just open it, tweet it, check in, upload to IG, post on FB and Path…
anything else?
Siapa yang memahami kata-kata di atas, mungkin yang memang memiliki semua aplikasi di atas. Dan mungkin termasuk yang eksis. Saya gak mempermasalahkan kok. Semua itu kan hak masing-masing orang. Apalagi dengan kecanggihan handphone yang pintar itu sekarang. Semua bisa terkoneksi dengan cepat dan mudah.
Yup… hanya cukup tekan satu kali… kita bisa share ke semua. Saya pun termasuk yang mempunyai akun sosial media. Mulai dari Path, FB, IG, Twitter, Pinterest (ini termasuk gak?), WordPress, dan lain-lain. Kemudahan yang saya bilang misalnya dengan saya mempost ini, akan otomatis masuk ke dalam Path, Twitter dan FB saya. Hanya cukup satu kali tekan Publish… semua akan masuk.
Dan tak jarang dari kita yang menghabiskan waktu dengan handphone pintar kita itu. Bahkan kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk itu dibandingkan menghabiskan waktu berinteraksi dengan teman, keluarga dan lainnya. Siapa sih yang gatal ingin membuka Path saat lagi meeting? Atau pas lagi kumpul sama teman-teman, kongkow cantik kalau kata Mas Dani, buka twitter dan kemudian terbahak-bahak sendiri. Atau pas lagi arisan keluarga malah asik dengan IG masing-masing.
Well, saya pun juga tak menyangkal kok. Saya mungkin termasuk dalam daftar orang-orang itu. Dan saya menganggap diri saya sendiri juga addict. Tapi gak cuma terhadap social media ya kalau saya… juga terhadap game yang ada di handphone pintar itu. Beberapa kali malah keasikan main hingga lupa kalau sudah waktunya berangkat kerja (ini parah… jangan ditiru).
Teknologi
Ingatkah ada tagline iklan berbunyi “teknologi yang mengerti Anda.” Dan sepertinya memang teknologi dibuat sedemikian rupa hingga membuat kita nyaman. Bahkan sangat nyaman dengan kehadirannya. Ya, handphone pintar itu salah satu contohnya. Semua bisa diakses dari satu alat itu.
Nyasar? Tinggal buka google dan tanya ke sana. Arah mana yang harus diambil. Google akan mengarahkan kita dengan map-nya. Ingin chatting dengan teman-teman yang jauh di sana, bisa tinggal buka Skype, Whatsapp, Viber, Blackberry Messenger, Line dan lainnya. Tinggal pilih, mau chat pesan ataukah telepon atau mungkin video call. Memudahkan kita kan?
Inilah teknologi. Dua sisi mata uang. Di satu sisi, teknologi artinya kemajuan bagi kita yang menggunakannya. Siapa yang tidak terbantu dengan adanya aplikasi-aplikasi chatting dan video call seperti yang saya sebutkan sebelumnya? Saya sendiri sangat merasa terbantu. Apalagi saat saya bekerja di benua Afrika sana. Really help. Memudahkan saya tetap berkomunikasi dengan keluarga, teman dan rekan kerja yang ada di Indonesia.
Namun di sisi lainnya, teknologi ini juga menjauhkan. Ingat beberapa waktu lalu ada ungkapan: “mendekatkan yang jauh – menjauhkan yang dekat.” Yup. Seperti itulah sisi lain dari teknologi ini. Siapa yang pernah lihat, sebuah keluarga sedang makan di restoran mewah. Makanan terhidang di hadapan mereka. Eh tapi ternyata mereka diam-diaman. Bukan… bukan karena marah-marah. Tapi karena masing-masing asik dengan handphone pintarnya. Ayah lagi buka e-trading, sahamnya harus dipantau. Ibu sedang membuka toko busana online. Anak gadis sedang chatting dengan pacar. Adik kecil sedang bermain game kesukaannya. Makanan pun jadi dingin. Tak disentuh sama sekali.
Menyedihkan? Iya. Tapi ini adalah nyata. Tak jarang kan kita menemukan ini. Atau bahkan kita sendiri termasuk pelaku dalam hal seperti ini. Berikut ini ada satu video yang saya dapatkan dari teman di group WA saya. Nice video. And worth to watch.
Saya juga sempat nonton video relatednya, yaitu Youtubers React. Di sana video yang sudah ditonton lebih dari 40 juta orang ini dibahas oleh beberapa orang yang memang tugasnya itu membahas video-video di youtube. Nah, dari beberapa orang ini, reaksinya pun macam-macam.
Ada yang bilang kalau video itu baik sekali. Inspiratif. Dan patut ditonton dan disebarluaskan. Ada juga yang bilang kalau tidak mungkin tinggalkan handphone di rumah seperti dalam video. Tidak mungkin tanpa teknologi. Dan juga mengatakan bahwa agak ironi bahwa video ini mengingatkan kita untuk tidak terlalu fokus dalam social media, tapi video ini sendiri disebarkan melalui social media (so true).
Tapi di luar dari penggunaan social media untuk penyebarannya, video ini pada dasarnya memang baik. Bagus. Mengingatkan kita yang mulai terbiasa dengan kenyamanan dan kemudahan handphone pintar sekarang ini. Bahwa hidup itu tak hanya terbatas dalam handphone pintar itu saja. Masih banyak hal-hal yang perlu dinikmati di luar sana. Dan kita tidak akan pernah tahu juga apa yang kita dapatkan di luar sana.
Ada beberapa hal yang bisa kita jadikan pelajaran dari video itu, antara lain:
1. Jangan terlalu fokus pada handphone pintar dan segala social media yang ada dalam handphone pintar itu. Sesekali, lihatlah sekeliling kita saat kita berjalan. Habiskan waktu memandang sekeliling kita.
2. Saat bersama orang-orang yang kita sayangi, cobalah melepaskan diri dari daya tarik social media. Berbicaralah dengan orang-orang itu. Bahas apa saja. Tertawa bersama mereka. Menangis bersama mereka.
3. Bijaksanalah dalam menggunakan teknologi. Teknologi diciptakan untuk membantu kita semua. Bukan untuk membatasi kita dalam bersosialisasi. Sebagai pengguna handphone pintar, kita dituntut secara tidak langsung untuk “pintar” menyikapi yang ada dalam genggaman.
Mungkin ada yang mau menambahkan? Bagaimana reaksi kalian terhadap video ini sendiri?