Seminggu pas saya gak nulis satu postingan sama sekali di blog ini. Terus tiba-tiba kepikiran aja soal pertanyaan di atas. Tanya Kenapa. Masih inget gak acara di salah satu televisi swasta di Indonesia, yang ada maskot seekor burung berkaca mata. Di acara itu, kita diajak menganalisa kenapa sesuatu terjadi secara fisika (eh bener gak ya).
Sayangnya acara itu sendiri sudah lama gak tayang lagi. Back to topic, kenapa bisa terpikir soal pertanyaan seperti itu? Entahlah mungkin karena belakangan terlalu banyak pikiran ina inu. Apeu hubungannya coba? Well, cuma kepikiran aja. Baca berita sana sini banyak banget berita macam-macam dan kemudian disebarkan gitu aja.
Cuma kepikiran seperti itu aja sih.
Takut Tanya Kenapa
Dalam beberapa yang saya perhatikan, sekali lagi perhatikan – tidak konfirmasi dan lainnya – jadi jangan gunakan ini sebagai sumber penelitian ya. Kok kayaknya banyak orang yang takut tanya kenapa tentang sesuatu hal, padahal sejak kecil kita diajak untuk “Malu Bertanya Sesat di Jalan.” Terus gimana dong?
Misalnya aja ada satu orang mengatakan A dan kemudian berita itu menyebar sedemikian rupa oleh ratusan atau bahkan ribuan orang lainnya. Dibaca, dibaca dan dibaca. Kemudian disebarkan dan disebarkan. Tanpa tanya kenapa begini kenapa begitunya terlebih dahulu.
Salah gak sih kalau melakukan yang seperti itu?
Blogger Dan Bertanya
Saya pribadi, sebagai blogger (boleh kan ngaku blogger), kok rasanya gak pantas aja ya. Sekali pun ke klien yang memberikan kita peluang pekerjaan. Kita itu boleh dan menurut saya pribadi sih wajib tanya kenapa kepada mereka. Kenapa memilih kita sebagai media, apa tujuan menggunakan blogger dan bla bla bla, ya termasuk yang selalu ditanyakan oleh blogger sih – berapa imbal baliknya.
Tapi saya pribadi merasa, seharusnya kita, sebagai blogger gak cuma bertanya soal imbalan itu. Kita juga harus tahu alasan sebuah brand itu melakukan kampanye dan kenapa memilih blogger menjadi media kampanye-nya. Apakah untuk mengenalkan (awareness) saja atau lebih dari itu (dalam marketing sendiri kan setiap kegiatan promosi punya tujuan masing-masing).
Maksud saya sih lebih ke bagian sampai mana kita, sebagai blogger, bisa membantu – hingga tahap apa saja. Apakah hanya posting saja dan selesai? Apakah perlu promosikan dan lainnya. Memberi lebih itu bagus, tapi apa artinya memberi lebih kepada brand kalau ternyata bukan itu yang dituju oleh brand?
Bertanya Tentang…
Selain itu, menurut pandangan saya pribadi, sebagai blogger kita pun harus kritis dalam setiap situasi dan kondisi. Yang kita tak paham, kita perlu tanya kenapa nya dong. Apakah memang yang diberitahukan oleh orang lain itu benar apa gak?
Kalau misalnya, saya ada sharing soal sesuatu yang saya temukan di beberapa web sepert moz, yang biasanya saya share, entah di Facebook ataupun twitter saya, boleh kok – banget malah – tanya kenapa harus gitu. Gak serta merta menerima informasi itu gitu saja dan menjadikannya acuan.
Menjadi blogger yang kritis adalah salah satu nilai jual, menurut saya. Dengan menjadi kritis, seorang blogger itu bisa menangkap hal-hal yang mungkin jauh lebih dalam dibandingkan yang lainnya. Saya sendiri sering bertanya ke beberapa orang dan berusaha mencari tahu tentang yang saya gak pahami, termasuk bertanya ke om Google sih.
Yah… ini cuma tulisan agak random aja dari saya malam ini. Tapi please jangan tanya kenapa saya nulis ini ya. wong sayanya sendiri bingung. hahahaha.
Thanks om atas informasinya
sama-sama gan.
Aaaak. Makasih banyak ya Ooom. Huehehehe. Ini jarang nanya sekarang. Belajar banyak dari dirimu deh. 😀
Hahahaha…. belajar opo tohhhh… perasaan ndak kasih pembelajaran apa apa deh gw
Sampai saat ini saya merasa cukup puas bertanya-tanya ttg dunia blog ke Febriyan Lukito. Kenal kan? Asik lho orangnya, sabar banget ngejawabin pertanyaan saya yang berulang-ulang padahal udah dijelasin beberapa kali ;D ;D
Siapa sih itu mbak? Orangnya sombong pastinya. 😀 Dikeplak.
Makasih ya mbak Anne…. terhura eh terharu sayanya…
Menurut saya memang perlu tanya kata itu mas..
Konon filsafat dibangun atas pondasi “kenapa”, dan sumber segala ilmu adalah filsafat..
Kenapa ya..
Kalau menurut saya sih lebih karena pertanyaan “kenapa” itu memang mengambil esensi semua yang ada mas. *pusing*
Jangan kebanyakan nanya..nanti pinter. Hahaha kata orang gitu
Hahahaha…. susah pinter dong kalau gak banyak tanya. 😀
jonri.pangaribuan.com ,., takut tanya kenapa
Karena terbiasa kerja di bagian riset yang memang isinya nanya mulu, jadi kalau ada apa2 selalu cek ricek dulu atau probbing, jadinya pas ada beberapa brand menawarkan kerjasama dengan blog kami, aku nanya2 dulu sampai jelas, tapi belum sampai nanya harga karena memang dari awal ga cocok dengan profil blog kami. Istilahnya aku pengen tahu aja konsep mereka hehe.
Hahaha. Trs hasilnya gmn Den?
Blogger kan juga punya nilai meng-amplify suatu brand. Nah kekuatan itulah yang dilihat yang punya brand untuk meningkatkan awareness produknya. Itu pendapat saya pribadi yang tanpa hasil survey, hehehe….
Iya mas Alris. Utk awareness memang demikian. Tapi sbnrnya kan tujuan marketing beragam.
malu bertanya sesat di jalan :p
Dan pasti nyasar hihi
Intinya jangan takut bertanya ya 😀
? kritis dan kritis mas
Coba tanya dong kenapa teteh tutup Fb nya hahaha…*kidding*
Lah. Mang ditutup yak. Pantesan gak nongol di komentarku lagi teh. Kenapa teh? Kenapa?
Haha. Saya jadi agak bingung, Mas. Ini disuruh tanya kenapa, tapi mau ditanya “kenapa nulis artikel ini?” malah gak dibolehin. Piye to, Mas? Haha. Piss
Hahaha. Nah sama bingungnya sama yang nulis. Hahahaha. Pas nulis juga dlm state kebingungan nih
Waduh kalau saya tidak pernah bertanya kenapa sebuah brand memilih saya untuk kampanye merk mereka. Nanti saya tanya diri sendiri kenapa 🙂
Hahaha. Mbak Evi. Itu cm pikiran randomku aja kok. Eh tp perlu gak ya? Galau kan
Tanya ken apa
Ken siapa om?