Siapa yang suka film-film animasi keluaran Disney dan Pixar? Sudah pasti saya akan ikut mengacungkan jari saya tinggi-tinggi. Cerita-cerita film animasi mereka ini bagus buanget, kayak Ratatouille. Keren abis bisa membuat seekor tikus jadi semenarik itu. Film terbarunya, Inside Out akhirnya diputar juga di Indonesia (termasuk film yang pemutaran di Indonesianya diundur) minggu lalu. Ini Review Film Inside Out Mari Kita Bersedih versi saya. O iya, saya sendiri nonton film ini di Cinemaxx 3D yang lagi promo buy 1 get 1, jadi total cuma keluar Rp40rb (Weekend) dah bisa nonton berdua. 😀
Baca juga: Nonton di Layar Ultra XD Cinemaxx
As always, let’s check out the Plot of Inside Out first.
Plot Film Inside Out
Dikisahkan seorang gadis bernama Riley (11 tahun) memiliki 5 emosi di dalam tubuhnya semenjak dilahirkan. Adalah Joy (bahagia), Fear (takut), Anger (marah), Disgust (jijik), dan Sadness (sedih). Kelima emosi ini tinggal dan beroperasi di sebuah tempat yang disebut Headquarters, di mana masing-masing menekan tombol demi tombol untuk mengatur emosi yang ditampilkan oleh Riley. Sejak dia lahir hingga umur 11 tahun itu, terdapat banyak sekali kenangan (semua emosi) dan 5 kenangan inti yang membentuk ruang-ruang pengendali besar. Namun, sejak Riley dan orang tuanya pindah ke San Fransisco, segalanya pun berubah. Setiap kali Sadness menyentuh kenangan Joy, kenangan itu menjadi blue (kesedihan). Lalu, suatu hari, Joy dan Sadness tersedot ke dalam mesin yang biasanya mentransfer memory Riley ke pusat kenangan. Riley pun semakin terlihat gundah gulana di rumah dan juga di sekolah. Apakah Joy dan Sadness akan kembali ke Headquarters?
Cast & Crew Inside Out
Film animasi ini ditulis dan disutradarai oleh Pete Docter. Dia menulis kisah ini bersama dengan Ronaldo De Carmen. Pete Docter sendiri bukanlah orang baru dalam dunia animasi, apalagi Pixar dan Disney, dia juga yang menulis cerita film Up (2009) dan the upcoming Toy Story 4. Pengisi suara dalam film ini adalah Amy Poehler sebagai Joy, Phyllis Smith sebagai Sadness, Bill Hader sebagai Fear, Lewis Black sebagai Anger dan Mindy Kaling sebagai Disgust.
Review Film Inside Out: Mari Kita Bersedih
Film ini unik. Itu sih yang terlintas dalam benak saya sejak pertama kali melihat trailer film ini. Dari dalam keluar – itu kira-kira terjemahan bebasnya, apa yang ada di dalam pikiran kita, yang dirasakan oleh kita selama ini di dalam, menjadi tema utama film ini. Sejak awal, kelahiran Riley, kita diajak untuk berkenalan dengan emosi demi emosi yang ada dalam setiap manusia (5 emosi dasar).
Pemikiran dari Pete Docter untuk menggambarkan emosi manusia ini tertuang dengan sangat baik. Saya suka banget pas memulai film ini saat Riley lahir. Joy… kebahagiaan melihat kedua orang tuanya yang juga merasakan kebahagiaan karena kelahirannya. Disusul dengan Sadness, sebagaimana seorang bayi yang suka tiba-tiba saja menangis. Kemudian seiring bertambahnya usia Riley, emosi-emosi lainnya pun mulai muncul, dan masing-masing mengambil alih pusat kendali pikiran Riley di saat-saat yang cocok.
Misalnya saja saat mendekati kabel yang melintasi ruangan, Fear akan mengambil alih dan menebarkan ketakutan, hingga mampu melewatinya dengan baik. Begitu juga saat mau ngambek ke orang tuanya, Anger akan mengambil alaih atau saat disodori brokoli, maka Disgust akan muncul. Benar-benar ide yang sangat unik, yang membuat saya berpikir seperti apakah ruang kepala saya. 😀
Konsep film ini sangat tepat dengan mengambil usia 11 tahun Riley, yaitu saat – saat menjelang puber. Di mana masa-masa itu, emosi yang muncul mulai out of control (tapi apakah film ini cocok untuk anak-anak – baca deh bagian akhir review film inside out ini). Ditambah lagi dengan kepindahan keluarga Riley ke San Fransisco (SF), di mana Riley harus meninggalkan hockey dan teman-temannya dan ayahnya yang jauh lebih sibuk di SF ini.
