Tahun baru biasa diawali dengan refleksi diri, apa yang telah dicapai tahun sebelumnya. Biasanya dilanjutkan dengan membuat resolusi tahun baru. Apa saja yang ingin dicapai.
Saya?
Gak. Sudah lama saya gak lakukan keduanya. Resolusi tahun baru seringkali hanya jadi daftar yang akan saya lupakan beberapa minggu kemudian.
Tahun baru 2020 ini, yang ada saya bukannya merefleksi diri ataupun membuat resolusi. Melainkan, mengingat kenangan lama. Bukan karena disengaja… tapi tiba-tiba saja “walk down the memory lane“.
Kenangan akan Banjir Jakarta pas Sekolah
Iya, tahun baru kemarin, saya mendapatkan hadiah besar di kos. Banjir sampai ke dalam kamar kos saya. Tempat yang sudah saya tinggali 5 tahun lebih, baru kali ini kejadian.
Tidak dalam memang, air yang masuk dalam kamar. Namun, tetap bikin cemas. Beberapa tetangga kos malah sedang pulang kampung, jadi tidak sempat menyelamatkan barang elektronik mereka.
Saya sendiri? Sibuk menaikkan televisi ke atas meja makan. Menyelamatkan dokumen-dokumen teman kos. Kasur. Etapi, saya lupa dengan kamera yang saya punya – ternyata kena.
Kejadian ini pun mengingatkan saya pas saya kecil. Banjir di rumah keluarga (punya kakek) saat itu. Saya ingat, luasnya rumah itu. Banjir memang hanya di bagian belakang saja.
Di bagian yang memang lebih rendah – yang biasa dipakai untuk mencuci dan memasak.
Teringat juga banjir yang sampai menutup terowongan Matraman – dekat tempat tinggal saya. Banjir 5 tahunan Jakarta. Katanya seperti itu.
Mengingat Kenangan Lama tentang Rumah
Tidak terasa, memang sudah beberapa tahun rumah yang di Cibubur itu saya harus lepaskan. Setelah mencicil kurang lebih 10 tahun. 2018 adalah waktu saya harus merelakan semua.
Kenangan ini muncul ketika saya ke Cileungsi untuk merayakan Tahun Baru Imlek bersama keluarga.
Melewati perumahan yang pernah jadi tempat singgah menutup hari saya setiap harinya.
Teringat gimana saya harus sudah siap di depan gerbang perumahan jam 5 pagi agar sampai ke kantor di bilangan Thamrin, Jakarta. Kalau saya berangkat jam 5 itu, saya akan sampai jam 7 di Thamrin.
Saya biasanya akan menghabiskan waktu dengan secangkir cappuccino di McCafe Sarinah dan baca buku ataupun menulis catatan untuk blog. Telat setengah jam, efeknya saya akan terlambat masuk kantor – yang mana jam masuk itu 9:00.
Kenangan akan Wabah
Di tahun 2020 ini juga, kita dihadapkan dengan virus Corona yang mewabah di Asia. Mulai dari Cina hingga ke beberapa negara lain, termasuk Malaysia.
Kejadian ini pun secara tidak langsung membuat saya kembali teringat saat saya di Liberia. Kondisinya saat itu, Afrika Barat sedang terkena wabah Ebola. Liberia adalah salah satunya.
Saya yang bekerja di sana, setiap hari harus meyakinkan mama dan keluarga di Jakarta, kalau saya baik-baik saja.
Saya masih ingat, kakak perempuan saya mengirimkan potongan berita dari salah satu media online ternama saat itu. Dalam berita itu, disebutkan banyaknya warga yang tergeletak di jalanan karena Ebola.
Saya sampai harus berkali-kali meyakinkan dia. Itu tidak terjadi sama sekali. Entah dari mana media itu mengambil gambar dan menuliskan informasi itu.
