Kembali lagi bersama Travel Angkoters nih, masih dalam jalan jalan keliling Cirebon seharian, setelah kemarin kami share soal perjalanan ke Keraton Kanoman Cirebon, kali ini lanjut lagi dengan keliling keraton Cirebon berikutnya, yaitu Keraton Kasepuhan. Eh tapi gak cuma itu, ada juga perjalanan ke Gua Sunyaragi.
Buat yang belum baca Part 1 – Traveler Angkoters – Jalan Jalan Keliling Cirebon Seharian
Keliling Keraton di Cirebon Part 2 – Keraton Kasepuhan
Destinasi kami berikutnya adalah Keraton Kasepuhan. Untuk menuju ke Keraton Kasepuhan, dari Keraton Kanoman kami naik becak dengan ongkos yang cukup murah, Rp. 7.000 saja J. Bapak penarik becak mengantar kami sampai tepat di depan pintu masuk Keraton Kasepuhan. Beberapa meter sebelum sampai pintu masuk keraton, kami melewati Masjid Cipta Rasa yang juga menjadi destinasi para wisatawan Cirebon.
Tiket Masuk dan Ada Apa Saja di Keraton Kasepuhan Cirebon
Untuk masuk ke keraton kasepuhan Cirebon pengunjung dikenakan tiket masuk sebesar Rp 15.000 per orang. Tersedia pemandu yang akan mengantar dan menjelaskan hal-hal di dalam area keraton, termasuk para pelajar SMK pariwisata yang magang menjadi pemandu di sana.
Banyak yang dapat kita sambangi di dalam area keraton Kasepuhan ini. Gapura untuk memasuki area keraton bernuansa bangunan adat Bali, pengaruh agama Hindu sangat kental di gapura area keraton ini.
Setelah melewati gapura kita akan memasuki area yang dinamakan Siti Inggil atau disebut juga Lemah Duwur, yaitu semacam pendopo yang letaknya agak tinggi yang dulunya merupakan tempat Sultan untuk melihat para prajurit berlatih di alun-alun yang terletak di depan keraton pada setiap hari Sabtu (disebut Saptonan).
Di area Siti Inggil ini terdapat bangunan-bangunan yang memililki nama dan fungsi masing-masing. Bangunan utama terletak di tengah, bernama Mande Malang Semirang, memiliki tiang utama sebanyak 6 buah yang melambangkan rukun iman dalam agama Islam, berfungsi sebagai tempat Sultan melihat prajurit berlatih.
Di sebelah kiri dari bangunan utama terdapat bangunan yang dinamakan Mande Pendawa Lima, terdiri dari 5 tiang penyangga yang melambangkan rukun Islam, merupakan tempat para pengawal pribadi Sultan.
Di sebelah kanan bangunan utama terdapat bangunan yang dinamakan Mande Semar Timandu, terdiri dari 2 tiang penyangga yang melambangkan dua kalimat syahadat, merupakan tempat Penghulu/penasehat Sultan. Di belakang bangunan utama terdapat bangunan Mande Pangiring yang merupakan tempat para pengiring Sultan.
Di sebelah Mande Pangiring terdapat bangunan Mande Karasemen yang merupakan tempat para pemain gamelan/tetabuhan, di bangunan ini sampai sekarang masih digunakan untuk penyelenggaraan Gamelan Sekaten yang dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada saat Idul fitri dan Idul Adha. Selain 5 bangunan tersebut, terdapat pula semacam tugu batu bernama Lingga Yoni yang merupakan lambang dari kesuburan.
Terus memasuki area keraton kita akan menjumpai area/halaman yang terdiri atas halaman Pengada dan halaman Langgar Agung. Di halaman Pengada dulunya merupakan area untuk parkir kendaraan atau menambatkan kuda. Sedangkan Langgar Agung berfungsi sebagai tempat ibadah para kerabat keraton.
Melanjutkan ke area lebih dalam, kita akan menemui Taman Bunderan Dewandaru, dengan dua patung macan putih yang sangat menarik perhatian mata. Menurut pemandu, patung ini merupakan lambang Pajajaran. Selain itu, di taman ini juga terdapat meja dan bangku serta 2 buah meriam yang dinamakan Ki Santomo dan Nyi Santoni.
Di sekitar Taman bunderan Dewandaru ini akan kita temui Museum Benda Kuno, Museum Kereta Kencana, Tugu Manunggal, Bangunan Lunjuk, Bangunan Sri Manganti, dan Bangunan Induk Keraton.
Memasuki Museum Benda Kuno Keraton Kasepuhan
Di museum benda kuno tersimpan benda-benda kuno Keraton Kasepuhan seperti senjata, alat-alat rumah tangga, maupun alat-alat budaya lainnya dari jaman dahulu. Terdapat pula lukisan yang cukup unik di tempat ini.
