Review film Hunger Game Mockingjay Part 2 ini adalah tulisan teman saya, yang saya todong untuk membuatnya di blog ini. Hehehe. Jadi jangan heran kalau gaya dan format tulisan review film kali ini berbeda dari yang biasa saya tulis ya. Saya sendiri belum menonton film ini. Terima kasih Dean (founder of: Helping Indonesia).
Baca juga: Helping Indonesia – Jadwal Helping Indonesia 2015
Review Film Hunger Game Mockingjay Part 2
Adegan dibuka dengan Katniss (Jennifer Lawrence) yang mulai pulih akibat terluka pita suaranya setelah dicekik dengan kuat dan hebat oleh Peeta (Josh Hutcherson). Cekikannya bahkan meninggalkan bekas memar yang cukup serius.
Setelah Peeta berhasil diselamatkan dan dibawa pulang oleh pemberontak kembali ke Distric 13, Peeta harus diisolasi karena menderita ganguan mental akibat senjata biologis yang disuntikkan kedalam tubuhnya, yang membuatnya sebagai senjata pembunuh paling efektif dan efesien : Membunuh Mockingjay dengan tangannya sendiri, atau setidaknya mematahkan semangat sang icon pemberontakan.
Snow (Donald Sutherland) sudah memperhitungkan bahwa Coin (Julianne Moore), pasti akan berusaha membebaskan Peeta, sebagai langkah untuk mencegah video propaganda berbalik arah melemahkan peran Mockingjay dimata pemberontak.
“Katniss Everden adalah anjing! Dia pembohong! Dia yang menyebabkan ini semua terjadi! Kau harus membunuh dia Prim! Jangan pernah mempercayai dia!“ teriak Peeta kepada Prim, adik kandung Katniss dalam ruang isolasi.
Tak ayal seruan Peeta yang ditonton dan didengar langsung dari luar ruang isolasi menyayat hati sang Mockingjay lebih dalam lagi. Peeta, satu- satunya orang yang ingin dijaga tetap hidup oleh Katniss dalam sepanjang Hunger Games dan Catching Fire telah kembali namun rusak, kurus, dan amat sangat ingin membunuh Katniss dengan tangannya sendiri.
Dan adegan pembuka ini hanyalah satu dari serangkaian kerusakan, kematian dan pengorbanan yang harus dijalani MockingJay dengan mata dan telinga terbuka namun hati nelangsa. Dia tidak pernah mengharapkan revolusi sedari awal, dia hanya ingin berjuang untuk tetap hidup bersama orang- orang yang penting bagi dirinya. Dan harga yang harus dibayar oleh seorang Mockingjay sebagai motor penggerak revolusi mungkin terlampau mahal.
Adaptasi Novel MockingJay Oleh Francis Lawrence
Sutradara Francis Lawrence berhasil mengadaptasi novel MockingJay ke film layar lebar dengan sangat baik, meski- seperti novel tebal lainnya, jangan mengharapkan seluruh detail penting didalam buku tertuang di layar lebar.
Francis berhasil mengambil banyak dari intisari metamorfosa seorang Mockingjay dari sudut pandang Katniss, meski pembaca setia Trilogi Hunger Games akan menyadari bahwa itu tidak seluruhnya sudut pandang Katniss.
Di dalam versi buku asli bab terakhir, pembaca disuguhkan plot demi plot dengan sistematis dan kompleksitas pergulatan batin dan nilai- nilai humanisme yang kontradiktif dari sudut pandang Katniss seorang.
Buku ini digambarkan oleh Suzanne Collins, sang penulis Trilogi Hunger Games, Catching Fire dan Mockingjay sebagai buku paling satir, lelucon ironi dan gelap dalam karya sastranya. Francis berhasil mencerahkan sedikit naskah asli dari buku.
Yaitu dengan pemilihan tone warna yang tepat adegan demi adegan serta tidak mengambil sudut pandang orang pertama pada adegan diakhir film, yang didalam bukunya terdeskripsikan murni dari seorang Mockingjay yang menderita post-traumatic stress disorder.
Francis piawai dalam menghidupkan karakter dan mendeskripsian seorang icon, dengan semua bumbu drama kontradiksi yang membuat batin ikut nelangsa. Ini adalah formula yang menjadi ciri khas Francis Lawrance dalam mengadaptasi buku menjadi film dan telah mengantarkan ia memenangkan dua piala Oscar dan banyak Grammy Awards untuk film “I am Legend“ (2007), “Constantine“ (2005), dan dua dari videoklip music fenomenal milik Britney Spears : Circus (2004) dan Slave (remake : I’m a Slave).
Review Akting Para Pemeran Hunger Games MockingJay Part 2
Presiden Coin (Julianne Moore) dan Snow (Donald Sutherland) bermain dengan akting memukau dan diatas rata- rata dengan plot yang sebenarnya sudah bukan bukan rahasia karena tertuang didalam Novel.