Dan lagi-lagi, seperti biasanya saat ada bencana ataupun kejadian besar, berita-berita hoax mulai bermunculan. Terutama di Twitter. Inilah yang memicu ingatan saya akan kejadian di Liberia ini.
Mungkin bagi yang menyebarkan tidak merasa terganggu. Bagaimana dengan mereka yang keluarganya sedang di negara yang terkena musibah? Apakah mereka akan baik-baik saja?
Mereka yang sedang khawatir, mendapatkan informasi tidak benar seperti itu akan lebih panik.
Seperti yang dialami kakak saya waktu itu.
Kenapa sih, orang-orang suka banget menyebarkan berita tanpa mengecek terlebih dahulu? Bahkan, kali ini pun, media online ternama juga mengangkat berita tanpa mengecek dulu.
Hanya berdasarkan cuitan dan kemudian dijadikan berita.
Kenangan akan Kegemaran Fotografi
Beberapa hari lalu, efek banjir awal tahun, kembali saya alami. Bukan banjirnya ya, melainkan sakit pinggang karena terjatuh duduk saat beberes banjir. Pinggang saya kembali kumat dan akhirnya saya di kos saja.
Saat di kos ini, saya memang tidak banyak gerak. Duduk depan laptop. Hingga akhirnya, saya mengambil hard disk external lama saya. Saya membuka folder demi folder.
Begitu banyak foto yang saya ambil, termasuk foto mall Grand Indonesia yang ini:
Saya dulu memang suka mengambil foto dan belajar otodidak. Bertanya ke teman, tentang harusnya gimana. Semua pun saya praktekkan.
Pernah saya menghabiskan sehari keliling kota tua – sendiri – untuk hunting foto. Namun sekarang? Semua menguap begitu saja.
Bahkan, seperti yang saya sebut di atas, saya sendiri tidak tahu di mana kamera D1000 saya itu. Tahunya setelah banjir surut dan ternyata dia termasuk yang terendam.
Melihat-lihat folder lama ini pun juga membuat saya mengingat kenangan lama bersama *ehem* (sensor). Dulu ternyata banyak foto terkait mantan yang saya ambil dan masih saya simpan dalam folder [[masala-lu]].
Yahh… hanya mengingat kenangan lama kok, bukan cinta lama bersemi kembali. 😛
Eh iya, kalau sekarang kamu aktif di IG dan ingin feedsnya keren, simak tips membuat foto instagramable ini.
Manusia Berubah!
Semua kenangan-kenangan itu membuat saya berpikir kembali. Pada dasarnya, memang manusia selalu berubah. Entah menjadi lebih buruk ataupun lebih baik.
Saya juga termasuk di dalamnya (gak perlu lah disebut di sini, jadi lebih buruk atau lebih baiknya ya). Perubahan ini sesuatu yang tidak bisa saya hindari.
Seperti masalah fotografi. Buat saya itu hobi semata. Namun ternyata, teman kos yang dulunya jarang foto malah sekarang jadi freelancer fotografer (cek portfolionya ya…)
Perubahan ini pun membuat hidup kita – perjalanan hidup kita juga berubah.
Pikiran kita pun akan turut berubah.
Yang dulunya merasa merayakan tahun baru itu penting, bisa jadi sekarang, merasa tidak perlu sama sekali. Hal-hal yang dulu dianggap biasa dan lucu, mungkin sekarang dirasa menghina.
Yah… Perubahan itu akan selalu ada dalam hidup setiap manusia. Entah kita siap atau tidak menghadapinya. Sekecil apapun perubahan itu, kita harus siap menghadapinya.
Tahun 2020 ini pun juga pastinya akan ada banyak perubahan dalam hidup kita masing-masing. Saya sih berharap semua akan mengarah ke yang lebih baik untuk semuanya.
Tulisan ini jadi tulisan pembuka tahun baru 2020 dan juga tulisan penutup di Januari ini. Kutipan terakhir dari saya: