“Lebih baik kita DIAM daripada mengucapkan kata-kata yang tanpa MAKNA dan MANFAAT.”
– Pythagoraz –
Apakah memang berbicara itu suatu keharusan bagi kita?
Kita sering berbicara dan berbicara dan berbicara kan? Tapi apakah memang perlu berbicara itu?
Seberapa perlukah hal itu? Apakah sudah di tempat yang benar, pada orang yang benar, pada saat yang benar?
Bagaimana pendapat kalian?
Diam bukan berarti kita kalah, tetapi berarti kita berpikir bijak untuk dapat mengatasi masalah dengan cara yang bijak. Dengan beragumen yang tiada henti tidak akan menyelesaikan masalah
betul mba. setuju banget itu.
saya diam aja mas menyimak 🙂
jangan diam saja dong. 😀
Reblogged this on aidatours and commented:
if you need hotel and trandsport in indonesia
http://aidatours.wordpress.com/
karena lidah itu memang tak bertulang makanya mendingan hati2 aja kalau mau berkata2.
pikir2 dulu apakah perkataan itu baik tertulis maupun lisan akan menyakiti orang lain atau tidak..
betul. setuju itu. harus hati-hati dengan apa yang kita ucapkan. dan jangan bersembunyi di balik ‘kan lidah tak bertulang’
bicara pada tmpt yg benar dan pada orng yang benar. mgkn perlu wktu unk mempelajari itu. tp suatu saat akan terbiasa kok
betul.
tidak mudah tapi tidak mustahil.
kita perlu berbicara, dalam hal apapun. bagaimana kalau “Lebih baik diam daripada berbicara tapi penuh sumpah serapah.” 😛
setuju sama kalimatmu itu…
sumpah serapah tidak ada makna kan ya?
soal bicara… masa terus2an?
Hehehe… ya gak gitu juga 😆
ooo kirain terus2an. :d
“barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah baik atau diam” (Al-Hadits)
makasih mas…
ayat yang bagus ya
Seberapa perlunya tentu dilihat dari situasi dan kondisi, tapi betul mas…lebih baik diam daripada bicara yang tak perlu. Selain wasting time juga bisa menimbulkan hal yang kurang bagus kan? 🙂
setuju banget…
makanya harus mengendalikan ya. bicara di saat yang benar, tempat yang benar, dengan perkataan yang benar ya. 🙂
thank you
You are welcome mas :))
Memang, Diam itu lebih baik, tapi Bicara Baik & Bermanfaat itu lebih bijak.
mantap mas.
bicara bermanfaat itu seperti apa?
Sederhana saja, bicara yg menghasilkan energi positif bagi lingkungannya, sehingga membuat mereka bergerak untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya, banyak orang dan lingkungan.
Kritik membangun dalam rangka meluruskan hal yang keliru itu masuk kategori “bicara baik dan bermanfaat”, karena tidak ingin hal yang keliru merugikan banyak orang. Namanya kritik membangun tentu tidak disertai dengan mencela / menghujat.
Kalau ada hal yang keliru lantas diam saja, itu sama dengan menjerumuskan orang lain ke jurang kehancuran. Maka tidak selamanya Diam itu Emas.
wah… mantap mas…
setuju banget sama tidak selamanya diam itu emas dan juga penjelasan lainnya.
semoga aja para anggota juga ngerti soal ini… 😀 jadi gak cuma bisa diam saat ditanya tapi lomba kalau ngomong (baca: interupsi)
Contohnya sidang paripurna yg kemaren itu ya, mereka bangga kalo bisa bersahut-sahutan, celoteh nyinyir, dll. Tapi diam seribu bahasa saat giliran ditanya tentang hal yang berhubungan dg hati nurani rakyat-nya.
iya mas…
banyak praktisi, orang ahli, wakil yang siap sedia mengutarakan pendapatnya sahut-sahutan tak beraturan sampai pusing yang mendengarnya. tapi kalau ditanya pendapat pribadi, sering mereka hanya terdiam.
Reblogged this on Iman Milyarder and commented:
betul
jd inget suamiku nih 😛
kenapa mba suaminya? cerita dong.
emoh 😛
ih kok gak mau sih…