Diangkat dari buku kumpulan cerpen berjudul sama karya Dewi Lestari (Dee – @deelestari) mengetengahkan 5 kisah dari 5 wanita cantik. Kelima kisah itu adalah
- Malaikat Juga Tahu disutradarai oleh Marcella Zalianty
- Firasat oleh Rachel Maryam
- Curhat buat Sahabat oleh Olga Lydia
- Cicak di Dinding oleh Cathy Sharon
- Hanya Isyarat oleh Happy Salma
Trailer film ini dapat dilihat di sini.
Saat mendengar buku Recoverso ini akan dibuat filmnya, saya sangat senang karena memang saya menyukai kisah-kisah dalam buku itu. Seperti biasa Dee menuliskan dengan penuh keindahan ala Dee, seperti buku Filosofi Kopi dan Madre yang memang jadi koleksi saya.
Buku Rectoverso sendiri sebenarnya terdiri dari 11 cerita. Karenanya saat pertama kali mendengar berita tentang film ini, saya bertanya dalam hati, seperti apakah film yang diangkat dari kumpulan cerpen yang tidak sedikit itu. Apakah akan seperti film Perempuan Punya Cerita yang memiliki 4 cerita yang terpisah dan berturut-turut penyajiannya.
Dan saat menontonnya bersama teman saya, yang juga penggemar Rectoverso ini, saya terkejut. Karena ternyata hanya 5 kisah di atas yang diangkat dan penyajian dalam film pun tidak dipenggal satu kisah selesai namun ditautkan satu sama lain tanpa membuat penonton bingung, yah setidaknya itu yang saya rasakan.
Dan penyajian seperti ini tidak membuat kita serta merta merasakan perbedaan mencolok dari sisi sutradara masing-masing kisah. Tapi keunikan masing-masing dalam pengambilan gambar, setting lokasi tetap menjadi ciri khas masing-masing yang pada akhirnya membuat kita berpikir: ‘oh, seperti ini ya ciri khas dari si A, B dan lainnya.’
Contohnya adalah Happy Salma yang mengetengahkan kisah Hanya Isyarat dengan latar laut bebas dan sebuah gubuk ala pantai di Lombok untuk menggambarkan hati seorang wanita petualang namun memendam cintanya. Atau Cathy Sharon dalam mengambil setting café yang bernuansa glamour namun klasik, sama seperti kisah sang pelukis dengan wanita classy yang singgah sesaat dalam hidupnya.
Kisah-kisah dalam film ini memang sudah saya baca sebelumnya. Dan memang mencerminkan hati kita sebagai manusia yang terkadang memendam kagum atas nama cinta tanpa mampu mengucapkannya. Seperti dalam Curhat buat Sahabat misalnya, kisah ini sangat ‘mengganggu’ teman saya karena merasa sangat tersentil yang mirip dengan keadaannya. Terutama dalam adegan sakit dan sebagai sahabat, yang mencintai, menunggu dan menjaganya (kisah ini juga menggelitik saya ke kisah saya sendiri beberapa tahun lalu sih).
Lain lagi dengan teman saya yang satu. Dia tergelitik dengan Hanya Isyarat – di samping mengambil latar laut yang memang menjadi tempat favoritnya, kisah memendam cinta ini memang dialaminya. Sedangkan bagi saya, cerita favorit saya tetaplah Malaikat Juga Tahu. Sang tokoh utama, Abang yang diperankan dengan sangat baik oleh Lukman Sardi, adalah penderita autis. Jatuh cinta pada seorang anak kos yang tinggal di rumah kos ibunya itu. Sama seperti yang lainnya, Leia jatuh hati pada Abang hanya sebatas kasihan. Di saat adiknya Abang, yang normal, kembali dari luar negeri, Leia jatuh hati dan membuat Abang patah hati.
Yang membuat saya sangat menyukai kisah MJT ini bukan lain adalah detail yang diperhatikan dalam ruangan Abang. Autisme memang unik. Mereka memiliki keunikan masing-masing. Dan dalam kamar tidur Abang ini, detail tentang autisme Abang sangat kentara, termasuk 100 sabun yang disusun Abang.
Dan kata-kata akhir Abang dalam suratnya: ‘100 itu sempurna – tapi satu jauh lebih sempurna – dirimu’. Bagi yang sudah jatuh cinta dengan akting Lukman Sardi, bersiaplah untuk jatuh cinta kembali pada dirinya dalam kisah ini.
Secara keseluruhan, film ini sangat layak untuk ditonton. Apalagi bagi yang ingin mendengar kisah cinta tak terucap, sesuai dengan tagline film ini.