Bangun pagi kuterus tidur… eh salah, itu kebiasaan saya jangan ditiru ya. Hari Minggu kemarin saya pun begitu dan akhirnya datang terlambat ke acara #RetroRun4Charity yang diselenggarakan di FX Sudirman. Saya pernah menulis soal manfaat lari mundur sebelumnya, jadi tahu banget manfaat lari mundur ini.
Namun, rupanya, event #RetroRun4Charity yang diselenggarakan oleh PT Mundipharma bekerjasama dengan Yayasan Kanker Indonesia ini memiliki tujuan lain lagi. Yaitu ingin mengenalkan Metode Paliatif untuk penderita Kanker di Indonesia. Dengan acara yang fun, pengenalan pun dilakukan agar para penderita kanker juga dapat merasakan manfaatnya.
Metode Paliatif untuk Penderita Kanker – Gak Semua Harus Dengan Obat
Metode pengobatan paling umum untuk penderita kanker selama ini kan kemoterapi ya. Saya sendiri jadi ingat Mbak Deasy – semoga beliau tenang di sana – dan juga mantan bos mama saya. Mereka berulang kali kemo dan juga menghadapi berbagai kondisi memuakkan.
Muntah, nyeri dan mual. Sering banget mantan bos mama saya mengeluhkan ini setelah menjalani kemo. Bukannya gak mau kemo untuk sembuh dari kanker, tapi efeknya sendiri kadang bikin mereka ingin menyerah. Sering kali saya melihat hal ini dan jadi sedih. Baca cerita tentang pengidap kanker pun bikin sedih.
Metode paliatif untuk penderita kanker ditujukan untuk aspek psikis.
Ini adalah metode yang baru saya dengar. Bukanlah metode penyembuhan, tapi menurut saya pribadi, metode paliatif untuk penderita kanker ini adalah untuk penunjang pengobatan yang ada (operasi, kemoterapi ataupun radioterapi dan efek sampingnya).
[Tweet “Metode Paliatif untuk penderita kanker adalah pendekatan menyeluruh dan terintegrasi untuk meningkatkan kualitas hidup”]
Apa itu Metode Paliatif
Metode Paliatif adalah metode perawatan terpadu, aktif dan menyeluruh, yang dilakukan dengan pendekatan multidisiplin, terintegrasi. Integrasi antara dokter, dokter spesialis, perawat, terapis, dan pihak lain yang terkait.
Dari salah satu artikel di Perawat luka, saya mendapatkan bahwa metode paliatif ini sebenarnya ditujukan tidak hanya untuk penderita tapi juga keluarga mereka. Dengan pendekatan ini, diharapkan para penderita sebuah penyakit, termasuk kanker, mampu memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Prinsip Perawatan Metode Paliatif untuk Penderita Kanker
Disadur dari artikel Perawat luka yang saya cantumkan di atas, ada 9 prinsip metode perawatan paliatif ini, dan sepertinya tidak hanya untuk penderita kanker tapi juga bisa untuk pengidap penyakit lainnya.
- Menghargai setiap kehidupan.
- Menganggap kematian sebagai proses yang normal.
- Tidak mempercepat atau menunda kematian.
- Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan.
- Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
- Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan pasien dan keluarga.
- Menghindari tindakan medis yang sia-sia.
- Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat.
- Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita.
Membaca prinsip perawatan metode paliatif di atas, saya jadi makin menyadari fungsi dan tujuan metode yang satu ini. Seringkali kita fokus pada penyakitnya dan melupakan kondisi lain di sekitarnya itu. Termasuk yang dirasakan si penderita dan juga keluarganya.
Saya ingat ketika almarhum ayah masuk rumah sakit, yang terasa menyakitkan bukan hanya melihat ayah saya terbaring di sana. Tapi, saat dia berkata:
Badan gw sakit… lebih baik dimatiin aja
Wajar. Itu sih yang saya rasakan waktu mendengar almarhum ayah saya berkata itu. Kebayang juga apa yang dikatakan oleh para penderita kanker. Mengalami pengobatan berulang-ulang untuk bertahan hidup, di antara sakitnya yang bikin kesel.
“Masih banyak yang belum tahu metode paliatif untuk penderita kanker ini. Karenanya YKI bekerjasama untuk mengenalkan metode ini dengan berbagai pihak.” Hal itu diungkapkan oleh Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp. PD-KHOM selaku Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI). Dengan metode paliatif ini, diharapkan penderita kanker tidak lagi melihat penyakitnya sebagai momok.
Tak lain, metode paliatif untuk penderita kanker ini ditujukan agar para penderita kanker tidak lagi terlalu stress memikirkan penyakitnya. Dan akhirnya membantu proses penyembuhan penyakit kanker itu sendiri. PT Mundipharma Healthcare Indonesia, dengan brandnya Betadine, pun akhirnya urun tangan dalam mensosialisasikan metode paliatif untuk penderita kanker ini.
Tujuannya membuat program Retro Run ini, selain mengenalkan metode paliatif untuk penderita kanker, juga sejalan dengan representasi nilai yang ditanamkan di perusahaan farmasi tersebut.
#RetroRun4Charity – Event Menyenangkan dan Membahagiakan
Walau gak ikutan lari – sekali lagi: GAK IKUTAN LARI, saya merasakan juga yang mereka rasakan ketika menyentuh garis finish. Keseruan event #RetroRun4Charity ini bisa dilihat di akun youtube saya ataupun IG (atas).
Kami ingin mengajak para peserta dan para survivor kanker yang ada di bawah naungan YKI untuk bergembira bersama melalui tematik era 90, 80 dan 70-an. Tujuannya juga agar mereka tidak merasa sendiri menghadapi penyakitnya.
Hal itu diungkapkan oleh Mada Shinta Dewi, Country Manager PT Mundipharma Healthcare Indonesia. Bekerjasama dengan berbagai pihak, seperti HardRock FM, Trax FM, WRP, Heavenly Blush, Fitoxy Water, Sunpride, Celebrity Fitness, dan rekan dari berbagai komunitas, acara #RetroRun4Charity ini menurut saya sukses.
Sebagai event pertama yang revolutioner dalam mengenalkan lari mundur juga rasanya cukup berhasil dalam mengajak orang berbahagia bersama. Simak aja beberapa dokumentasi berikut ini, yang saya ambil dengan CoolpadMax saya.
Mind, Body and Soul
Entah kenapa, saya berpikir kalau apa yang dilakukan YKI bersama PT Mundipharma dengan #RetroRun4Charity dan mengenalkan metode paliatif untuk penderita kanker ini sejalan dengan pikiran saya beberapa waktu lalu. Mind, body and soul.
Frase yang sering didengungkan di salah satu milis yang saya ikuti, berhasil menyita perhatian saya sejak dua minggu lalu, saat saya lagi down. Dan memang, salah satu yang membuat penyakit semakin menyebar, bukan hanya badan kita yang gak kuat, tapi juga karena pikiran kita. Saya merasa kalau metode paliatif untuk penderita kanker dan juga pengidap penyakit lainnya, menganut konsep ini. Dan yakin kalau metode ini sangat bagus untuk dikenalkan terus. Menurut kamu sendiri gimana?