Review film Finding Dory ini merupakan Guest Post juga dari teman yang memang suka nonton dan menulis. Dia juga pernah menulis Review Film Hunger Games – Mockingjay kemarin. Notes: Review film kali ini agak panjang tapi komprehensif kalau menurut saya pribadi. Love it. Thank you Dean.
***
Adegan film dibuka manis nan indah dengan sebuah kilasan ingatan masa kecil Dory dengan kedua orangtuanya. Dory, seekor ikan Blue Tang yang kita kenal memiliki ingatan jangka pendek, ternyata memang dilahirkan unik.
Sejak dini, dia telah dididik oleh ayah ibunya mengenai bagaimana cara untuk mengatasi kekurangan dirinya agar tidak menyulitkan dirinya sendiri dan orang lain di masa depan.
Febriyanlukito: Ternyata memang film ini bagus juga dalam sisi parenting ya… gak salah dong masuk Daftar Film Wajib Tonton 2016 yak
Sepanjang film nanti kita akan disuguhkan sedikit demi sedikit potongan – potongan ingatan masa lalu Dory, yang tanpa sengaja terpicu karena ia menyaksikan sekelompok ikan pari bermigrasi. Dory lantas termotivasi mencari kembali orangtuanya sambil berusaha mengatasi kekurangan ingatannya.
Ayah ibunya yang sedari dulu tahu kekurangannya, berusaha sebaik mungkin memprogram Dory agar kelak bisa mandiri meski ia harus hidup dengan ingatan jangka pendek.
Motto “just keep swimming” yang selalu Dory senandungkan, adalah sebetulnya nyanyian kasih sayang dari ibunya – tanpa disadari oleh Dory.
“Tapi Ibu, bagaimana kalau suatu hari aku tersesat?, aku bisa saja lupa jalan pulang dan segala sesuatu mengenai kalian , ucap Dory kecil pada orangtuanya.
“Oh, jangan khawatir Dory, kamu tidak akan mungkin lupa kasih sayang dari kami, begitu juga kami yang berjanji tidak akan pernah melupakanmu”, jawab ibu Dory.
Lalu adegan dramatis berikutnya yang berdurasi kurang dari 4 menit menjelaskan kepada penonton bagaimana sebuah suratan takdir memisahkan Dory dari kedua orangtuanya tanpa dialog hanya beriring latar musik syahdu.
Formula pembuka adegan yang sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan film pertama Finding Nemo (2003).
Perbedaannya, jika dalam Finding Nemo adegan pembuka lebih terasa mencekam. Di mana Marlin harus kehilangan istri dan ratusan butir telur calon anaknya dalam sebuah tragedi. Ditambah pula dengan tampilan ikan besar bergigi tajam nan agresif ditambah dengan musik pengiring latar yang juga sama mencekamnya.
Akan tetapi adegan pembuka di Finding Dory lebih terasa sebagai suatu takdir. Yang mau tidak mau memang harus dijalani oleh Dory kecil hingga nanti ia dewasa kelak. Penonton akan maklum. Penonton akan dibuat terbuai dan bersimpati lewat alunan musik.
Review Film Finding Dory
Seluruh rangkaian film disuguhkan dengan plot maju mundur dan mengambil sudut pandang tunggal milik Dory. Untuk merangkai benang merah antara film pertama dengan sekuelnya, menurut saya team penulis skrip telah melaksanakan tugasnya dengan amat baik.
Penonton dewasa yang bernostalgia kembali lewat Finding Dory dapat menemukan kesamaan rangkaian peristiwa yang menuntun Dory hingga satu tahun setelah petualangannya menemukan kembali Nemo.
Sedangkan penonton yang masih muda (anak-anak) yang belum mengenal Marlin dan Nemo, akan mampu mengidentifikasi nilai- nilai moral positif yang dibawakan oleh seluruh karakter dengan rangkaian peristiwa baru tanpa harus mengetahui apa yang terjadi pada film pertama.
