Disclaimer: postingan tentang asset atau harta pribadi ini panjang banget – mohon sabar membacanya ya.
Asset dalam akuntansi adalah segala sesuatu yang dimiliki dan dikendalikan oleh sebuah entitas yang memilki manfaat di masa depan (source: Wikipedia). Bisa berupa barang berwujud (tangible – seperti gedung, mobil, dan lainnya) ataupun tidak berwujud (intangible – seperti trademark perusahaan, goodwill, dan lainnya).
Posisi dalam Laporan Keuangan sebuah perusahaan, Asset dapat dilihat di sisi sebelah kiri (jika Laporan Keuangannya menggunakan tipe Scontro) atau di posisi bagian atas. Terdiri dari asset lancar dan tidak lancar.
Eits… sebentar. Postingan apakah ini? Mau bahas detail akuntansi ya? Hahaha. Gak sih. Yang mau dibahas di sini seperti yang sebelumnya saya sebut, asset atau harta pribadi – berapa banyakkah harta kamu pada akhir waktu nanti 😛
Asset Atau Harta Pribadi
Asset pribadi? Maksudnya soal kekayaan pribadi ya? Okay. Sebagai seorang pribadi, kita memiliki yang namanya asset.
Seperti dalam definisi akuntansi di atas, asset adalah hal-hal yang kita miliki, berwujud ataupun tidak, yang kita harapkan memberi manfaat di masa depan.
Asset pribadi kita ini bisa dalam bentuk tabungan kita, rumah, kendaraan pribadi, dan lainnya. Contoh itu adalah asset berwujud kita. Yang kita harapkan dapat memberikan manfaat pada kita dalam jangka panjang.
Asset Atau Harta Pribadi – Tangible
Maksud saya dalam hal ini adalah sebagai contoh, rumah, kita masih bisa menggunakan rumah kita sebagai tempat kita tinggal kan? Atau mungkin bagi kalian yang memiliki kelebihan, bisa menggunakannya sebagai investasi pribadi.
Investasi ini artinya memberikan kita manfaat, dalam hal ini adalah uang yang mungkin kita dapatkan di masa depan saat kita menjualnya. Atau jika kita menyewakannya, manfaat yang kita dapatkan adalah uang sewa bulanan itu.
Nah… asset yang saya contohkan di atas adalah asset dalam bentuk barang atau berwujud atau istilahnya adalah Tangible Personal Asset (harta pribadi kita). Suatu saat kita membutuhkan dana, asset tersebut bisa kita jual alias ditransformasikan ke dalam bentuk uang.
Harta Intangible (Tidak Berwujud) Kita
Kalau Intangible Asset bagaimana? Kalau dalam perusahaan mengenal adanya trademark (hak merek dagang), seperti misalnya BCA. Siapa yang tak kenal merek dagang satu ini. Logonya yang khas dan juga warna yang digunakannya sejak dulu menjadi bagian tidak terpisahkan.
Inilah yang mereka bangun sejak awal hingga membawa merek dagang mereka ke dalam posisi sekarang. Bank swasta nomor satu di Indonesia. Atau mungkin bank dengan keunggulan teknologi nomor satu – leader on banking technology. Kalau sekarang ini trademark itu dijual, nilainya akan besar (kalau misalnya dijual dan hasilnya di atas hasil nilai buku disebut dengan goodwill).
Baca juga: Artikel – Seberapakah Cukup Bagi Kita
Bagaimana kalau dengan perorangan pribadi seperti kita – yang tidak membuka toko untuk usaha, yang artinya tidak memiliki merek dagang yang terdaftar. Eitsss… jangan salah loh. Kita semua ini memiliki merek dagang. Merek dagang yang unik satu dengan lainnya. Merek dagang ini sudah ada pada kita semenjak kita lahir. Dan berkembang sepanjang perjalanan hidup kita.
Nama kita sendiri adalah merek dagang kita. Seperti yang saya sering sebut dalam beberapa tips soal pencarian kerja, kita ini sebenarnya penjual. Apa yang dijual? Tak lain dan tak bukan adalah diri kita sendiri.
Trademark kita sebagai pribadi adalah Diri Kita Sendiri – We are who we are – our own brand
Tabungan Pribadi Kita – Tabungan Emosi
Sebelum saya membahas masalah merek dagang kita, ada baiknya saya menceritakan dulu mengenai sebuah tabungan. Namanya Tabungan Emosi. Pernahkah mendengar yang namanya tabungan emosi ini?