Sedangkan Jennifer Lawrence berhasil mengaduk emosi penonton dengan mimik, intonasi, dan ledakan tangis diakhir film sebagai antiklimaks cerita. Diaa kini berhasil menjadi aktris papan atas A list Hollywood dengan bayaran hampir menyamai Angelina Jolie dan Sandra Bullock dengan debutnya seorang Katniss Everdeen dalam Hunger Games.
Josh Hutcherson (Peeta Mellark) untuk pertama kalinya berhasil mengimbangi peran Lawrance dengan akting yang tidak kalah memukau sebagai orang yang menderita dua kepribadian dan rusak secara psikologis akibat lomba di Hunger Games dan pion catur mematikan Snow.
Phillip Seymour Hoffman, aktor senior yang berperan sebagai Plutarch Heavensbee meninggal seminggu setelah dua seri Mockingjay usai menjalani proses syuting, ia telah lama berjuang memerangi penggunaan heroin sejak dua dekade lalu. Perannya sedikit dalam MockingJay part 2, namun tatapan mata serta senyuman tajam Plutarch yang kharismatik cukup meninggalkan kesan kuat dan otentik sebagai gamesmaker paling fatal milik Capitol yang ikut memberontak dan akhirnya harus memilih memihak diantara Snow, Coin atau Mockingjay.
Kostum Dalam Film Hunger Game MockingJay Part 2
Duo team costume (Kurt & Bart) yang sering dinominasikan untuk kategori kostum terbaik di film Hunger Games, Dallas Buyers Club, MockingJay Part 1, diminta khusus oleh sang sutradara agar mengganti semua tone warna kostum agar terkesan muram.
Terutama untuk Effie Trinket (Elizabeth Banks) yang senantiasa berdandan eksentrik dengan warna neon menyala sebagai wujud analogi dari Capitol. Design awal untuk kostume MockingJay juga diganti beberapa kali karena sang sutradara tidak ingin Lawrence terlebih mirip superhero di Hunger Game Mockingjay part 2 ini.
Sosok Tigris (Eugenie Bondurant), perempuan separuh baya yang kurus dan mengoperasi seluruh penampilannya agar mirip macan tutul didalam novel juga dihidupkan dengan dramatis namun tetap realistis oleh team costume dan special effect make-up.
Hasil Review Film Hunger Games MockingJay Part 2
Secara keseluruhan film ini berhasil menghanyutkan emosi penonton, meski penonton yang tidak membaca trilogi Hunger Games tidak mampu mencerna kecepatan plot yang disuguhkan sutradara. Film ini mengikuti alur klimaks, anti klimaks dan klimaks lagi persis seperti naskah buku.
Tidak seperti film drama remaja lainnya yang beredar di Hollywood, Hunger Game MockingJay Part 2 telah mengangkat titik ukur baru dalam perfilman dengan tema yang hampir serupa, namun tak bisa dibilang sama.
Baca juga: Review Film Maze Runner: The Scorch Trials
Drama dengan cinta definisi baru, kompleksitas alur politik, perang, dan science fiction berhasil memoles film ini agar mampu dinikmati oleh remaja, dewasa, pembaca setia novel, maupun penggemar Hunger Games seri pertama.
Film installment terakhir dengan budget $23 juta Dollar berhasil meraup untung kotor $101 juta Dollar dipekan pertama penayangannya. Angka ini disebut oleh Lions Gate sebagai angka terkecil dari keempat film seri Hunger Games untuk pendapatan dipekan awal penayangannya.
Seri pertama Hunger Games mendapatkan profit bersih sebesar $677 Juta Dollar untuk penayangannya diseluruh dunia, diikuti dengan Catching Fire $864 juta Dollar dan Mockingjay Part 1 sebesar $709 juta Dollar juga penayangannya diseluruh dunia. Akankah Mockingjay Part 2 mampu berkontribusi melebihi profit Catching Fire?
***
Nah, bagaimana dengan review film Hunger Game Mockingjay part 2 dari teman saya ini? Saya bertanya padanya berapakah nilai akhir yang diberikan olehnya untuk film ini. Dia mengatakan untuk film Hunger Game Mockingjay Part 2 ini, dia dengan tegas memberikan nilai 4 dari 5 bintang.
Sebuah nilai yang cukup besar (dari seorang Dean – yang saya kenal banget movieholic habis). Dari IMDB sendiri film ini mendapatkan 7.2 sedangkan di Rotten Tomatoes nilainya 71%. Nah itu review film Hunger Games Mockingjay Part 2 – yang merupakan Guest Posting dari teman saya. Kamu sendiri sudah menonton film ini belum?