Karakter Dalam Film Finding Dory
Masih dengan formula yang cenderung sama dengan film Finding Nemo dalam hal karakter. Jika dalam film Finding Nemo kita dikenalkan dengan karakter jenaka. Karakter di dalam akuarium milik dokter gigi yang memelihara Nemo dan seekor burung pelikan di Sydney. Dalam film Finding Dory ini, kita akan diperkenalkan dengan karakter – karakter baru yang tidak kalah konyol dengan fresh jokes dan mengundang gelak tawa.
Ada Paus Hiu yang yang tidak mampu berenang dengan benar. Ada Paus Beluga yang tidak tahu cara menggunakan Ekolokasi (Dia bahkan tidak tahu apa itu Ekolokasi, hahahaha). Lalu, ada sepasang anjing laut dengan aksen British yang kental. Dan tidak lupa ada seekor gurita super cerdas dengan karakter kompleks yang menjadi pro – kontra dengan karakter Dory.
Mereka adalah penghuni panti rehabilitasi satwa liar, mengambil lokasi cerita di California. Mereka semua saling melengkapi dengan keterbatasan mereka.
Tanpa bermaksud mengangkat topik disabilitas, Pixar dan Disney ternyata mampu mengedukasi dan menyemangati penonton dengan disabilitas tertentu tanpa terkesan menggurui sama sekali. Inilah yang selalu menjadi momentum emas milik Pixar.
FebriyanLukito: Moment yang sama dalam film Inside Out yang tidak menggurui ya. Terus gimana dengan plot cerita film ini simak terus Review Film Finding Dory ini.
Plot Cerita Film Finding Dory
Untuk plot cerita Film Finding Dory ini agak sulit ditebak pada awalnya. Baru hingga sampai pada pertengahan film, penonton dewasa mampu menerka kira – kira siapa Dory sebenarnya. Darimana ia berasal, di mana orangtuanya. Klimaks cerita dan anti klimaks cerita juga mampu ditwist dengan baik.
Hati anda akan dibuat terbahak karena kekonyolan tingkah para karakter sampai dengan mengharu biru mengikuti kekalutan perasaan Dory dan struggle nya. Dialog verbal yang terasa jujur dilontarkan dan bahkan valid untuk dipercaya meski ia bukan manusia.
Dibalik Masa Penantian 13 Tahun
Film Finding Dory membutuhkan selang waktu 13 tahun sejak film pertamanya dibuat. Finding Nemo di-release pada tahun 2003 dengan modalkan bsebesar US$ 94 Juta. Dan berhasil meraup keuntungan hingga US$ 936 juta. Hal ini tidak termasuk penjualan DVD, Blue-Ray, dan hak paten penggunaan karakter untuk merchandise dan video game. Maka tidak heran sesungguhnya mengapa pihak studio Pixar dan Disney membuat sekuelnya.
Hingga hari ini (21 Juni 2016) telah mendapat pemasukan kotor berjumlah US$ 205 juta, untuk penayangannya di seluruh dunia.
Lalu kenapa harus menunggu hingga 13 tahun?
Sebab penulis sekaligus sutradara Finding Nemo kehabisan ide serta terbentur oleh karakter utama yang terlanjur dibangun sebelumnya. Ide cerita mengenai ikan badut ini sendiri sejatinya terlontar dari mulut anak sang sutradara yang akhirnya dirangkai menjadi sebuah cerita utuh.
Tema cerita mengenai ikan badut akhirnya diubah menjadi pencarian jati diri sebenarnya Dory yang kompleks. Team Pixar mengeksplorasi berbagai kemungkinan dan akhirnya harus memilih satu. Pilihan akhirnya jatuh pada karakter Dory yang seharusnya sekedar side kick dari karakter utama.
Film ini kembali disutradarai oleh Andrew Stanton sekaligus penulis original untuk kedua film Finding Nemo dan Finding Dory. Angus Maclane berada di kursi co-director yang menentukan penyuguhan sistematis adegan per adegan sesuai screenplay awal yang dibuat oleh Andrew.