Dalam buku 7 Habits, pernah dibahas mengenai tabungan emosi ini. Yang mana intinya adalah setiap dari kita ini memiliki tabungan emosi terhadap orang lain di sekitar kita. Kita layaknya bank, yaitu Bank “NAMA SENDIRI”. Orang-orang di sekitar kita itu adalah nasabah kita.
Tabungan Orang Di Rekening “Kita”
Mereka menabung di kita dan juga melakukan penarikan di kita. Mereka menabung setiap mereka membangun satu emosi baik dengan kita. Misalnya mereka memberi senyum ramah yang tulus kepada kita, maka tabungan emosi mereka +1.
Namun di saat mereka membuat kita kesal atau marah atau apalah… tabungan itu ditarik. Besarnya? Tergantung seberapa emosi kita terkuras (bisa -1 bisa juga -2). Nah pada akhirnya, setiap dari kita memiliki saldo masing-masing. Seberapakah tabungan emosi kita di mereka.
Tabungan emosi adalah nilai tabungan kita (asset atau harta pribadi kita) di dalam mata orang lain. Semakin banyak emosi positif yang dirasakan orang lain terhadap kita, semakin besar tabungan emosi KITA.
Nah… apa hubungan antara tabungan emosi dengan pembahasan saya mengenai asset ini? Menurut saya, tabungan emosi ini adalah sebenarnya tabungan atas merek dagang kita. Tabungan yang mengakumulasikan nilai asset tak berwujud kita itu.
Seberapa besar tabungan emosi atas nama KITA di orang lain, ini menjadi salah satu faktor penentu berapa besar nilai asset tidak berwujud KITA ini. Jangan pernah meremehkan loh kekuatan tabungan emosi ini. Kita tak pernah tahu, kapan kita akan menggunakan tabungan emosi kita ini sendiri.
Tips Meningkatkan Asset Atau Harta Pribadi – Tabungan “KITA”
Seperti yang saya sebutkan di atas, salah satu faktor yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan asset pribadi kita adalah dengan memperbesar tabungan emosi KITA di dalam bank orang lain.
KITA sebagai trademark dari diri kita sendiri – asset atau harta pribadi kita dalam hidup yang harus diperjuangkan loh…
Selain itu, tentunya ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan nilai harta pribadi kita yang tak berwujud itu. Berikut saya berikan beberapa tips meningkatkan asset atau harta pribadi kita:
1. Fokuskan diri dalam kelebihan kita. Kembangkan kelebihan kita itu sehingga orang mengenal kita sebagai kelebihan itu. Seperti halnya blogger, misalnya saja saya contohkan Dani. Dia dikenal sebagai seorang blogger yang aktif dan gaya tulisannya seperti wanita. Justru bagi saya itu adalah kelebihan dia.
Jangan fokus pada kekurangan kita – fokus pada kelebihan kita dan branding diri kita sendiri dengan kekuatan itu.
Dan dia juga nyaman dengan itu dan diteruskannya hingga sekarang. Itulah yang menyebabkan dirinya terkenal. Mungkin kalau dalam istilah marketing, lakukan branding yang tepat atas diri kita sendiri. Jika memang dirasakan bahwa kelebihan kita itu bisa menjadi branding kita, kenapa tidak menggiatkannya? Sehingga setiap orang yang menyebut KITA akan teringat dengan hal itu.
2. Kenali kekuranganmu dan lakukan perbaikan terkait dengan kelemahan itu. Kita ini bukan makhluk sempurna. Pasti setiap dari kita memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Selain memfokuskan diri pada kelebihan kita, kita juga harus memperhatikan kekurangan kita.
Kenali dirimu sendiri – kelebihan dan kekurangan dari diri kamu. Fokus pada kelebihan untuk branding dan perbaiki kekurangan agar lebih baik lagi.
Lakukan yang perlu diperbaiki dari kekurangan kita itu. Mungkinkah menghilangkan kekurangan? Mungkin saja, tapi saya lebih ingin menekankan bahwa lebih penting mengusahakan perbaikan daripada kesempurnaan. Jadi perbaikilah kekuranganmu.
3. Apa SKILL-mu. Entah itu hard skill (keahlian teknis) ataupun soft skill. Misalnya saja Nita, sebagai seorang dokter gigi, dia akan harus terus meningkatkan kemampuan dirinya, kemampuan terkait dengan dokter giginya.
Atau mungkin yang bergerak di bidang IT akan terus berusaha mengupdate dirinya dengan perkembangan IT (no mention).
