Film My Generation ini akan tayang di bioskop kesayangan kita nanti, 9 November 2017 lho. Namun saya mendapat kesempatan menonton duluan pada Kamis 2 November lalu bersama cast dan crew.
Sejak awal melihat trailer film ini, ada satu yang menarik menurut saya pribadi, yaitu cerita dari film ini. Film Indonesia yang agak unik memang sudah jadi makanan biasa untuk Upi.
Dalam film ini pun dia mengangkat kisah yang lebih realistis – yang memang sekarang ini dialami banyak orang, yaitu generation gap antara orang tua dan anak-anak muda (yang tergolong milenials).
Nah, seperti apa film yang disebut-sebut tidak hanya menyajikan kisah cinta remaja ini? Simak review film My Generation versi saya berikut ini ya.
Plot Film My Generation
Dinamika hubungan antara orang tua dan anak sampai kapan pun akan menjadi topik menarik untuk diangkat dalam film layar lebar.
Film ini bercerita tentang persahabatan 4 anak SMU yang bersahabat. Mereka adalah Zeke (Bryan Langelo), Konji (Arya Vasco), Suki (Lutesha), dan Orly (Alexandra Kosasie). Mereka mewakili generasi kids zaman now
Mereka berempat dihukum tidak boleh liburan ke Bali karena video buatan mereka yang memprotes guru, sekolah, dan orangtua menjadi viral . Di tengah hukuman, mereka menjalani sejumlah kejadian yang membenturkan nilai-nilai yang dianut anak dan orangtua yang ternyata banyak hal yang harus diselesaikan bersama.
Para Pemain dan Krew Film My Generation
Disutradarai Upi, dengan memasang empat pemain remaja yang terhitung masih baru dalam dunia film. Aktor muda baru itu adalah Alexandra Kosasie (Orly), Arya Vasco (Konji), Bryan Langelo (Zeke), dan Lutesha (Suki).
Selain itu ada beberapa aktor senior seperti Indah Kalalo yang menjadi ibunya Orly, Joko Anwar (Sutradara A Copy of My Mind) dan Ira Wibowo yang menjadi orangtua Konji dan Tyo Pakusadewo yang menjadi orangtua Zeke serta Aida Nurmala yang menjadi ibunya Suki.
Baca juga: Review Film A Copy of My Mind
Upi sendiri telah menyutradarai film antara lain 30 Hari Mencari Cinta (2004), Realita, Cinta dan Rock ‘n Roll (2006), Serigala Terakhir, Belenggu, dan My Stupid Boss sehingga untuk soal kualitas tidak diragukan lagi.
Review Film My Generation – The Gap is There, Tapi Bagaimana Cara Menyikapinya yang Terpenting
Film My Generation ini seperti disebutkan di atas mengangkat tema yang memang unik. Upi menggebrak dengan mengangkat tema generation gap antara generasi para orang tua (termasuk guru) dengan anak milenial (mirip juga dengan tema dalam serial Great Outdoors).
Bagaimana orang tua (guru juga), sering menganggap anak jaman now itu sering buat onar dan bermasalah dan sebaliknya. Gak bisa dipungkiri, semua itu memang realita yang ada sekarang ini. Apalagi, anak muda – generasi milenial lebih akrab dengan yang namanya dunia maya dan digital.
Bentar-bentar mereka lari ke sosial media – lihat saja contoh nyatanya ketika masalah Awkarin muncul. Ini kan karena Awkarin itu generasi baru dan dianggap bermasalah secara umum oleh generasi lebih tua. Apakah memang benar demikian?
Membuat Video Untuk Mengemukakan Pendapat
Awal film ini dimulai dengan beredarnya video viral buatan ke-4 remaja yang menjadi tokoh utama. Mereka merasa gagal paham atas yang dilakukan orang tua mereka dan para guru di sekolah. Simak saja adegan di meja makan atau pun di sekolah. Generation gap itu berasa banget. Bukan soal narkoba atau seks bebas, tapi lebih ke konflik antara dua generasi.
Seringkali anak muda sekarang merasa tidak didengar hingga akhirnya lari ke sosial media atau melakukan yang mereka bisa lakukan, termasuk membuat video yang viral itu.
Nah… bagaimana kemudian dua generasi berbeda ini mulai saling memahami, itulah yang terpenting. Dan ini yang diangkat melalui dua generasi aktor dalam film ini juga.
Jempol untuk Dua Generasi Pelakon
Para aktor muda yang masih benar-benar baru itu, bermain bagus dengan dialog bahasa Inggris yang tampaknya menjadi umum untuk kalangan remaja. Dan hal ini pun berimbang dari sisi aktor senior yang mampu menampilkan diri menjadi orangtua yang kolot dan tidak memahami anaknya sendiri.
Baca juga: Review Film Sundul Gan
Secara keseluruhan, adu akting kedua pihak ini membuat kita yang menonton seakan melihat dan berpikir:
Ini gw banget sama nyokap gw nih….
Karenanya, film ini menyenangkan sekaligus cocok ditonton oleh orangtua yang kewalahan melihat tingkah polah anaknya yang susah dipahami.
Para orang tua lupa, kalau mereka pun pernah muda dan pernah bandel seperti anak mereka sekarang. Bedanya? Anak zaman now itu lebih digital dan lebih aware sama dunia maya.
Bagusnya, film ini tidak terjebak dalam stereotipe film remaja yang hanya mengandalkan wajah cantik dan tampan, tapi juga akting dan cerita soal konflik keluarga yang realistis.
Soundtrack Film My Generation
Upi juga menghadirkan soundtrack yang kekinian, misalnya musik hip hop dari musisi Mario Zwinkle dan DPMB atau Dua Petaka Membawa Bencana, serta raungan musik metal dari band asal Bandung, Aftercoma. Jadi, dari segi music saja menambah keragaman rasa dalam film ini.
Kesimpulan Akhir
Apa film My Generation ini menarik? Jawabnya iya. Buat kamu yang sebel dengan film Indonesia yang gitu-gitu doang – apalagi kalau sudah tentang remaja, pasti soal cinta-cintaan, film ini wajib beud kamu tonton.
Tapi selain untuk para muda, para orang tua pun juga sepertinya wajib nonton film ini, setidaknya biar ada bayangan, seperti apa sih dunia kids zaman now dan bisa ada bayangan untuk memahami mereka dan dunia mereka.
Overall score untuk review film My Generation garapan Upi ini, saya beri score 4 dari 5 bintang. Kalau kamu, gimana? Sudah nonton belum? Kalau sudah, jangan lupa kasih komentar ya untuk review film My Generation versi kamu di kolom komentar.
Review Film My Generation
Ringkasan
Film remaja yang tidak ringan tapi juga tidak berat dan cocok untuk seluruh keluarga. Mewakili kegelisahan generasi dan menjembatani orangtua dan anak.