Tagline film Inside Out – A Major Emotion Picture dan juga Meet The Little Voices Inside Your Head ini rasanya memang pantas disandang sejak awal. Kita bertemu dengan bagaimana proses emosi mengendalikan pikiran kita secara bergantian dan kemudian kenangan demi kenangan dibentuk dan dikirimkan ke Long Term Memory dengan harapan suatu saat nanti akan ditarik kembali jika dibutuhkan.
Ada satu scene di mana ada petugas-petugas kecil di Long Term Memory, saat Joy dan Sadness tersedot ke dunia ini, sedang membuang kenangan-kenangan yang tidak pernah terpakai. Kenangan yang dibuang ini, pada akhirnya akan hilang secara total (bukan di alam bawah sadar). Apakah memang demikian juga yang terjadi dalam pikiran kita ya? Well, masing-masing yang menonton bisa menerjemahkan sendiri film ini nantinya, seperti yang diterjemahkan oleh Uda Sulung di path setelah kami menontonnya.
Satu hal yang menarik adalah bahwa film animasi, apalagi yang dibuat oleh Disney dan Pixar, biasanya diperuntukkan sebagai film untuk anak-anak. Film ini memang penuh dengan warna-warni yang pastinya disukai oleh anak-anak, namun secara kisah, rasanya film ini sendiri tidaklah cocok untuk anak di bawah umur 13 tahun, seperti rating film Inside Out ini, yaitu PG kalau di IMDB dan Rotten Tomatoes (for mild thematic elements and some action).
Film ini mungkin akan sangat membosankan secara cerita untuk anak-anak di bawah 10 tahun (walau tokohnya mungkin seumuran). Akan tetapi, film ini sangat kaya akan nilai dan cocok untuk para orang tua. Setidaknya, dari sisi parenting, bisa dipelajari kenapa abg bersikap seperti A atau B dalam kondisi-kondisi tertentu. Hal ini sangat cocok deh buat para orang tua, apalagi yang punya anak masih kecil-kecil.
Ada satu kutipan yang terlintas dalam benak saya sesaat setelah menonton film ini, kutipan saya sendiri sih:
Kesedihan tidak boleh diabaikan, dia merupakan bagian penting dalam emosi setiap orang – FLO.
Kita memang seringkali berusaha mencari, mencari dan mencari kebahagiaan dan menghindari kesedihan, luka dan apalah namanya. Tapi sebenarnya kesedihan itu memegang peran penting dalam hidup kita. Itulah kenyataannya.
Intinya sih, film ini memang merupakan film keluarga yang cocok ditonton bersama anak remaja ataupun ditonton oleh semua orang tua untuk lebih memahami karakter anak. Saya berikan 4 dari 5 bintang untuk film Inside Out ini. Dan seperti biasa, sebagai penutup Review Film Inside Out ini saya berikan kutipan percakapan dari film ini yang saya dapatkan dari IMDB.
Sadness: Crying helps me slow down and obsess over the weight of life’s problems.
Jadi… ayoooo mari kita bersedih dulu. Jangan dihindari sedihnya dan cuma mau senang-senangnya aja. Eh, dah nonton film ini belum?
Permisi, saya mau tanya. Kalau film yg menceritakan ttg tikus yg kehilangan ayah dan ibunya kmd mencarinya (kalau tdk salah namanya Phili) itu judul filmnya apa ya? Tks
Film kartunkah mbak Sabila?
story yang sangat keren menurut saya, walaupun cuma animasi, tp banyak pelajaran di dalam film ini
Setuju. Banyak pelajaran dari film ini.
Mohon maaf ya sebelumnya, link saya pindah ke url nama.
jadi penasaran pengen nonton film nya mas 🙂
Ayo ditonton Mbak.
tadinya mau bawa anak saya nonton film ini … tapi ternyata nggak cucok ya untuk anak kecil ….
termakasih review-nya
Anaknya umur brp? Secara animasi pasti suka. Colorful. Tp prlu dijelaskan secara cerita sptnya.
Listed
Jadi pengen nonton 😀
Hrs nonton Lia.
mau ngajak ponakan nonton ini, tapi nunggu ada yang kasih tiket gratisan he he he….
Hahahaha. Mau gratisan brp biji?
tiga aja cukup.. :lo:
kenapa mau kirimin asmie ya?
*dilempar klepon
Cuma tny aja sih. ?
Kemarin aku pengen nonton film ini, tapi karena temenku bilang filmnya membosankan, jadinya batal deh. Tapi setelah baca reviewnya Ryan, jadi pengen nonton lagi. Hihihi. 😀
Gak bosan kok. Jadi anak2 aja pas nontonnya.
aku belum pernah liat film ini..tapi sepertinya bagus nih kalo dari reviewnya 🙂 pengen nonton jadinya 🙂
Baru minggu kemarin kok mbak tayangnya.Patut ditonton bersama anak2.
