Febriyan Lukito

Review Film Spotlight: Belajar Menjadi Jurnalis

Pekan lalu saya diajak oleh teman saya untuk mengikuti Screening Film Spotlight. Saya sih langsung iyakan saja, walau saya tidak tahu film apa itu. Pas saya cek ternyata, film itu termasuk dalam salah satu nominasi film terbaik Oscar 2016. Alamakkk… kudet apa kudet nih yak. Seperti biasa ya.. berikut ini Review Film Spotlight: Belajar Menjadi Jurnalis.

review film spotlight indonesia
Review Film Spotlight – Belajar Jurnalisme. Gambar dari IMDB

Plot Film Spotlight

Diangkat berdasarkan kisah nyata, Film Spotlight berkisah tentang sekelompok jurnalis di surat kabar The Boston Globe. Kelompok beranggotakan 4 (empat) orang ini memang selalu ditugaskan untuk menyelidiki satu kasus tertentu yang akan ditayangkan secara khusus oleh koran tersebut.

Pada tahun 2001, Marty Baron, editor baru di The Boston Globe bertemu dengan Walter Robinson (Robby), kepala editor Spotlight. Baron meminta Robby dan tim Spotlight untuk menyelidiki sebuah kolom yang memuat tentang seorang pengacara lokal bernama Mitchell Garabedian.

Tim Spotlight – Sampai saat ini, Michael Rezendes masih di tim tersebut

Dalam kolom berita tersebut, Garabedian mengatakan bahwa Kardinal Law (pemimpin keuskupan di Boston kala itu) mengetahui bahwa salah satu Pastornya melecehkan seorang anak dan tidak melakukan apapun. Atas permintaan Baron, Spotlight kemudian menyelidiki lebih dalam kisah tentang pelecehan seksual yang dilakukan oleh pastor gereja terhadap anak-anak. Semua pekerjaan saat itu ditinggalkan demi kisah ini. Dan penyelidikan pun dimulai oleh Michael Rezendes, Sacha Pfeiffer dan Matt Caroll.

Selama penyelidikan berlangsung, mereka harus menghadap managing editor, Ben Bradlee Jr, untuk update tentang penyelidikan dan apa saja yang perlu dilakukan. Apakah mereka berhasil menyingkap kisah yang ternyata sudah pernah diangkat tanpa penyelidikan mendalam beberapa tahun silam itu dan menghadapi Keuskupan?

Pemain, Sutradara Dan Krew Film Spotlight

Film ini disutradarai oleh Tom McCarthy, yang bermain dalam film Pixels. Dia juga menulis naskah film ini bersama dengan Josh Singer, yang merupakan penulis dan produser serial Law & Order: Special Victims Unit dan Lie To Mie. Naskah ini sendiri selesai ditulis bulan Juni 2013 dan masuk dalam daftar blacklist, hingga akhirnya syuting dimulai di bulan September 2014.

[Tweet “This story isn’t about exposing the Catholic Church. We were not on some mission to rattle people’s faith.”]

[Tweet “In fact, Tom came from a Catholic family. The motive was to tell the story accurately while showing the power of the newsroom – something that’s largely disappeared today.”]

[Tweet “This story is important. Journalism is important, and there is a deeper message in the story – menurut Singer”]

Para pemain dalam film Spotlight ini pun bukanlah nama-nama yang biasa. Sebut saja Michael Keaton sebagai Walter “Robby” Robinson, Mark Rufallo (pemeran Hulk di Avengers) sebagai Mike Rezendes, Rachel McAdams sebagai Sacha Pfeiffer dan Brian d’Arcy James sebagai Mat Caroll.

Matt Baron sendiri diperankan oleh Liev Schreiber (si kapten di The 5th Wave), Ben Bradlee Jr. diperankan oleh John Slattery serta Mitchell Garabedian si pengacara diperankan oleh Stanley Tucci. Dan masih banyak deretan nama lainnya.

[Tweet “Tersebut juga Masanobu Takayanagi sebagai cinematography, yang terkenal dalam Silver Linings Playbook dan The Prey”]

Review Film Spotlight – Belajar Jurnalisme

Satu hal yang saya syukuri saat menonton film ini adalah mengajak teman yang bekerja di bidang jurnalisme. Jadi beberapa kali saya “menanyakan” apakah seperti itu jurnalis jaman sekarang? 😀 Film ini membawa saya menyelami seluk beluk jurnalisme, setidaknya itu yang saya sepakati dari ucapan Singer, sang penulis.

