Tongsis atau tongkat narsis mang ramai banget ya belakangan. Di mana-mana banyak yang pakai untuk selfie atau wefie atau apalah itu istilahnya lagi.
Beberapa kali lihat di web juga banyak yang sampai ekstrim selfie an gitu. Ada yang di puncak gedung atau di puncak gunung yang terjal. Ya gak tahu juga sih bener apa editan itu fotonya.
Saya bukan ahli buat cek edit apa gaknya. Tapi bicara soal tongsis ini ternyata juga jadi keyword paling banyak dicari di blog ini. Memang saya pernah nulis. Fiksi sih soal tongsis ini. Waktu itu ditantang sama anak MFF.
Nulis kritik sosial. Kebetulan saat itu ramai soal selfie di pemakaman salah satu artis ternama. Jujur saya gak tahu sih apa maksud mereka gitu. Dan gak mau mikirin juga. Tapi agak jengah aja lihatnya.
Narsisme memang kondisi yang sudah ada dari dulu. Adalah kondisi di mana seseorang mencintai dirinya sendiri secara berlebihan. BERLEBIHAN. Namun saya sendiri agak rancu dengan kata berlebihan di sini. Berlebih antara satu orang dengan yang lain kan beda-beda ya.
Narsisme itu dikenalkan oleh Sigmund Freud dengan mengambil nama seorang tokoh mitos Yunani – Narkissos. Bahasa latinnya Narcissus. Narkissos ini mencintai dirinya sendiri yang dilihat di pantulan kolam. Hingga dia menenggelamkan dirinya sendiri ke kolam. Ini saya ambil dari Wikipedia.
Menurut saya sih kuncinya memang di kata berlebih. Mencintai diri sendiri kayaknya sih wajar. Tapi kalau dah mencintai dirinya sendiri dengan berlebihan. Kayak Narkissos atau seperti Mike bisa sangat berbahaya. Mungkin ini juga salah satu bentuk atau menghasilkan depresi dalam diri seseorang.
Hmmm. Entahlah. Saya bukan psikolog euy. Cuma yang saya suka ingatkan ke diri saya sih selalu sedang-sedang saja. jogedangdut. Kadang saya mang suka keras sama diri sendiri. Cenderung memaksa diri saya to do more.
Tapi ujungnya ya bikin stress juga. Hahaha. Jadi belakangan saya lebih berpikir seperti ini. Give yourself a break – don’t push it too hard. Enjoy every steps. Ya setidaknya kalau sudah berusaha, apapun hasilnya saya terima. Review ulang. Dan lakukan perbaikan untuk berikutnya.
Less stress. Less depression (jadi ingat training soal depresi. Ada yang mau baca gak ya kalau saya share?).
Nah balik lagi soal tongsis. Jujur sih saya bukan orang yang suka selfie. Jarang deh menemukan saya dalam foto – termasuk dalam kegiatan yang saya ikuti. Saya lebih suka di belakang layar. Atau kalau ada yang candidly took my picture. Saya suka yang gitu hahaha.
Mungkin ya karena gak pede juga kali yak dikeplak karena low esteem lagi. Ya gak juga sih. Memang gak terlalu suka aja. Makanya kadang penasaran. Kenapa sampai suka selfie dan tongsis itu ramai dicari. Saya aja baru tahu tipe tongsis macam-macam. Sampai ada yang self timer juga katanya.
Barusan sambil nulis browsing pakai tongsis self timer dan ada dong di Lazzada. Hahahaha. Eh seriusan. Kalau kalian suka selfie gak? Kenapa?