Saya ingat pepatah yang bilang: “Jika ada satu pintu tertutup ada pintu lain yang terbuka”. Pernah mendengar pepatah itu gak? Inti dari pepatah ini adalah terlalu banyak pintu di dunia ini – abaikan, becanda doang ya. Yang saya tangkap dari pepatah ini adalah: “Kalau kita mengalami satu kehilangan, jangan sampai kita melupakan yang lain. Tetaplah membuka mata dan hati kita untuk terus melihat, karena masih banyak yang ada di luar sana untuk kita. Jika kita mengijinkannya.”
Ya sekali lagi itu sih versi saya dari pepatah pintu itu. Mungkin pepatah ini pun bukan satu-satunya pepatah soal pintu. Masih ada lagi yang lainnya. Dan bagi saya, semua pepatah itu sangat baik dan berguna untuk kita. Di saat-saat tertentu kita membutuhkannya. Gak setiap hari kita membutuhkan pepatah atau kutipan untuk motivasi diri. Tapi di saat yang tepat, membaca kutipan akan mengembalikan semangat diri kita.
Pengalaman Terkait Pepatah Pintu Di Atas
Pernah mengalami gak? Pintu yang tertutup dan pintu lain terbuka lebar. Saya yakin sih pernah ya. Tapi mungkin gak menyadarinya sampai berpikir ulang. Itu sih saya… hehehehe. Memang ya kadang orang itu gak menyadari sesuatu yang diberikan kepada dirinya sampai ada pemikiran ulang baru deh. Oh iya ya… ternyata gitu ya. Dan pas udah sadar juga lupa deh bilang makasih kepada Yang Di Atas.
Yang saya sadari terakhir ini adalah tentang cuti kerja. Pas kerja di Liberia sana, saya mendapatkan hak cuti sebanyak satu bulan penuh selama setahun. Bisa diambil sekaligus atau diangsur. Nah rencananya dulu itu saya inginnya pulang setahun paling gak sekali. Paling pakai 20 hari dari hak cuti itu, cadangin buat nanti kalau di Liberia sana ada apa-apa.
Saya berangkat ke Liberia itu di bulan November 2013 – tepatnya 23 November 2013. Tiba di Liberia tanggal 24 November 2013. Perjalanan pertama kali ke luar negeri dan sendirian pula…. deg-degan abis deh. Apalagi pas pesawat pertama itu terlambat. Hihihi. Nah saya sudah merencanakan kalau saya akan pulang di bulan Mei. Kenapa di bulan Mei? Karena artinya sudah 6 bulan di sana.
Eh ternyata… pas saya ajukan cuti itu, permohonan cuti saya ditolak sama atasan. Alasannya karena saya ada penugasan ke site, yang mana manajer Finance & Accountingnya lagi cuti. Jadi agar tetap berjaan lancar, saya harus menggantikan dia. Memang salah satu tugas saya sih, tapi rasanya waktu itu sedih, kesel dan lainnya. Saya dikasih cuti nanti setelah manajernya itu balik.
Saya pun akhirnya merencanakan ulang deh cuti saya. Merasa terpaksa sih saat itu. Tapi sekarang, kalau dipikir lagi. Sebenarnya kejadian itu justru menguntungkan saya. Mungkin memang ini rencana Tuhan tentang cuti saya itu. Kenapa? Saya cerita dikit soal Ebola yang mewabah di Liberia ya. Pertama kali muncul dan agak ramai itu akhir Maret dan awal April.
Jadi pas ajukan Mei itu, saya merasa harus, setidaknya agar lebih tenang dikit ke rumah, secara mama dan kakak saya tiap hari menanyakan kondisi di sana gimana. Berita tentang Ebola saat itu banyak banget dan mengerikan. Tapi karena penugasan itu, akhirnya saya harus mundur kan. Batal. memang kalau di site boleh dibilang lebih aman. Pas bulan Mei itu, berita penyebaran Ebola dah agak redam. Jadi saya pun sudah agak lupa.
Selama penugasan, berita soal Ebola memang sudah dikit banget jadi pas dinas pun jalan gitu aja. Tapi eh tapi. Pas mendekati akhir Juni, yang juga akhir penugasan saya di site, berita soal merebaknya Ebola muncul lagi dan lebih parah dari sebelumnya. Saat kembali ke ibukota Liberia, Monrovia, saya pun jadi lebih khawatir. Bos pun memanggil saya dan akhirnya mengijinkan saya cuti di pertengahan Juli, berdekatan dengan cutinya dia juga.
Sebenarnya dia juga khawatir dengan Ebola di sana. Wong kami jadi makan di apartment setiap harinya. Gak belanja makanan jadi di luar lagi sejak Ebola merebak di pertengahan 2014 kemarin itu. Dan ternyata… memang penundaan cuti saya itu adalah jalan untuk saya. Karena setelah balik ke Jakarta untuk cuti ini, akhirnya saya lebih memahami.
Pas saya mau balik, wabah memang lagi ramai, dan penjagaan di bandara lebih ketat lagi. Kan pas waktu itu tuh ada yang sampai ke US, Spanyol dan negara lain karena perjalanan pesawat terbang kan. Saya lolos pemeriksaan, yang mana saat itu semua dicek suhu tubuhnya – salah satu gejala Ebola ya demam yang tinggi. Tiba di Singapura, sesuai permintaan big boss, saya pun mengecek ke rumah sakit setempat (pertama kalinya ke Singapura malah ngecek kesehatan).
Terus sampai Jakarta juga masih lancar. Tapi selang beberapa lama sejak saya balik, berita yang beredar adalah Ebola semakin parah dan akses penerbangan pun semakin ketat bahkan cenderung dilarang. Termasuk beberapa airlines tidak lagi memiliki rute ke Liberia. Semakin susah keluar dari Liberia.
Saat saya ngajukan cuti pertama kali di bulan Mei itu memang saya merasa kesal karena hak saya dilanggar. Tapi nyatanya, memang sebenarnya saya diberikan jalan untuk lebih baik lagi. Coba kalau saya tetap cuti di Mei, artinya bulan Juni saya sudah kembali ke Liberia. Bagaimana saya keluar dari Liberia lagi karena kondisi Ebola yang semakin bahaya itu?
Sekarang saya berpikir untuk lebih menerima dan menyikapi apapun yang terjadi dalam hidup ini dengan lebih baik. Kalaupun ada satu kejadian tidak menyenangkan terjadi dalam hidup, saya mencoba untuk berpikir positif dan tidak reaktif seperti dalam 7 Habits. Susah sih, tapi kalau berpikir, ada jalan lain yang sedang disiapkan untuk saya, saya pun akhirnya mulai menerima dengan lebih baik. Walau kadang butuh waktu lebih dari seminggu untuk menerima kenyataan tidak menyenangkan itu. 😀
Memang kalau dipikir-pikir, orang tua kita dan para pendahulunya itu benar. Saat ada satu pintu tertutup ada pintu lain yang terbuka. Setidaknya itu yang saya alami sih, kalau kalian pernah merasa mengalami seperti yang pepatah itu bilang gak?