Kalian pernah gak salah jalan? Seharusnya belok kiri tapi malah belok kanan. Salah mengambil jalan yang akhirnya mengarahkan kita ke jalan yang ruwet dan rumit. Salah jalan di sini juga bisa berarti berbuat salah pada orang lain.
Kalau kalian pernah, apa yang kalian lakukan untuk memperbaikinya? Karena kondisinya, tidak mudah kan untuk memperbaiki yang sudah rusak. Kalau kata pepatah:
Once you broke it, a vase is not a vase anymore.
Bahkan terkadang, sekuat apapun kita berusaha memutar kembali, kita tetap dianggap dalam jalan yang salah. Ibaratnya, kalau lagi pakai GPS, kita gak nurutin arahan dia, dan si GPS ini masih terus nunjukkin jalan “seharusnya” gimana.
Orang-orang mungkin sudah tidak percaya lagi terhadap kita – apalagi kalau kita mengarahkan mereka ke arah yang salah. Gimana cara memperbaikinya?
Kenapa Bisa Salah Jalan?
Seperti yang dilakukan oleh Olivia Pope di serial Scandal. Saya mengikutin serial ini dari awal karena memang seru ceritanya – tentang intrik politik. Bagaimana dunia politik itu sedemikian mudahnya diputarbalikkan dan diatur oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Eh tapi saya gak mau bahas soal politiknya.
Melainkan tentang Olivianya. Sejak awal, Olivia ini adalah pahlawan. Dia dengan perusahaan konsultan “branding” menolong orang-orang yang terkena masalah. Hingga akhirnya, demi ambisinya sendiri, dia melakukan kesalahan demi kesalahan.
Salah jalan. Itu yang terjadi pada diri Olivia. Dia termakan oleh ambisinya untuk menjadi orang “terkuat” dalam dunia politik di US. Hal ini mengarahkannya ke jalur yang salah. Perlahan tapi pasti, orang-orang di sekitarnya menghilang dan menjauh karena enggan bersamanya.
Itu juga bisa terjadi pada kita kan?
1. Salah Jalan Karena Ambisi
Kita bisa saja salah jalan karena banyak hal. Karena mimpi kita yang terlalu muluk – eh tapi bukan masalah di mimpinya sih. Melainkan seperti Olivia, ambisi kita memenuhi mimpi itulah yang bisa mengarahkan kita ke jalur yang salah.
[Tweet “Memiliki #Ambisi dalam hidup gak salah, akan jadi salah kalau menghalalkan semua cara”]
2. Karena Buta
Bisa juga sebenarnya kita salah jalan karena kita sendiri buta. Buta arah mana yang ingin kita tuju. Kita itu ibarat sedang mau wisata biar tenang, tapi kita gak tahu mau wisatanya ke mana. Nah… bingung kan? Makanya kita jadi salah jalan deh.
Eh tapi… masih mending yang benar-benar buta daripada yang “membutakan” diri seperti yang ketiga ini…
3. Karena Keangkuhan
Entah angkuh, entah sombong, entah apapun sebutannya. Kita sebenarnya sudah diperingatkan oleh teman-teman kita. Seperti Olivia juga, diingatkan berkali-kali, namun kita tutup telinga kita dan memutuskan untuk terus melanjutkan ke arah yang kita sudah tetapkan.
Dalam hal Olivia, metutup telinga mungkin karena ambisi. Tapi kita bisa saja menutup telinga kita karena kita sombong, angkuh dan merasa kita memang benar dan kita yang paling benar.
Semua itu sih pemikiran saya sendiri. Bukan dari penelitian atau apapun ya. Hanya berdasarkan pengalaman pribadi sendiri – beberapa kali mengalami hingga ketemu titik untuk memutar kembali.
Bisakah Diperbaiki Kalau Kita Salah Jalan?
Kalau ditanya bisa apa gak, saya selalu optimis bahwa jawabannya adalah BISA. Namun sampai semana bisa diperbaiki? Ini yang susah. Kondisinya, kalau sudah salah jalan, orang itu bukan hanya kehilangan teman doang – tapi yang jauh lebih penting, kehilangan kepercayaan dari teman itu.
Dulu saya pernah baca kutipan seperti ini:
Kepercayaan itu layaknya sebuah kertas. Kalau sudah diremas (kalau saya sih bilangnya dibejek), gak akan kembali sempurna.
Yang dialami Olivia pun demikian. Walaupun, dia mengatakan hal yang benar, orang-orang di sekitarnya masih tidak percaya pada dirinya lagi. Tidak setelah apa yang dilakukan sebelumnya.
Semua yang telah terjadi, salah mengambil jalan yang dilakukan Olivia, telah mempengaruhi tingkat kepercayaan orang-orang di sekitarnya itu. Hingga semua merasa, selalu ada sesuatu di balik niatannya. Apapun itu.
Bagaimana Cara Memperbaiki Salah Mengambil Jalan ini?
Yang saya dapatkan dari serial ini dan juga serial Grey’s Anatomy terkait cara memperbaiki kesalahan cuma satu:
Meminta Maaf
Iya… salah satu dari tiga kata yang semakin jarang diucapkan. Meminta maaf dengan tulus atas semua kesalahan itu.
Orang yang mendengar pernyataan maaf tulus, akan merasakan, apakah benar-benar meminta maaf ataukah tidak.
Lalu gimana? Bagaimana kalau mereka tidak memaafkan kita? Apa artinya, salah jalan kita itu tidak berhak mendapatkan maaf?
Well, ada satu perkataan dari dr. Amelia di Grey’s Anatomy yang saya suka terkait ini:
Tugas kita meminta maaf atas kesalahan yang kita perbuat. Memaafkan atau tidaknya, itu adalah bagian orang itu.
Kita hanya bisa menunggu.
Iya… Menunggu permintaan maaf kita itu menjadi hak kita. Yang terjadi berikutnya, adalah bagian dari orang-orang yang telah kita sakiti dengan kita salah mengambil jalan itu. Kalaupun kita tidak mendapatkan maaf dari mereka (yang mana jarang terjadi), kita sudah meminta maaf.
Yang Terpenting Bukan Tentang Salah Mengambil Jalan
Sh*t happens….
Itulah hidup. Walau seberusaha sesempurnah apapun kita dalam hidup, kenyataannya seperti itu. Akan ada banyak rintangan yang harus kita hadapi. Terkadang, kita pun akan salah mengambil jalan. Salah jalan.
Meminta maaf adalah langkah awal untuk kita memulai kembali. Sekalipun kita tidak mendapatkan maaf dari orang-orang yang tersakiti itu, kita harus tetap melangkah – keep moving forward kan?
Lagipula, seperti yang dikatakan oleh Huck di Scandal pada Olivia Pope:
People do mistakes. But what matter is what you do next.
Iya, yang terpenting bukanlah tentang bagaimana kita salah jalan – salah mengambil jalan dalam hidup kita. melainkan apa yang kita lakukan selanjutnya. Tetap di jalan yang salah ataukah memutar dan kembali pada jalan yang benar.