Kurang seru ah:p *beda pendapat*
yang seru apa mas? Menyeruput kopi di perut yang seksih yaaaa *masih inget loh yang di path – eh mas, remove path yang febriyan lukito dong add yang ryan lukito – maksaaaa
Hahahhahahahahh!
Gonta ganti sih path nya. Kaya alay ajah. AHhahahahaha
Ihhh. Gak gonta gantiii. Berhubung hape dijual ? jadi gabungin aja semua d satu path.
Gonta ganti hp mulu sih. Hahahhaah
Gak kokkk
Awas ya kalau gonta ganti lagi. *ngancem*
Itu nama Ryan Lukito banyak banget ya. Hhahahaaha
trailernya kan sering muncul ketika mau nonton bioskop
eh ternyata emang beneran pelem yaa, aku kira numpang lewat doank. stelah baca review mas febri aku jadi penasaran pengen ke bioskoopp…!
Iya. Sebenarnya di US sana dah bulan Juni apa juli gitu Win. Terus rencananya juga dah mau di Indonesia duluan, tapi berhubung banyak film lain, jadi mundur deh.
Ayooo ke bioskop, jangan gulali mulu yang dimakan, kecuali bagi2 gulalinya 😛
Hai mas ryan. Aku belum nonton sih film ini. Tapi setelah baca review ini kok jadi pengen nonton yaaa 🙂 setuju sih, kita cenderung mencari kebahagiaan dan melupakan kesedihan. Tapiii yaa.. sapa juga yg mau sedih terus terusan :p marii hiiduup baahagiaaaa *teteup* 😀
Btw, oot ngomongin Ratatouille ya..aku suka bgt sama film itu, sampe diputer beberapa kali gak bakalan bosen. Moralnya bagus 🙂
Ayo ditonton… wajib malah kalau suka Ratatouille. 😛 Saya juga suka, walaupun nonton ulang bukan karena sengaja tapi asik aja rasanya nonton lagi dan lagi. Passion di film itu berasa banget.
Mari bersedih biar merasakan kebahagiaan yang lebih. 😀
Mas, notif balesan komennya mas ryan kok gak cring cring yaa di tempatku *halah* 😀
Iyaa…masuk daftar wajib tonton nih. Aku jadi bayangin, emoticon apa ya yg mendominasi isi kepalaku :p
masa gak tring tring? Tapi ada muncul di aplikasinya gak kalau ada balasan?
Tergantung sikon kayaknya….
Gak ada notifnya. Aku baru tau balesan komennya mas ryan setelah main lagi ke sini 😀
Wadoooh… kenapa ya? Hmmmm beberapa kali sempet ada yang gitu juga sih.
Lagi nyari review inside out. Eh yg pertama kluar iniiih. Hahahha. Daku pengen nonton niiih Ryan. Kok kayaknya bagus yah
Bagus Mia. Film keluarga yang harus ditonton.
Eh eh. Masa sih yang pertama?
Iyaa kmaren keluar plg atas. Wakakak xD. Kereeen, Ko
Dah nonton???
Katanya film ini sudah melalui riset yang cukup dan lama..dan kelihatan bgt film ini keren abis. Kita biaa memahami sesuatu yg rumit dalam pikiran manusia dan benee banget..semua perasaan itu penting… even sadness 🙂
Iya Mbak. Katanya sih gitu. Riset mendalam bener2.
Widih, numpang tenar di sini.. Haha…
Ada bagusnya beberapa hal kita lupa. Soalnya, pasti memori bakal penuh banget. Dan bayangkan kalau kita masih ingat hal2 memalukan dan menyedihkan waktu kita kecil dulu.. hehe
Hahahah Udaaaaa… kapan blogging lagi?
Overloaded Uda bakalan jadinya. 😛
Rating nya PG lho bukan R. Jauh banget itu bedanya Hahaha.
Emang kalo yg nonton anak toddler bisa rada bosen tp bisa ngikutin kok. Kalo anak udh SD serangga umur 8 atau 9 sih udh bisa banget ngikutin jalan ceritanya…
Iya ko. di RT n IMDB itu ratingnya PG, tapi kalau di Indonesia – jadinya R tuh ko. Gak ngerti juga kenapa. 😀
Emma n Andrew ikutin sampai habis ya ko? Karena pas kmrn nonton agak-agak dicuekin sama anak2nya. 😀 yang 15 tahun ke atas mah pada senang
Iya sama ama Ko Arman. Ratingnya PG kok bukan R. Hihihihi. Gw nonton ama A yang masih toddler juga masih bisa ngikutin, paling gak A mengenali emosi-emosi yang ada di sana. 😀
R nya versi Indonesia Dan. Setidaknya yang gw dapet sih kemarin, apa lali pas lihat trailer ya… 😀