Untuk memulai review film Smurf 2 ini, ada satu kutipan yang saya ingin sampaikan duluan:
love is unconditionally
Siapa sih yang gak kenal dengan si biru kecil berkepala jamur yang tinggal di sebuah desa bernama Smurfville dan semua kata menggunakan smurf di dalamnya, seperti “I smurf you”. Karakter yang diciptakan oleh Peyo ini sudah sangat dikenal oleh seluruh dunia melalui komik-komiknya. Saya ingat membaca komik ini di perpustakaan sekolah saat kecil atau dari pinjaman.
Nah saat diangkat ke layar lebar oleh Sony Pictures Animation – yang menurut saya menjadi saingan berat Pixar dan Dreamworks – pertama kalinya tahun 2011 kemarin, banyak yang menyukainya dan seperti kebanyakan film Hollywood yang masuk BO, dibuatlah sequelnya.
Gargamel – si penyihir jahat yang mengincar sari Smurf sejak awal, kini sudah menjadi penyihir terkenal (di Smurf pertama, Gargamel memang ditinggal di New York setelah gagal mendapatkan sari Smurf bersama sang kucing Azrael). Dia kembali membuat The Naughty (TN) – Vexy (Christina Ricci) dan Hackus (J.B. Smoove) seperti dulu dia membuat Smurfette – yang akhirnya berhasil dirubah Papa Smurft menjadi biru.
Kali ini, Gargamel memanfaatkan kedua TN itu untuk menangkap Smurfette dan mengorek resep rahasia untuk berubah jadi smurf, agar dia dapat menciptakan banyak TN yang lainnya dan merubahnya menjadi biru untuk didapatkan sarinya yang menjadi sumber kekuatan sihirnya. Smurfette yang sedang berulang tahun, menyendiri di sungai (sedang berusaha mengusir kegalauan hatinya tentang keberadaan dirinya di Dunia Smurf) dengan mudah diculik oleh Vexy.
Petualangan para Smurf yang kali ini diwakili oleh Papa Smurf, Clumsy, Grouchy dan Vanity di dunia manusia ini pun dimulai. Mereka mendatangi Patrick dan Grace yang telah membantu mereka di petualangan pertama dulu. Kali ini team Patrick juga ditambah dengan Victor Doyle, ayah tiri dari Patrick, berusaha menemukan Smurfette sebelum semua terlambat dan rahasia ramuan itu jatuh ke tangan Gargamel. Lanjutannya? Nonton sendiri ya… nanti jadi spoiler lagi.
Review Film Smurf 2: It’s About Family
Yang menarik dari film ini adalah masalah keluarga. Itulah inti dari film ini. Bagaimana Smurfette merasa galau tentang dirinya dan siapa keluarganya. Bagaimana Patrick tidak bisa menerima keberadaan Victor sebagai ayah tirinya. Di sinilah film ini kembali bermain.
Satu kutipan yang saya suka dari film ini sudah saya tuliskan di awal – love is unconditionally. Itulah keluarga. Cinta keluarga – tak peduli siapapun mereka, darah siapa yang mengalir, seperti apapun karakter yang ada – keluarga akan selalu menjadi keluarga. Inilah cinta sejati yang akan selalu ada bagi kita.
Secara keseluruhan saya memberi film ini 3,5 bintang dari 5, untuk sebuah film keluarga, film ini cocok untuk dinikmati bersama keluarga kita.
Oiya… Di akhir film, kita akan menemukan bahwa film ini dibuat In Memoriam to Jonathan Winters – pengisi suara Papa Smurf. Sedih juga membacanya.
*lucu juga baca review film Smurf 2 yang sudah lama saya bikin ini. Dulu format review film saya seperti ini ya.*