Nov 24th, 2013
Setelah menghabiskan kurang lebih 6 jam di bandara CDG, Paris, waktu keberangkatan ke Monrovia pun tiba. Masih menggunakan pesawat Air France (salut loh dengan Perancis – almost all is operated by Air France – kok kayaknya kalau di Indonesia banyak sekali maskapai ya…). Cek in ke counter yang sudah siap, segera saya mengikuti jalur yang ditentukan. Dan wualah… alamakkk.
Dingin… selama di dalam bandara memang tidak terasa. Masih cukup hangat berada di dalam bandara. Namun begitu menginjakkan kaki di luar bandara itu, rasa dingin sangat menggoyang diri ini. Dari mulut setiap nafas terlihat jelas. Kondisi Paris saat itu memang sedang musim dingin. Namun saya tidak mengira sedingin itu.
Segera saya masuk ke bus yang akan membawa saya ke pesawat. Setelah menunggu semua penumpang naik, bus segera berangkat ke terminal di mana pesawat telah menunggu. Kali ini pesawat berukuran sedang dibandingkan sebelumnya itu pun mulai terisi, namun tidak penuh. Saya mendapatkan duduk di dekat jendela. Sehingga memungkinkan saya melihat-lihat kondisi di luar sana.
Sepanjang perjalanan 6 jam ini saya pun mendapatkan layanan yang tak kalah dari sebelumnya. Makan sore dan bahkan saya mencoba meminum wine, sayangnya saat meminta wine putih saya diberikan wine merah. Hahaha. Rasa wine itu ternyata pahit ya. Dan pemandangan dari atas juga seperti pemandangan lainnya lah… putih semua.
Sekitar 1 jam sebelum landing, saya diberikan formulir oleh pramugari. Formulir imigrasi yang harus saya isi. Ada dua formulir, untuk yang ke Free Town dan yang ke Monrovia. Saya meminta untuk yang Monrovia dan mengisinya semampu saya. Di dalamnya ditanyakan seperti alamat tinggal selama di Monrovia, yang mana saya tidak tahu sama sekali. Jadi saya hanya menulis Monrovia saja dan berharap bahwa hal ini tidak menjadi kendala nantinya.
Saya merasa beruntung bahwa masih dapat berbahasa Inggris sehingga masih mampu berkomunikasi dengan pramugari dari Perancis itu. Bersama saya ada penumpang dari China yang tidak mengerti bahasa Inggris dan kebingungan. Sedang saya sendiri tidak dapat berbahasa China (mama… kayaknya harus belajar beneran nih ma). Mereka turun di Monrovia juga tapi diberikan form yang Free Town – sama seperti saya awalnya namun saya meminta ganti segera.
Seorang teman memang sudah memberitahukan kepada saya mengenai proses di Monrovia. Hendaknya saya turun segera. Jangan menunggu semua penumpang turun baru kita turun, seperti yang biasa saya lakukan kalau sedang naik pesawat di Indonesia. Dan juga bersiaplah untuk uang kecil selama di bandara Monrovia itu. Mungkin akan ada beberapa orang yang meminta uang kecil. Dalam dompet saya memang membawa uang tapi terbatas.
Begitu pesawat mendarat, saya segera mengambil bagasi yang saya bawa ke atas pesawat dan segera turun. Kemudian saya pun segera mengikuti petunjuk yang sebelumnya sudah saya dapatkan. Masuk ke bandara, ke dalam antrian imigrasi – Non ECOWAS country – Economic Community of West African States. Dan dimulailah perkenalan saya dengan negeri baru.
Saya mendapat antrian kedua. Dan segera mendekati sebuah loket di mana saya menyerahkan Pasport, Yellow Card – kartu kesehatan, dan juga form yang diberikan sebelumnya. Dan benarlah… saya ditanyakan alamat lengkap tinggal di Monrovia. Saya hanya menjawab bahwa semua diatur oleh PIC saya di sini. Saya belum dapat info tentang itu.
Dan… stempel pun kemudian menempel di pasport saya. Melajulah saya ke tempat berikutnya. Sempat ditanya asal saya oleh dua orang yang berada di pintu keluar ruang imigrasi. Saya sebut Indonesia. Kemudian saya menunggu tas saya di ruang bagasi sebelum kemudian menuju ruang Pabean – Custom. Cukup lama menunggu tas sebenarnya. Dan selama menunggu saya agak khawatir karena belum ada kabar mengenai supir yang akan menjemput saya.
Setelah mendapatkan tas yang bejibun itu, saya pun melangkah ke bagian custom di mana menurut teman saya, seharusnya saya mempersiapkan uang kecil. Tapi setibanya di meja itu, saya diminta langsung jalan saja. Tanpa pemeriksaan lebih lanjut. Kalau saya perhatikan, sepertinya saya dianggap bagian dari grup orang China yang sudah terlebih dahulu ada di depan saya itu. Sebuah keberuntungan bagi saya sepertinya.
Begitu keluar dari bandara, saya berusaha tenang, walaupun hati ini sedang bingung dengan bagaimana caranya saya ke kota apalagi saat itu sudah jam 7 malam, hampir jam 8 bahkan. Tapi tak lama saya melangkah keluar itu, ada suara memanggil nama saya. Dan ternyata dia supir yang menjemput saya. Kingsley namanya. Seorang pria hitam tinggi besar namun ramah. Saya pun agak tenang. Menuju mobil yang menjemput dan kemudian bergerak ke kota, ke tempat tinggal saya.
Jarak bandara ke kota sekitar 30 menit menurut Kingsley. Saya pun lebih banyak tidur selama perjalanan itu. Karena masih merasa kantuk selama perjalanan itu. Setibanya di tempat tinggal sementara saya itu, saya disambut oleh rekan yang sudah terlebih dahulu di sana.
Syukurlah… saya tiba di tempat dengan selamat dan bahkan tanpa mengeluarkan uang sepeserpun.
The new days are here… in Liberia.
Wish me luck