Dia kembali menyeruput greentea frapucinno kesukaannya itu. Dan aku yakin kalau sebentar lagi dia akan menggigit ujung sedotan minuman itu, sama seperti dulu.
“Kenapa?” tanyanya kepadaku.
Aku hanya menggelengkan kepalaku saja. Dia pun kembali asik dengan sedotan minuman itu. Minuman yang kubelikan dalam perjalanan menuju apartemennya ini. Apartemen yang diberikan oleh sang kekasih hatinya saat ini.
“Enak sedotannya?” tanyaku memecah keheningan yang menyesakkan dada ini.
Dia pun hanya menyeringai kecil, seperti dulu saat aku menanyakan hal yang sama ketika aku masih menjadi kekasihnya. Gladis, gadis yang menawan hatiku sejak awal kuliah dulu. Kini dia masih saja ayu dan menawan hatiku.
Setelah sekian lama, kupikir aku dapat melupakannya, namun ternyata… mungkin benar kata orang, cinta pertama tak pernah mati. Selalu di hati.
“Jadi… sekarang kau kerja di mana Gus?” suaranya menghentikan lamunanku.
“Masih di kantor yang itu.” Jawabku singkat sambil menatap matanya yang teduh.
Dia pun memainkan kembali sedotan itu di dalam mulutnya yang tipis.
Kulirik jam tanganku dan kemudian aku berdiri.
“Sudah malam Dis, aku pamit ya. Senang bisa melihatmu kembali.” Ujarku seraya menjulurkan tanganku.
Dia berdiri dan membalas jabat tanganku. Setelah menghantarkanku, dia menutup pintu dan entah apa yang diperbuatnya. Aku tak peduli, yang penting bagiku adalah aku harus segera pergi. Sebelum racun sianida dalam sedotan itu bereaksi. Gladis… mantan cinta pertamaku, yang katanya tak pernah mati.
Words: 218
Diikutsertakan dalam Monday Flash Fiction
38 Comments
Cie cie.., buang mantan pada tempatnya.
Hahaha. Di mana tuh om tempatnya
Waaaah mantan terindah pastinya…
Hahaha. Mantan terindah.
Serem. Malah dibuat mati: (
Hehehe. Iya ya mba.
Abisnya gak pernah mati sih. Jadi…
🙁
Kenapa mas
Posesif till the end.
Yup.
huwooh…
Huwooh juga
katanya sih pria menikah dengan cinta pertama, wanita dengan cinta terakhir.. kalu pria susah lupakan cinta pertama, wanita sih udah pasti gampang, banyak gantinya.. *eh?
mogamoga nyambung lagi ke gladis.. [kog jadi inget nama siapa ya gladis ini?]
Gitu ya mba. Baru tahu saya.
Wah kalau gitu saya harus mencari cinta pertama saya lagi ya? *bongkar buku telepon*
Gladis… Siapa ta mba?
gladis suwandi.. artis kali ya?
Hahahaha.
Ketahuan jadulnya yak. LoL
hohoho dulu ngefans sama dia toh..
Hahaha. Iya mba. Cantik. Energik.
waaaaahh…. endingnya….
Kenapa endingnya.
cinta….oh…cintaaaaaa….. 🙁
Sejak dulu begitulah cinta deritanya tak pernah berakhir *tarik garukan*
rasanya ujug-ujug gitu, si ‘aku’ pengin bunuh Gladis.
Kurang latar belakangnya ya mba.
bisa aja sih karena sakit hati. tapi kurang terasa sakitnya gitu. IMHO sih 😀
I see. Makasih mba.
Gladisnya abadi? ga pernah mati? emang udah berapa kali nyoba ngeracuni?
Hahahaha. Baru sekali. Hehehe
sang mantan hikss
Kenapa Win? Ingat sang mantan ya?
Seremnyaaa…putus cinta racun bertindak -__-
gagal move on Mba… jadi racun bertindak. 🙂
ini kyknya lebih ngena ke psikopatnya ketimbang sakit hatinya… gitu ga sih? atau memang niatnya lebih menonjolkan sisi yg itunya? maap, penilaian pribadi dari sudut pandang pembaca ya om, IMHO, sy blm tentu bisa bikin cerpen yg keren begini… hehehe…
*ah, jadi inget lagi*
Inget apa Mbah? Inget proyek Novel itu ya? coba bisa colek2an di sini. Colek Dani deh bahas proyek sama2. hahahaha.
Flash Fiction memang cirinya twistnya Mbah. Hehehe. Memang sengaja bikin ending yang agak “mencengangkan.” Sebenernya kalau tetep bahas alterego, mungkin alterego saya akan seperti ini – diilhami oleh sebagian besar episode Criminal Minds. hahahaha
Haha… always love the twisted stories… bisa agak mikir pas baca…
Sama Mbah. Seperti dalam film, suka yang twisted ending. Baca ya postingannya besok. hehehe *promo*
siyappp
jangan lupa baca juga postingan lain ya mbah. 😛