Lukisan ini menggambarkan sosok Prabu Siliwangi, yang unik adalah lukisan ini seperti 3 dimensi dan seakan-akan mata prabu siliwangi terus menatap dan mengikuti dari arah manapun kita melihat lukisan tersebut, sehingga sosok di lukisan tersebut seperti hidup.
Di Museum Kereta terdapat Kereta Kencana Singa Barong dan kereta-kereta lainnya. Tugu Manunggal berupa tugu batu dengan tinggi sekitar 50 cm yang melambangkan ke-esa-an Allah SWT. Bangunan Lunjuk dulunya merupakan tempat para tamu melapor kepada petugas keraton sebelum menghadap Sultan.
Bangunan Sri Manganti berbentuk joglo dengan atap genteng ditopang oleh 4 tiang soko guru dan terbuka tanpa dinding, bangunan ini merupakan tempat para tamu menunggu Sultan setelah melapor di Lunjuk.
Bangunan induk keraton merupakan bangunan utama yang merupakan tempat tinggal Sultan. Di dalamnya terdapat ruang untuk menerima tamu, kamar, dan bagian-bagian lainnya layaknya tempat tinggal pada umumnya.
Pengunjung keraton tidak diperbolehkan memasuki bangunan induk keraton ini, hanya dapat melihat sampai dengan halaman saja, namun pintu bangunan induk ini dibuka sehingga kita masih bisa ‘melongok’ isi ruang menerima tamu Sultan. Di belakang bangunan induk terdapat sumur, taman, dan bangunan-bangunan lainnya. Luas sekali area keraton kasepuhan ini.
Lanjut Jalan Jalan Keliling Cirebon Seharian (Final)
Okay, untuk kali ini saya kembali stop di sini untuk keliling keraton Cirebon, tinggal satu part lagi, yaitu part final mengenai jalan jalan seharian di Cirebon bersama Travel Angkoters. Part terakhir itu tentang Gua Sunyaragi yang saya bilang kemarin itu loh.
Rute dari keraton Kasepuhan ke Gua Sunyaragi relatif mudah ditempuh dengan angkot. Keluar dari pintu keraton, kami berjalan kaki ke arah tadi kami datang. Melewati Masjid Cipta Rasa kami terus menuju perempatan jalan, kira-kira 100m dari keraton. Di perempatan itu kami menyeberang jalan, dan menunggu angkot
namanya keren travel angkoters, saya juga suka naik angkot mas. sensasinya mantap dan kita bisa belajar banyak dari mereka.
Poto2nya kurang banyak Ryan…hahaha. banyak spot keren di Kasepuhan… Terutama sisa bangunan keraton lama yg di sisi kiri.
Iya mbak. Ini dpt foto dr tmn saya cuma segitu mbak. Mungkin nanti diupload di blog pribadinya dia
jadi pengen kesana lagi… kira2 suasananya berubah atau engga yaa..
Coba dicek mas. Siapa tahu masih sama.
Duh belom pernah masuk ke Keraton ini padahal udah beberapa kali ke Cirebon 😐
Wahhh kenapa Mbak? Kok gak pernah masuk ke sini?
Biasanya kalau ke Cirebon ke mana aja mbak?
Wah, destinasi yang patut dicoba ini. Matur nuwun infonya. 🙂
Sama sama. Ayo dikunjungi.
Ini perginya kapan sih kok saya tidak diajak :huhu. Padahal saya ke Cirebon sejauh ini belum pernah jalan ke Keraton, cuma singgah di stasiun kereta doang buat balik ke Jakarta…
Mas, kata teman saya jelajah keraton di Cirebon agak bikin keki soalnya banyak pungutan yang tidak resmi, apakah dirimu mengalami juga di sana? Dan, pengaruh Hindunya masih kental ya, buktinya ada pandawa lima, terus gapura yang khas Bali (foto mana foto…) dan printilan lainnya. Hm… ada teori di kepala tapi terlalu frontal kalau saya tulis di sini :haha.
Oke deh ya, ditunggu ajakan jalan-jalan selanjutnya! :hoho.
Ini bukan aku yang halan2 Gara. Akunya stay doang. Yang halan temenku. Si Travel angkoters itu sama istrinya. Hehe.
Dulu mungkin iya Gar. Pas saya di sana masih ada pungutan aneh. Tp pas temen ke sana dah ada banyak pembenahan kok. Itu aja banyak pemandu dr smk setempat.
Soal pengaruh Hindu sptnya memang kental Gar. Percampuran Islam, Hindu dan juga budaya Jawa dan Cina.
Oalah… tapi ya tetep aja di Cirebon kan, kapan lagi jalan ke sana :haha.
Teman saya kemarin ke sana dan masih banyak pungutan Mas katanya :hehe.
Iya, Indonesia bagaikan gado-gado ya Mas :hehe.
Masa sih???
Dipungut apa Gar? duhhh. susah yakk kalau udah kayak gitu
Dipungut uang pungutan Mas, masa dipungutin sampah :hehe *kabur*.
dipungut untuk apa???? *jitak*
Melipir dulu yak, permisi :)).