Upgrade diri kita dengan hard skill dan juga soft skill yang akan memperkaya harta pribadi kita
Tak kalah pentingnya ya soft skill itu. Dalam dunia sekarang ini, soft skill ini bukan lagi semata masalah yang tidak penting lagi. Tapi sudah dianggap bagian penting dan menyatu yang harus dimiliki oleh semua orang dalam hal apapun. Adapun cara meningkatkan soft skill – kemampuan kita adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan berkomunikasi, seperti yang saya rasakan dimiliki oleh Deva – baik itu dalam bahasa verbal (Indonesia dan juga bahasa asing – English) dan juga non verbal. Komunikasi ini sangat penting loh. Karena bagaimanapun canggihnya kemampuan hard skill kita, kemampuan diri mengkomunikasikan hal itu akan jauh lebih penting.
Kembangkan kemampuan komunikasi kita dengan orang lain. Menyampaikan yang perlu disampaikan dan diam di saat yang tepat. Ingat perkataan Mulutmu Harimaumu. Jangan sampai komunikasi kita jadi penghambat.
Saya punya pengalaman bagaimana masalah penjelasan jenis penyakit akan sangat penting daripada kemampuan mendeteksi penyakitnya itu sendiri. Seorang dokter ternama, tidak diragukan lagi – semua orang di kota itu mengenal dirinya sebagai salah satu dokter anak terkenal, memiliki masalah dengan pasiennya.
Dia dianggap tidak becus karena tidak dapat mengkomunikasikan penyakit yang diderita anak itu kepada keluarganya dengan baik. Sang dokter merasa mengucapkan jenis penyakit dalam istilah kedokteran itu sudah cukup. Sedangkan keluarga merasa bahwa semua itu tidak ada artinya. Mereka tidak paham. Ini salah satu contoh bagaimana berkomunikasi dengan efektif itu menjadi sangat penting.
b. Kemampuan kepemimpinan. Kepemimpinan ini bukan hanya untuk para pemimpin. Semua orang adalah pemimpin, setidaknya pemimpin diri sendiri. Bagaimana kita menunjukkan kita mampu memimpin orang lain jika sendirinya kita tidak memilki jiwa kepemimpinan dalam diri kita sendiri.
Tunjukkan kemampuan kita dalam memimpin. Jangan ragu untuk maju dan mengambil tanggung jawab saat diperlukan. Kata mantan bos saya: “jadilah ikan yang diingat di antara ribuan ikan yang ada di kolam”
Saya juga memiliki sebuah contoh dalam hal ini. Misalnya saja di sebuah group, tidak ada satu orang pun yang memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, sudah dapat dipastikan group itu akan hancur berantakan. Lihat saja dalam serial Apprentice. Kepemimpinan sangat dipegang oleh Donald Trump. Dia selalu mengetengahkan bagaimana seseorang itu dia nilai dari kepemimpinannya.
Baca juga: Apprentice Asia
Masih banyak lagi hal-hal yang dapat kita perbaiki dan tingkatkan untuk meningkatkan nilai asset atau harta pribadi tak berwujud yang bernama KITA itu. Namun saya memang tidak membahasnya semua di sini. Tapi saya tidak menutup komentar dari teman untuk berbagi mengenai hal ini. Monggo yo…. kita sharing sama-sama mengenai masalah ini.
kudu pintar akutansi kalau ingin kaya ya..
Hahaha. Gak juga kok.
Akuntansi hanya jurusan aja. Masalah kaya atau gak balik ke masing-masing orang. Mau kerja keras, usaha, doa dll apa gak.
nice articles om …
Terima kasih Pak. It’s an honor having you comment like this. You are one of the best practitioners in Indonesia, that I really admire.
Mantaaappp postingannya. I like it a lot!! Jadi berpikir panjang mau branding diri seperti apa, seperti Danikah dan gaya bahasanya bahahahaha…two tumbs up utk tabungan emosi!
Hahahaha… bentar ya mba. bayangin mba jadi Dani dulu. LoL.
Entah kenapa, dua hari ini tema Branding ini beredar di sekitar saya mba. hahahaha. Padahal pas buat postingan ini gak terpikir ke arah sana loh. Mulai dari chatting group (postingan Dani), postingan Mba Yo dan beberapa postingan yang saya baca juga mengarah ke sana.
Wah, harus kusimak baik2 tuh terutama pas bagian tips meningkatkan kita 🙂
Kadang kita suka gak sadar bahwa kekurangan kita itu bisa jadi merupakan kekuatan kita juga 🙂
makasih udah di share yah mas Ryan 🙂
Makasih juga dah baca Mba.
