saya memang bisa berenang namun berenang di kolam renang perumahan dengan berenang di lautan bebas itu tidaklah sama. Arus laut membawa saya terombang-ambing awalnya. Saya tidak menggunakan ban, sungguh benar-benar menyenangkan melihat kondisi bawah air dari balik kotak kaca itu.
Tak lama kemudian kakak perempuan saya pun ikut turun. Disusul dengan kakak laki-laki saya. Hanya ibu yang tetap tinggal di perahu. Kami berenang beberapa saat hingga akhirnya merasa lelah dan kemudian kembali ke rumah yang empunya perahu. Sebuah pengalaman yang sangat ingin saya ulang kembali jika memang ada kesempatan.
Saya share di sini beberapa foto yang saya ambil menggunakan Iphone saya. Foto-foto dari kamera belum sempat saya edit. hehehehe…
O iya.. ada juga video yang sudah saya upload di FB saya… ini linknya:
Sebuah perjalanan mengasyikkan yang diaturkan oleh Mas Sidhiq dari Jegeg Bagus itu membuat saya mengenal Pantai Lovina Bali lebih dekat. Menyentuh lumba-lumba dan mendapatkan kehangatan keluarga di Pantai Lovina.