Kehilangan seseorang/sesuatu yang disayangi tidaklah mudah, tapi menerima kehilangan itu jauh lebih tidak mudah
Siapa yang tak pernah mengalami kehilangan – perpisahan dengan seseorang atau sesuatu? Saya yakin semua pernah mengalaminya. Kehilangan barang hingga kehilangan orang yang kita sayangi. Sedih. Terkadang marah ikut tercampur di dalamnya, entah karena tak sempat mengucapkan hal-hal yang perlu diucapkan sebelum kepergiannya atau marah karena hal lainnya.
Siapapun yang pernah mengalami kehilangan ini, pasti menghadapi satu hal yang sama beratnya. Melepaskan…
Yah… melepaskan kepergian mereka tidak (akan) pernah mudah. Sekalipun kita sudah menghadapi begitu banyak masalah dalam hidup yang membuat kita tegar, kehilangan itu tak pernah mudah.
Kehilangan itu Alami
Ya, kehilangan itu alami – segala sesuatu di dunia ini tak ada yang abadi – kecuali keabadian itu sendiri. Cobalah tanya kepada siapa saja – kepada para filsuf terkenal sekalipun. Mereka kan mengatakan… tidak ada hal yang abadi. Jadi, kehilangan sesuatu adalah hal yang lumrah.
Ada pertemuan – ada perpisahan.
Itulah kenyataannya. Itulah hidup. Kehilangan adalah bagian dari hidup yang akan membentuk kita lebih baik lagi. Tapi ada satu syaratnya… yaitu:
Menerima…
Menerima kenyataan bahwa kehilangan itu memang telah terjadi… itulah syarat utama untuk mengatasi kehilangan itu sendiri. Dengan menerima kenyataan kehilangan ini, kita akan dapat melanjutkan hidup kita.
Menerima ini tak pernah mudah. Karena bagi sebagian orang, menerima kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, seakan menerima kenyataan bahwa kita melupakan atas orang/barang yang telah hilang itu.
Mungkin untuk kehilangan barang tidaklah terlalu sulit – tapi kehilangan orang yang dekat. Orang yang kita sayangi – tidak mudah. Siapapun dia, orang terhebat sekalipun, untuk menerima kenyataan kehilangan seseorang itu tidak mudah.
Ada yang mampu mengatasinya dalam waktu singkat – ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama. Dan ada yang mengatasinya dengan menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang disuka. Ada juga yang mengatasinya dengan merenung seorang diri.
Bermacam-macam cara dan beragam waktu yang dibutuhkan untuk itu semua. Dan semua kembali ke masing-masing orang. Sudah siapkah menerima kenyataan hidup bahwa tidak ada keabadian. Bahwa akan ada selalu kehilangan di dunia ini, dan menerima kenyataaan akan kehilangan seseorang/sesuatu adalah hal yang perlu dilakukan.
Berikut ada petikan yang saya suka dari saya kecil:
Jika senar distem terlalu kencang – akan melengking suaranya. Namun jika distem terlalu kendur, takkan merdu suaranya.
Ryan
120313 0133
Post lain terkait Pembelajaran Hidup:
[display-posts category=”great-life-lesson” posts_per_page=”10″]
Intinya, memiliki sesuatu itu tidak boleh sampai terlalu mencintainya… 🙂
Hahaha. Bisa sih spt itu Mbak. Tapi mungkinkah…. *langsung nyanyi*
banyak kata-kata manisnya banget nih :’
selalu mikir agak bangke kalau denger kata ‘setelah pertemuan, pasti ada perpisahan’ :’
Hahahaha. Bangke napa
Ah.. Menjelang akhir taun lalu, aku akhirnya melepaskan seorang teman.. Uda penuh drama, pake deraian air mata lagi. Hihihi.. 😛 Sekarang aku ngerti kalo perpisahan itu bakalan terjadi.. Mau sekarang ataupun nanti.. :3
Betul Beby, perpisahan akan ada. Hanya kita gak tahu kapannya
Kehilangan itu sakit, tapi di saat yang sama dia membuat kita lebih menghargai apa yang kita punya :'(
Oiya salam kenal ya mas, hehe
Betul…
Membuat kita ‘kuat’ dalam hidup ini.
Salam kenal kembali. Makasih ya sudah mampir.
inget waktu ditinggal almarhum Papa jadinya, tapi insya Allah udah ikhlas 🙂
It’s just life bro..
semua yang datang pasti pergi
let’s be “ikhlas” 😀
setuju… ikhlas..
Artikel yg inspiratif…. I like it… 🙂
– kehilangan (dan bisa menerimanya) pasti meningkatkan ‘kecerdasan emosi’ –
makasih mas.
Gak mudah.. tapi kalau dah bisa… menyenangkan
2 orang yang saya sayangi telah berpulang, benar banget perlu waktu untuk bisa menerimanya…
moga bisa menerimanya dengan ikhlas kang.
take all the time you need to let go.
Alhamdulillah bisa gan walau perlu waktu….
syukurlah…
istilah ‘time will heal’ benar adanya ya kang.
iya gan…
Kuncinya ikhlas… 🙂
setuju… ikhlas…