Iya. Biasanya kita selalu fokus kurang. Kurang. Kurang. Sampai gak mau improve.
Sangat inspiratif Mas.
Dan saya adalah orang kesekian yang tertipu soal akuntansi yang terselip di awal cerita.
:haha
Hahaha. Maaf ya. Duh postingan ini bikin salah paham semua ya awalnya.
Makasih loh.
Membicarakan asset yang diluar dugaan nih,
langsung mematut diri depan kaca, ternyata tabungan masih kosong, apalagi asset lainnya,
Makasih tulisan inspiratifnya Ryan.
Makasih Mba dah mampir, baca dan komen.
Dugaan awal seperti apa mba?
sama kayak komen sebelumnya,
kirain akuntansi yh penuh angka-angka 🙂
Hahahaha. Takut pada bosan mba kalau kasih angka2.
Wah disebut di tulisan ini. Makasih ya, Ryan. Ini juga masih belajar. 😀
Gak salah nyebut kan Dev? Detailnya sesuai gak.
berhubung saya no mention… ya udah, saya ga komentar… *lha ini apa??*
Hahahaha. Diedit deh Mbah ntar. Hihi
buku favorit ku tuch 7habit. hehehe.. benar bangat mas, tabungan emosi emang salah satu asset pribadi yang berharga bangat, hehehe.. tugas kita untuk menabung dan memperkayanya.
Iya Mba Ade. Jadi ayo kita saling nabung yukkk.
🙂
tadinya mau komentar… saya nggak ngerti akuntansi kecuali tingkat satu pas kuliah 😀
ternyata… ternyata 😀
Hahahaha. Ternyata saya menipu ya. hahahaha.
Jadi komentar apa nih mas. ayo dong komen.
komentar :
sepakat dengan isi tulisan di atas 😀
Hahahahaha. Mas ni….
fokus ke fotonya aja deh 🙂
Hahahaha… Foto tidak nyambung ke isi posting
Waktu baca tulisan-tulisan di awal, saya pikir mengenai akuntansi beneran
hahaha. Semua juga begitu mas. hehehe. 🙂
Keren istilah tabungan emosi 😀
Iya Ade… dah pernah baca gak?
baru tahu ada ada namanya tabungan emosi.
*lirik kiri kanan cari nasabah yang paling rajin nabung
Iya Mba. Saya baca ini dah lama tapi prakteknya sering lupa sendiri hahahaha.
Eh… nama saya ada gak mbak. Tabungan saya di mba berapa nih?
Baca postingan ini jadi inget kalo belom beres baca 7 habits.. Huhuhuhu. Keren mas postingan nya..
Ayo selesaikan 7 Habitsnya. Kalau saya malah belum baca yang 8th habit nih – belum beli juga.
Thank you ya Dan… 😀 Maaf kalau mentionnya seperti itu. hehehehe
Halah halah halaah. Saya mah seneeeng banget.
Hahaha. brandingnya pas ya.
Tabungan emosi itu kalo di game The Sims keliatan ijo2 gitu kalo tokohnya lagi ngobrol nyambung, tapi kalo marah/kesel/gak suka langsung deh keluar merah2 nunjukin -1, -2, dst. Pun ada emotion bar pertemanan dia sama orang lain. Mungkin kita juga kayak gt ya cuma gak nampak hehe
Iya. Bener Nad. Kayak di Sims gitu. Saya sih yakin kita sebenarnya kayak gitu. Cuma gak menyadari aja. Karena bukan kita playernya. Tapi DIA kan.
Keren mas… sama seperti mas Faris, awalnya kirain mau ngomongin masalah finansial eh ternyata kepribadian.. Tapi tetep aja nusuk dan langsung save di pocket 😀 *thumbs*
Makasih San. Seneng kalau dibaca.
Kalau nulis Akuntansi tok, masih takut San. Takut pada bosan. Hahaha. Ada plan sih. Karena ini memang bidang saya.
Saya kira benar-benar akan membahas akuntansi, ternyata Asset pribadi dalam masalah kejiwaan ternyata. hehe 🙂
Hahaha. Akuntansi dalam keseharian mas.
Kenapa? Menantikan seri akuntansi ya?
Akuntansi yang sebenar-benarnya telah bosan saya dengar dosen dalam kelas mas.. hahaha 😀
Nah kan… makanya mau nulis juga mikir-mikir terus. 😀
Apa nulis praktek ya?