Saat membaca sinopsis film ini, beberapa jam sebelum film ini dimulai, saya sudah berpikir, apakah film ini akan mengalami pencekalan karena kisah yang diangkat itu agak sensitif. Saya masih ingat saat remaja dulu film Passion of the Christ tidak berhasil masuk karena kisahnya. Namun ternyata minggu ini film Spotlight akan tayang di CGV Blitzmegaplex.

Mengupas Tuntas Sebuah Kisah

Saat membuat review film Spotlight ini, saya belajar untuk total dalam bekerja

Jujur, saya termasuk yang agak meragukan dunia jurnalisme di negeri ini. Beberapa kali kok merasa berita yang ditayangkan itu memiliki tujuan tertentu dibandingkan mengetengahkan kisah sebenarnya. Namun dalam film Spotlight ini, saya melihat bagaimana susahnya mengeluarkan sebuah kisah. Apalagi kisah ini melibatkan penguasa di kota yang tak besar.

[Tweet “Dengan budget $20juta, syuting banyak dilakukan di kota Boston dan Ontario”]

Lihat saja bagaimana Mike Rezendes mengejar sang pengacara nyentrik dengan segala upaya. Dimulai dengan penolakan hingga akhirnya berhasil mendapatkan berita dan bahkan sumber informasi si pengacara. Saya pun tenggelam dengan aksi wawancara Mike dengan salah satu korban (yang sudah dewasa) – tegas tapi tidak melupakan empati. Dia benar-benar mendengarkan.

Kemudian juga dengan kerja keras Sacha Pfeiffer yang mencari informasi dalam berbagai bentuk, termasuk mendatangi satu demi satu keluarga yang menjadi korban. Tentunya, di daerah di mana mayoritas beragama Katholik, hal ini tidak mudah. Banyak yang menutup pintunya hingga akhirnya luluh karena kegigihannya. Gigih seperti Erin Brokovich saat mendekati para keluarga.

[Tweet “Pantas saja Mark Rufallo dan Rachel McAdams mendapatkan nominasi Oscar 2016 di film ini”]

Pertanyaan dalam diri saya sendiri adalah apakah hal serupa masih dilakukan di jaman sekarang ini? Penyelidikan akan sebuah berita sebelum berita diterbitkan? Baik di Indonesia ataupun di luar sana. Dalam film ini pun dijelaskan bagaimana sebenarnya bukti-bukti yang dibutuhkan sebenarnya sudah pernah dikirimkan sebelumnya namun tidak digubris.

Kedalaman Mencari Informasi

Dalam mencari informasi tentang kasus itu, tim Spotlight melakukan penyelidikian mendalam dan sangat detail hingga mengungkapkan betapa banyaknya kasus yang serupa terjadi. Yang awalnya hanya 1 kasus hingga menjadi 13 kasus dan akhirnya menjadi total 90-an kasus.

Totalitas tim Spotlight, yang memang menjadi penekanan dalam pembuatan film ini – sekali lagi bukan skandalnya – rupanya juga membawa totalitas para pemeran. Sebut saja Michael Keaton yang demi memerankan Robby, benar-benar mencari Robby dan menyelami kehidupannya.

[Tweet “How did you know everything about me, we just met – ujar the real Robby”]

Atau juga Mark Rufallo yang juga membuat Michael Rezendes tercengang-cengang. Hal ini yang mungkin disebut dengan etos dunia kerja yang selalu dicari oleh perusahaan ya. 😀 Totalitas dalam berakting di sini membuat saya merasa sedang bekerja di dunia jurnalis (bertolak belakang dengan pendapat teman saya untuk hal ini).

Kesimpulan Review Film Spotlight

Secara keseluruhan, saya mengacungi jempol untuk film Spotlight ini. Dengan alur yang bertempo cepat dalam pengenalan tokoh-tokohnya, film ini mampu menarik saya untuk duduk manis dan menonton di bioskop kemarin. Demikian juga pembuatan naskah yang memang dibuat sedemikian rupa untuk mengenalkan dunia jurnalisme sebenarnya.

Di IMDB sendiri film Spotlight ini mendapatkan nilai 8.2 dan di Rotten Tomatoes mendapatkan nilai 96% tingkat kesegarannya. Untuk review film Spotlight ini saya sendiri memberikan nilai: 4.2 dari 5 bintang.

[Tweet “Dengan total 6 Nominasi Oscar 2016, film ini patut ditonton kok”]

Exit mobile version