[Tweet “Film Finding Nemo berhasil mendapatkan 4 Nominasi dan 1 piala Academy Award (Best Animated Film)]
Dengan membawa team yang sama, Andrew memutuskan tidak menggambar animasi pada media komputer seperti yang ia dan teamnya lakukan dahulu kala.
Untuk menaikkan standar kualitas animasi, ada beberapa hal fundamental yang dilakukan oleh Pixar untuk menaikkan standar animasi. Dua topik utama yang tengah hangat dibahas tersebut antara lain :
#1. Mengadopsi perangkat dan menciptakan devisi baru bernama “Development RIS”
RIS adalah sebuah perangkat animator yang bertanggung jawab memperhalus animasi dalam film Brave (2012) dan Frozen (2013). Dalam film Brave, RIS berperan dalam memperhalus gerakan rambut ikal merah pemeran utama wanita. Sedangkan dalam film Frozen, RIS dipakai untuk memperdetail berbagai gerakan kain yang digunakan didalam animasi dan kontra warna dalam objek terkait es.
Di dalam film Finding Dory, RIS dipakai untuk mempertajam dramatisasi pergerakan permukaan air, bias cahaya didalam air dan bayangan di atas permukaan air dengan objek memantul. Sofware hasil RIS untuk pergerakan di atas permukaan air dan di dalam air ini diberi nama KATANA dan sudah dipatenkan.
“Hasilnya sungguh luar biasa, pertama kali aku melihatnya tampil dilayar komputer kami, aku hampir saja meneteskan air mata. 13 tahun yang lalu kami belum memiliki teknologi semacam ini, untuk pembiasan cahaya menembus ke dalam air dengan segala refraksinya.
Kami hanya mengandalkan improvisasi warna hasil kreatifitas animator kami dalam menciptakan layer serta variasi kedalaman didalam air.
Sungguh luar biasa bagaimana sebuah teknologi tunggal mampu berkontribusi begitu banyak dalam proyek seni menjadi terasa lebih nyata dan masuk diakal “, ujar Andrew dalam wawancara resminya di Film Journal International, Berlin, 2016.
#2. Team melakukan observasi yang cukup mendetail dalam menciptakan tokoh Hank.
Hank sendiri adalah seekor gurita di dalam pusat rehabilitasi yang kehilangan sebuah tentakel lengannya karena ulah kenakalan anak- anak. Masih dengan menggunakan RIS, team animasi membutuhkan waktu total selama 3 tahun untuk menciptakan pergerakan otot gurita yang halus serta perubahan wujudnya (mimikri).
Prosedur ini jugalah yang akhirnya menambah waktu durasi proses produksi menjadi lebih lama dari yang seharusnya. Sejak pertama kali semua pengisi suara selesai merekam suara mereka kedalam rekaman adegan yang hanya berisikan animasi sederhana, team animasi membutuhkan 2 tahun 9 bulan untuk menyelesaikan seluruh adegan Hank kedalam scene animasi.
Dua hal tersebut menjadi andalan yang amat kentara bagi penonton yang menonton dan membandingkan kedua animasinya.
Bagi saya pribadi, kekuatan film Finding Dory terletak pada dialog dari lubuk hati Dory dan pada topik “mengubah kesialan menjadi sebuah kemujuran.” Hal ini terasa pantas dipertontonkan meski konyol bahkan bagi orang dewasa tanpa terasa mengolok atau bahkan menggurui.
Animasi tidak perlu diragukan, 13 tahun penantian sungguh tidak sia- sia. Ada begitu banyak layer subtema dan intrik, menjadikan Finding Dory agak sedikit berat dibandingkan film pertamanya. Anda mungkin harus menontonnya lebih dari satu kali untuk meresapi seluruh drama intrik yang coba diangkat keatas permukaan.
Cobalah untuk menebak adegan di mana pasangan sejenis (lesbian) disisipkan singkat dan kilat di dalam adegan untuk mengangkat isu tema kesetaraan hak dan gender secara sengaja namun implisit. Well, awalnya saya sendiri juga tidak tahu adegan yang mana, sampai saya menulis artikel ini dan melakukan riset secara lebih mendalam barulah saya ingat adegan mana yang dimaksud.
Adalah Ellen Degeneres pionir yang menghasut team Pixar untuk membuat sekuel ini. Ellen yang dibayar murah dan bukan siapa- siapa pada tahun 2001 (tahun awal produksi Finding Nemo sebelum release) telah berubah menjadi Ratu Talkshow menggantikan posisi Oprah Winfrey, melalui banyak Talk Shownya.
Dia meminta Pixar berhenti mengerjakan proyek Toy Story 16 dengan nada setengah mengejek dan bercanda serta segera memulai memikirkan sekuel Finding Nemo.
Menonton film Finding Dory serasa melengkapi secara utuh nostalgia anda akan riwayat hidup ikan tang biru nan menggemaskan ini. Saya memberi nilai 9 dari 10 untuk keseluruhan hasil karya. Sebaiknya dinikmati dalam format 3D IMAX di XXI atau format 2D namun dengan dukungan layar ratio yang lebih lebar seperti layar Sphere milik CGV Blitz. Mungkin juga di layar terbesar di Cinemaxxx.
Jerih payah team animator dengan dukungan teknologi 3D akan berhasil menarik anda masuk kedalam dunia bawah laut. Unforgettable, lagu klasik yang kembali dinyanyikan oleh Shia akan dibawakan sebagai lagu penutup film dan sebagai soundtrack mengiringi Dory yang berenang bebas dan bahagia meski tetap pelupa.
Have a happy life Dory, you really deserved it.
Catatan Tambahan
Jangan terlambat masuk kedalam theater untuk menyaksikan bagaimana Pixar menyombongkan diri dengan development program RIS milik mereka terkait software “KATANA”. Pixar akan menayangkan animasi berjudul Piper berdurasi selama 6 menit untuk menjelaskan kepada para penonton.
Febriyan: baca review film Finding Dory dengan catatan ini jadi inget film pendek di film Disney sebelumnya. Sepertinya akan jadi ciri khas nih.
Para kreator animasi dan penggerak bisnis animasi bagaimana teknologi telah berhasil melangkah begitu jauh dalam membuat pergerakan animasi berwujud cair (air).
Piper sendiri adalah animasi pendek menceritakan tentang bagaimana seekor burung pantai kecil belajar menghadapi rasa takutnya terhadap air (ombak). Nah, deburan ombak dalam air inilah yang menggunakan teknologi teranyar milik mereka “KATANA”.
Disutradarai oleh Alan Barillaro, seorang animator senior yang disegani didalam Pixar. Dialah yang bertanggung jawab penuh atas kreasi animasi A Bug’s Life (1998) yang sukses mengantarkan Pixar pertama kalinya mencetak rekor hits sepanjang sejarah Pixar. Jabatan proyek terakhirnya sebelum Finding Dory dan Piper.
Baca juga: Kegiatan Helping Peduli Sosial
Jadi… Kesimpulannya
Dari tulisan Guest Post Review Film Finding Dory ini sendiri, saya menyimpulkan kalau film ini memang wajib tonton dan juga bikin saya pribadi mupeng. Kamu sendiri sudah nonton?
Review Film Finding Dory
- Alur/Plot
- Visual Efek
- Animasi
- Teknologi
Ringkasan
Setelah 13 tahun, Disney Pixar mengeluarkan sekuel Film Finding Nemo. Film berjudul Finding Dory ini bercerita tentang sang sidekick dalam film pertama itu, Dory yang suka lupa – short term memory lost. Dalam film Finding Dory ini, dikisahkan Dory mencari tahu tentang orang tuanya. Apakah dia berhasil MENEMUKAN mereka?
Simak Review Film Finding Dory – Guest Post dari founder Helping Peduli Sosial, Dean Lugisto beserta teknologi yang memukaunya.
Baguuuss dan belum sempat nonton padahal pengen berat.
toss. saya pun blm menontonnya. hiksss
Bagus reviewnya
Makasih mas Julian. Tulisannya temanku ini.
beluuuum… pingiiiin…
Sama dong kalau gitu mbak.